Pages

Showing posts with label Laporan Kimia Industri. Show all posts
Showing posts with label Laporan Kimia Industri. Show all posts

Laporan Praktikum Penentuan Angka Peroksida

I. Acara VI      : Penentuan Angka Peroksida
II. Waktu dan Tempat  : Senin, 22 Oktober 2018 di Laboratorium Kimia 
III. Tujuan      : Untuk melihat tingkat kerusakan minyak dan jenis Oksidasi

IV. Dasar Teori
    Angka peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi, Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Salah satu fenomena yang dihadapi dalam proses penggorengan adalah menurunnya kualitas minyak setelah digunakan secara berulang pada suhu yang relatif tinggi (160-180ÂșC). Paparan oksigen dan suhu tinggi pada minyak goreng akan memicu terjadinya reaksi oksidasi. Penelitian Yoon dan Choe, 2007, menunjukkan bahwa beberapa parameter terjadinya oksidasi seperti free fatty acid (FFA), komponen polar, asam konjugat dienoat meningkat pada setiap pengulangan penggorengan selama 60 kali periode penggorengan. Bilangan peroksida ditentukan dengan prosedur sebagai berikut: Minyak sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan ditambahkan 30 ml pelarut campuran asam asetat glacial : kloroform (3:2 v/v). Setelah minyak larut sempurna ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh dan dibiarkan 1 menit sambil dikocok, kemudian ditambahkan 30 ml aquades. Iodium yang dibebaskan oleh peroksida dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0.1015 N dengan indikator amilum sampai warna biru hilang (Siti, 2010).
     Minyak goreng merupakan medium penggoreng bahan makanan yang berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan menambah nilai kalori bahan pangan. Sebagai penghantar panas minyak akan mengalami pemanasan yang menyebabkan perubahan fisika-kimia sehingga berpengaruh terhadap minyak tersebut dan bahan yang digoreng. Menggoreng bahan pangan merupakan metoda pemasakan bahan pangan Kerusakan minyak selama proses penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai dari minyak dan bahan yang digoreng Pada minyak yang nisak terjadi proses oksidasi, polimerisasi dan hidrolisis. Proses tersebut menghasilkan peroksida yang bersifat toksik dan asam lemak bebas yang sukar dicema oleh tubuh. Senyawa polimer yang dihasilkan akibat pemanasan yang berulang-ulang dapat menimbulkan gejala kcracunan antara lain iritasi saluran pencemaan, pembengkaan organ tubuh, diare, kanker dan depresi pertumbuhan. Selain itu akan timbul rasa tengik akibat oksidasi yang pengaruhnya tidak diharapkan pada bahan pangan yang digoreng. Pengaruh tersebut antara lain mengakibatkan kerusakan gizi, tekstur dan cita rasa. Indikator kerusakan minyak antara lam adalah angka peroksida dan asam lemak bebas. Angka peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida di dalamminyak akibat proses oksidasi danpolimerisasi Asam lemak bebas menunjukkan sejumlah asam lemak bebas yang dikandung oleh minyak yang rusak, terutama karena peristiwa oksidasi dan hidrolisis (Gunawan, 2003).




V. Alat Dan Bahan
A. Alat
  1. Erlenmeyer : 1 buah
  2. Buret dan Statif  : 1 buah
  3. Timbangan analit : 1 buah
  4. Kamar Gelap : 1 unit
  5. Pipet Volume : 1 buah
  6. Gelas ukur : 1 buah
  7. Baeker Glass : 1 buah
B. Bahan
  1. CPO : 4,92 gram
  2. Larutan asam asetat-khloroform : 30 ml
  3. Kalium Iodida (KI) : 0,5 ml
  4. Na2S2O3  : 0,1 ml
  5. Pati 1 % (Amilum) : 0,5 ml
  6. Aquadest         : 30 ml

VI. Cara Kerja
A. Teoritis
  1. Menimbang bahan sebanyak 4,92 gram contoh  dalam 250 ml erlenmayer bertutup dan ditimbang 30 ml pelarut asam asetat-khlorofrom, kocok sampai contoh minyak larut. 
  2. Menambah larutan 0,5 ml larutan jenuh KI.
  3. Mendiamkan selama 2  menit did alam ruang gelap, dengan kadang kala digoyangkan.
  4. Menambahkan 30 ml aquades
  5. Mentitrasi dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuning hamper hilang dan tambahkan 0,5 ml larutan pati 1% dilanjutkan titrasi sampai warna biru mulai menghilang.
  6. Menyatakan mili-equivalen angka peroksida dari peroksida dalam setiap 1000 gr contoh ( minyak atau lemak ).



B. Skematis




VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel hasil pengamatan


B. Perhitungan



Daftar Pustaka
Gunawan, et al. 2003. Analisis Pangan : Penentuan Angka Peroksida Dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan Variasi Menggoreng. Artikel: JKSA, 1:1-3. Semarang : FMIPA, Universitas Diponegoro. 

Siti Aminah. 2010. Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah Dan Sifat Organoleptik Tempe Pada Pengulangan Penggorengan (Peroxide Value Bulk Cooking Oil and Organoleptic Characteristic of Tempe in Repeated Frying). Jurnal Pangan dan Gizi. 1:1-10. Semarang : FIKES, Universitas Muhammadiyah Semarang. 

Laporan Praktikum Analisis DOBI (Deteration of Bleachability Index)

I. Judul Acara V         : Analisis DOBI (Deteration of Bleachability Index)
II. Waktu dan Tempat : Senin, 22 Oktober 2018 di Laboratorium Kimia 
III. Tujuan             : 
  1. Menentukan angka DOBI Crude Palm Oil (CPO) dan minyak goreng bekas.
  2. Mengenal peralatan Spectrofotometer UV (Ultra Violet atau Cahaya tampak).

IV. Dasar Teori
     Salah satu cara mengukur oksidasi minyak adalah dengan melihat angka DOBI. Oksidasi terjadi karena bereaksinya asam lemak tidak jenuh dari lemak atau minyak dengan oksiden dari udara, yang menyebabkan ketengikan. Salah satu tahap dalam refining CPO adalah bleaching untuk menghilangkan impurities, trace metal produk oksidasi mengunakan bleaching earth. Sebagai salah satu produk akhir dari minyak disebut refined, bleaching and deodorated (RBD) palm oil yang berwarna kurang cerah. Angka DOBI dihubungkan dengan kemudahan bleacing CPO yang sangat orange menjadi produk akhir dengan warna yang diinginkan DOBI merupakan rasio-carotene (pro-vitamin A) yang absorbansinya dapat ditera dengan UV-visible spectrofotometer pada panjang gelombang 446 nm dan produk oksidasi dekunder (dapat ditera pada panjangn gelombang 269 nm). Pengukuran ini diterapkan dalam minyak 1 % dalam isooctane (Anonim, 2017).
     Minyak sawit kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah-kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecoklat-coklatan dan larut dalam minyak sehingga sukar untuk dipucatkan (kemampuan untuk dipucatkan semakin berkurang). Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI (Deterioration of Bleachability Index). Adanya warna dan bilangan DOBI yang rendah tidak disukai dalam industri karena minyak sawit semakin sulit untuk dipucatkan. Dalam industri hilir, pemucatan minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan proses absorpsi dan dengan reaksi kimia. Proses absorpsi dilakukan dengan menggunakan bahan bleaching clay (floridin atau kaolin), bleacing carbon, serta actived carbon. Pemucatan dengan reaksi kimia bisa dilakukan dengan oksidasi menggunakan peroksida, dikromat, chlorin, dan lain-lain. Selain itu, pemucatan juga bisa dilakukan dengan reaksi reduksi menggunakan garam-garam natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit. Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen, lalu dilanjutkan pada proses pengolahan, penimbunan, dan pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut akan berperan pada proses pengolahan lanjutan di industri hilir. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengendalian setiap kegiatan yang mempengaruhi kerusakan minyak. Kegagalan penurunan kadar air pada minyak dengan alat vacuum dryer sering diatasi dengan menaikkan temperatur pada oil tank yang dapat menyebabkan penurunan DOBI. Hal ini perlu dihindari agar kualitas minyak dapat dipertanakan (Pahan, 2013).
     Analisis mutu tambahan CPO meliputi analisis kandungan karoten dan nilai. Deterioration of Bleachability Index (DOBI). Kedua parameter ini tidak termasuk dalam atribut mutu yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dalam dokumen SNI 01-2901-2006. Namun kedua parameter ini sering digunakan sebagai syarat dalam perdagangan. CPO di pasar internasional. Codex Alimentarius Comission (CAC 2003) sebagai acuan dalam perdagangan internasional menetapkan bahwa persyaratan kandungan karoten CPO 500-2000 ppm dan persyaratan nilai DOBI yang ditetapkan minimum 2.8 %. Spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran absorbsi (penyerapan) radiasi gelombang elektromagnetik (Sinaga, 2011).




V. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Timbangan analit : 1 Unit
  2. Labu ukuran 25 ml : 1 Buah
  3. UV-visible Spectrofotometer : 1 Unit
  4. Kuvet 10 ml : 1 Buah
  5. Gelas beker : 1 Buah
  6. Pipet volume : 2 Buah
  7. Pengaduk : 1 Buah

B. Bahan
  1. Crude Palm Oil (CPO) : 0,23 ml
  2. Minyak goreng : 0,21 ml
  3. N-hexane : 25 ml
VI. Cara Kerja
A. Teoritis
  1. Menimbang 0,23 g masing-masing CPO dan minyak goreng bekas yang sudah dicairkan pada suhu 70̊ C. Yang dihomogensi, kemudian masukkan dalam labu ukur 25 ml tambahkan n-hexane (0,5-1,0% concentration) hingga tanda tera volume.
  2. Memasasukan larutan CPO dan minyak goreng bekas kedalam kuvet 10 ml, secara bergantian, ukur absosbansinya dengan UV-visible spectrofotometer panjang gelombang 266 nm. Sebelumnya larutan solvent juga ditera pada panjang gelombang tersebut.



B. Skematis




VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel hasil pengamatan


B. Perhitungan





Daftar Pustaka
Anonim. 2017. “Buku Panduan Praktikum Kimia Industri”. Yogyakarta : Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.

Pahan, I. 2013. “Panduan Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir”. Jakarta : Panebar Swadaya.

Sinaga, et al. 2011. “Kajian Mutu Minyak Sawit Kasar dan Analisis Karakteristik Olein serta Stearin Sebagai Hasil Fraksinasinya”. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Laporan Praktikum Penentuan Kadar Kotoran

I. Judul Acara IV         : Penentuan Kadar Kotoran
II. Waktu dan Tempat : Senin, 22 Oktober 2018 di Laboratorium Kimia 
III. Tujuan                 : Untuk mengetahui cara penentuan kadar kotoran.

IV. Dasar Teori
     Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan cita rasa yang tidak enak (Budiarso,2004) serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak. Kerusakan minyak atau lemak akibat pemanasan suhu tinggi (200-250oC) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit. Namun, kerusakan minyak juga dapat terjadi selama penyimpanan. Penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida pada minyak yang pada akhirnya membentuk gliserol dan asam lemak bebas (Ketaren, 1986). Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas dan daya simpan minyak goreng. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui proses peremajaan minyak jelantah (minyak bekas penggorengan). Oleh karena itu perlu secara terus menerus diupayakan berbagai alternatif adsorben yang dapat meremajakan minyak jelantah dari bahan yang murah dan aman (La Ode, 2015).
     Salah satu yang dapat diupayakan adalah penggunaan tanah diatomit sebagai adsorben. Tanah diatomit ini keberadaannya di Indonesia yang melimpah dan murah. Potensi endapan tanah diatomit yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di daerah Jawa Barat endapan diatomit ditemukan di daerah Sukabumi, Kuningan, Garut, Bogor dan Tasikmalaya. Pada umumnya diatomit digunakan sebagai bahan pembersih minyak bakar, pelumas, minyak goreng, farmasi, kimia, kertas, keramik dan lainnya. Untuk itu dalam penelitian ini akan dibandingkan tanah diatomit alami dan tanah diatomit yang telah dikalsinasi oleh pemanasan suhu 8000C. Minyak jelantah yang digunakan adalah minyak bekas penggorengan tahu Sumedang. Parameter yang akan dilihat adalah parameter syarat mutu minyak goreng diantaranya Kadar air, Kadar kotoran, Bilangan peroksida, dan Bilangan asam. Diharapkan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi sampai sejauh mana efektifitas meremajaan minyak jelantah dengan menggunakan adsorben tanah diatomit alami dan tanah diatomit kalsinasi (La Ode, 2015).
     Asam Lemak Bebas (ALB) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat molekul 256). Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam sampel. Kadar air dapat mempengaruhi mutu CPO, semakin tinggi kadar air, maka semakin rendah mutu CPO. Kadar zat Pengotor adalah bahan yang tak larut dalam minyak, yang dapat disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut. Kadar Asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran pada minyak kelapa sawit dalam storage tank atau tangki timbun sebelum dipasarkan dianalisa untuk mengetahui mutu minyak sawit. Dalam hal ini kebersihan tangki timbun perlu dijaga, dengan melakukan pencucian 2 kali dalam 1 tahun untuk mengurangi meningkatnya kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar zat pengotor (Nina, 2010).




V. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Timbangan analit : 1 unit 
  2. Gelas elenmeyer : 1 unit
  3. Corong : 1 buah
  4. Kertas saring : 1 buah
  5. Oven : 1 unit
  6. Desikator         : 1 unit

B. Bahan
  1. CPO         : 10 gram
  2. Minyak goreng bekas : 10 gram 
  3. Air                 : secukupnya
  4. Larutan n-hexane         : secukupnya


VI. Cara Kerja
A. Teoritis
  1. Menimbang minyak goreng bekas sebanyak 10 gram.
  2. Menambahkan larutan n-hexane secukupnya, lalu melarutkannya dengan mengaduk campuran kedua larutan tersebut.
  3. Menimbang kertas saring.
  4. Menempatkan kertas saring pada corong, lalu menyaring minyak goreng bekas dengan kertas saring tersebut ke gelas elenmeyer.
  5. Menambahkan lautan n-hexane ke kertas saring jika masih ada kotoran. 
  6. Memasukkan kertas saring ke oven pada suhu 105°C selama ± 30 menit.
  7. Mendinginkan kertas saring dari oven ke desikator.
  8. Menimbang kembali kertas saring yang sudah diinginkan.

B. Skematis

VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel hasil pengamatan


B. Perhitungan





Daftar Pustaka
La Ode Sumarlin, et al. 2015. Analisis Mutu Minyak Jelantah Hasil Peremajaan Menggunakan Tanah Diatomit Alami dan Terkalsinasi. Jakarta : FMIPA, Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Nina, Y. 2010. Analisa Mutu Crude Palm Oil (Cpo) Dengan Parameter Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air Dan Kadar Zat Pengotor Di Pabrik Kelapa Sawit. Riau : Pendidikan Kimia, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Laporan Praktikum Penentuan Kadar Air

I. Judul Acara III         : Penentuan Kadar Air
II. Waktu dan Tempat : Senin, 22 Oktober 2018 di Laboratorium Kimia 
III. Tujuan                 : Untuk mengetahui cara penentuan kadar air minyak

IV. Dasar Teori
     Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan ketengikan. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode penentu kadar air cara langsung merupakan pengukuran langsung kandungan air bahan. Sedangkan cara tidak langsung yaitu menentukan kandungan air dengan mengukur tahanan atau tegangan listrik yang ditimbulkan oleh air bahan, atau dengan mengukur penyerapan gelombang mikro, sonik atau ultrasonik oleh air bahan, atau dengan mengukur sifat spektroskopi air bahan (Nadia, 2011).
     Analisis kadar air cara langsung dibedakan ke dalam beberapa metode, yaitu: dengan metode pengeringan, desikasi, termogravimetri, destilasi, dan metode Karl Fischer. Untuk analisis kadar air bahan cara tidak langsung dapat digunakan metode-metode listrik-elektronika, penyerapan gelombang mikro, penyerapan gelombang sonik dan ultrasonik, dan metode spektroskopi. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses mikrobiologis, alah satu metode penentuan kadar air secara langsung adalah metode destilasi. Biasanya metode ini digunakan untuk bahan-bahan mengandung lemak dan komponen-komponen lain selain air yang mudah menguap pada perlakuan suhu tinggi. Pada metode destilasi ini, proses destilasi bahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang bersifat immiscible yaitu jenis pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air. Selama proses destilasi, pelarut tersebut bersama air dalam bahan akan menguap pada suhu lebih rendah dari suhu didih air. Uap yang terbentuk mengalami kondensasi yang ditampung dalam labu penampung destilat. (Nadia, 2011).
     Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan  berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat  basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan  berat kering dapat lebih dari 100 persen. Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air merupakan pemegang. peranan penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 10 0gr bahan disebut kadar air berat basah. Kadar air juga salah satu parameter penting dalam menentukan kualitas bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.  Dengan metode pengeringan dengan oven konveksi yaitu di samping air akan ikut teruapkan pula sedikit komponen volatil. Seringkali sampel tidak benar-benar kering karena pemanasan dengan cara konveksi tidaklah cukup kuat. Nilai pengukuran akan berada di atas kadar air (water content) tetapi di bawah kadar air total (total moisture content) (Anonim, 1958).




V. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Timbangan Analit : 1 unit
  2. Botol Timbang : 1 buah
  3. Oven : 1 unit
  4. Desikator         : 1 unit
  5. Penjepit Gelas Arlogi : 1 unit
  6. Kertas label : 1 buah

B. Bahan
  1. Mesocarp : 14,17 gram
  2. Minyak goreng : 15,52 gram
  3. CPO : 15,69 gram
VI. Cara Kerja
A. Teoritis
  1. Menimbang wadah yang akan digunakan (W1)
  2. Mentuangkan sampel kedalamnya (10-15g) (W2) dan ditimbang hingga sampai 0,0001 gram terdekat.
  3. Mengkeringkan sampel minyak didalam oven dengan suhu 1050C selama waktu yang telah ditentukan, kemudian diinginkan sampel kekeringan didalam desikator selama +/- 30 menit.
  4. Menimbang wadah dan sampel kering sampai diperoleh berat konstan = berat selisih penimbangan 0,0001 g (W3).
  5. Melakukan kalkulasi kadar air dengan menggunakan rumus:
        Kadar air = "W2-(W3-W1)" /"W2"  x 100 %
        Keterangan :
        W1 = berat botol timbang
        W2 = berat sempel
        W3 = berat sampel + berat botol timbang




B. Skematis

VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel hasil pengamatan


B. Perhitungan


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1958. “Bab II Tinjauan Pustaka”. Bogor : Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nadia, L. 2011. “Modul Analisis Kadar Air Bahan Pangan”. 1 : 1-30 Bogor : IPB Press. 

Laporan Praktikum Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB)

I. Judul Acara II         : Penentuan Asam Lemak Bebas
II. Waktu dan Tempat : Senin, 22 Oktober 2018 di Laboratorium Kimia 
III. Tujuan            : Untuk mengetahui cara penentuan asam lemak bebas pada minyak

IV. Dasar Teori
    Besarnya asam lemak bebas dalam minyak ditunjukan dengan nilai angka asam. Angka asam yang tinggi mengindikasikan bahwa asam lemak bebas yang ada di dalam minyak nabati juga tinggi sehingga kualitas minyak justru semakin rendah. Pembentukan asam lemak bebas dalam minyak goreng bekas diakibatkan oleh proses hidrolisis yang terjadi selama prosess penggorengan, ini biasanya disebabkan oleh pemanasan yang tinggi yaitu pada suhu 160-200°C. Menurut Kulkarni dan Dalai (2006) uap air yang dihasilkan pada saat proses penggorengan, menyebabkan terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasikan dari angka asam.  Asam lemak bebas di dalam minyak goreng merupakan asam lemak berantai panjang yang tidak teresterifikasi. Asam lemak bebas mengandung asam lemak jenuh yang berantai panjang. Semakin banyak konsumsi asam lemak bebas, akan meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah yang merupakan kolesterol jahat. Banyaknya asam lemak bebas dalam minyak menunjukkan penurunan kualitas minyak. Pengaruh minyak dan lemak terhadap kesehatan juga dapat memicu peningkatan kadar kolestrol dalam darah. Kadar kolestrol dalam darah manusia beragam dan mengalami bertambahnya umur. Faktor makanan yang berpengaruh terhadap kolestrol darah adalah LDL, lemak total, lemak jenuh, dan energi total. Pada kolestrol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah (Sopianti, 2017).
    Berdasarkan penelitian Panagan (2010), kadar asam lemak bebas dapat di analisis menggunakan metode titrasi asam basa. Edwar et al. (2011) menganalisis kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng sawit dan minyak goreng jagung. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada pemanasan selama 60 menit dengan suhu 2000 C terlihat penurunan volume titrasi dari kedua sampel minyak goreng, serta penelitian Effendi et al. (2012) untuk mengukur kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa yang menyatakan peningkatan kadar asam lemak bebas akibat proses oksidasi dan hidrolisis minyak. Pemilihan metode ini dipakai karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam laboratorium maupun industri, penentuannya hanya didasarkan pada perubahan warna yang terjadi pada sampel dan sering disebut sebagai titik akhir titrasi. Selain dengan menggunakan metode titrasi, kadar asam lemak bebas di dalam minyak dapat dianalisis menggunakan FTIR (Fourier Transformasi Infra Red) yang didasari pada vibrasi ikatan atom dari suatu molekul. Seperti yang dilakukan Al-Alawi et al. (2006) pada penelitian asam lemak bebas pada minyak nabati, hasil penelitiannya menunjukkan adanya perubahan pita serapan gugus fungsi dari asam lemak bebas yang ditandai dengan gugus karboksilat, terjadi kenaikan pita serapan pada panjang gelombang 1820-1573 cm-1 yang menandakan adanya vibrasi ikatan C=O. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yelmeda et al. (2012) untuk menganalisis asam lemak pada minyak sawit dan pada minyak bekas penggorengan. Kelebihan dari FTIR yaitu penyiapan sampel yang lebih cepat serta waktu yang digunakan untuk menganalisis lebih cepat dibandingkan metode konvensional lainnya, tidak menggunakan pelarut yang banyak dan mengurangi resiko toksisitas (Selamat, 2017).




V. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Timbangan analit : 1 unit
  2. Buret dan Statif : 1 unit
  3. Erlemenyer 250 ml : 2 buah
  4. Gelas beaker : 1 buah
  5. Pipet tetes : 1 buah
  6. Gelas ukur : 1 buah 
B. Bahan
  1. CPO : 5 gram
  2. Minyak goreng : 5 gram
  3. Alkohol netral : 50 ml
  4. Indikator PP : 4 tetes
  5. NaOH O,1 N : secukupnya


VI. Cara Kerja
A. Teoritis
  1. Menimbang 3-5 g berat sampel minyak didalam erlenmeyer 250 gram.
  2. Menambahkan 50 ml alkohol netral dan 4 tetes indikator phenolphtalein, goyang hingga homogen. 
  3. Mentitrasi dengan larutan standar natrium 0,1 tetes demi tetes sampai timbul warna merah jambu yang dapat bertahan minimal 30 detik
  4. Kalkulasi % FFA = BM Asam Oleat x  ml NaOH ×N NaOH/berat Sampel(gram) 
  5. Berat Molekul asam lemak :
  • CPO (asam palmitat) = 25,6
  • Minyak goreng bekas (Olein (asam oleat)) = 28,2


B. Skematis
Tabel 2.1 Cara kerja skematis penentuan asam lemak bebas


VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel hasil pengamatan

B. Perhitungan




DAFTAR PUSTAKA
Sopianti, et al. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng. 2 : 100-105. Bengkulu : Farmasi, Akademisi Farmasi Al-Fatah Bengkulu. 

Alfiani, S. et al. 2014. Penggorengan Berulang Dengan Metode Titrasi Asam Basa dan Spektrofotometer Fourier Transformation Infra Red (FTIR). Jurnal Pharmascience, 1:7– 13.  

Laporan Praktikum Penentuan Kadar Lemak

I. Judul Acara I             : Penentuan Kadar Lemak
II. Waktu dan Tempat : Senin, 22 Oktober 2018 di Laboratorium Kimia 
III. Tujuan                     : Untuk Menentukan kandungan minyak dalam bahan.

IV. Dasar Teori
     Lemak merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur C, H dan O. Lemak atau lipid merupakan salah satu nutrisi diperlukan tubuh karena berfungsi menyediakan energi sebesar 9 kilokalori/gram, melarutkan vitamin A, D, E, K dan dapat menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh manusia. Selama proses pencernaan, lemak dipecah menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam lemak dan gliserol. Lemak merupakan unit penyimpanan yang baik untuk energi. Berdasarkan struktur kimianya, lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh biasanya cair biasanya cair pda suhu kamar, minyak nabati dan lemak yang ditemukan dalam biji merupakan contoh dari lemak tak jenuh sedangkan lemak jenuh biasanya padat pada suhu kamar dan ditemukan dalam daging, susu,keju, miyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Lipid atau lemak berasal dari kata yunani yang berarti Lipos yang merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang diberikan oleh sifat kelarutannya. Terutama lipid tidak bisa larut dalam air tetapi larut dalam larutan non polar seperti eter (Hart, 2003). Minyak/ lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam, minyak merupakan senyawa turunan ester dari gliserol dan asam lemak. Dalam berbagai makanan, komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan (Ika, 2016).
     Struktur umum lemak adalah : R1, R2, R3 adalah gugus alkilmungkin saja sama atau juga beda. Gugus alkil tersebut dibedakan sebagai gugus alkil jenuh (tidak terdapat ikatan rangkap) dan tidak jenuh (terdapat ikatan rangkap). Adapun struktur lemak kimia yaitu komponen penyusun lemak menggambungkan karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan sekali dalam fosfor sementara (P) dan nitrogen (N). Partikel lemak terdiri dari empat bagian, khususnya satu atom gliserol dan tiga partikel lemak tak jenuh. Asam terdiri dari rantai hidrokarbon (CH) dan karboksil mengumpulkan (-COOH). Molekul gliserol memiliki tiga hidroksil banyak (-OH) dan masing-masing interface dengan hidroksil yang pertemuan sekelompok karboksil dari lemak tak jenuh. Dengan mempertimbangkan potongan senyawa lemak dipisahkan menjadi tiga antara lain: lemak sederhana, lemak campuran dan lemak awal (Ika, 2016).
     Berdasarkan senyawa penyusunnya, lipid dibedakan atas lipid sederhana, lipid kompleks/majemuk dan lipid derivat. 1. Lipid sederhana (netral) merupakan ester asam lemak dengan alkohol Contohnya adalah lilin (ester asam lemak dengan gliserol) dan lilin (ester asam lemak dengan alkohol selain gliserol) 2. Lipid majemuk/kompleks merupakan ester asam lemak dengan alkohol dan gugus lain/komponen non lipid lain seperti fosfat, protein,dan gula Contohnya adalah fosfolipid (punya gugus fosfat), proteolipid (punya gugus protein), glikolipid (punya gugus gula) 3. Lipid derivat merupakan senyawa turunan lipid. Contohnya adalah asam lemak, alkohol, sterol, hidrokarbon Selain itu juga ada beberapa golongan senyawa yang memiliki sifat kimia seperti lipid dan biasanya seringkali dijumpai larut bersama lipid seperti senyawa steroid dan vitamin terutama karoten serta klorofil. Lemak secara kimiawi tersusun oleh sekelompok senyawa yang berbeda. Dalam bahan makanan lemak dapat terdiri dari dua bentuk, yaitu yang tampak (visible) dan yang tidak tampak (invisible). Lemak yang tampak misalnya mentega, margarin, minyak goreng dan sebagainya. Lemak yang tidak tampak misalnya yang terdapat dalam berbagai bahan makanan seperti daging, kacang tanah, susu, telur, dan sebagainya (Darmasih, 1997).
     Penetapan kadar lipid dengan ektraksi menggunakan pelarut pada bahan merupakan analisa kadar lemak kasar karena tidak hanya lemak saja yang ikut terekstraksi, tetapi juga fosfolipid, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen larut lemak lainnya. Untuk menentukan kadar lipid dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu penetapan kadar lipid bahan padat dan bahan cairan. Prinsip penetapan lipid bahan padat adalah penggunaan pelarut organik yang memiliki polaritas sama dengan polaritas lipid untuk mengekstraksi lipid.  Pelarut organik dipanaskan pada titik didihnya sehingga pelarut akan menguap dan membawa minyak atau lemak pada bahan hasil pertanian. Lalu hasilnya akan ditampung. Residu pelarut akan diuapkan hingga diperoleh minyak bahan hasil pertanian atau berat sampel menurun. Sedangkan prinsip penetapan lipid bahan cairan dilakukan dengan merusak lipid yang berupa emulsi dalam cairan menggunakan asam sulfat pekat, garam yang bersifat anion atau hidrofilik yang mengakibatkan salting out dari protein yang berfungsi sebagai emulsifier sehingga akan didapatkan minyak yang mengapung di permukaan cairan yang dapat diukur jumlahnya (Darmasih, 1997).




V. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Labu alas bulat : 1 buah
  2. Timbang analit : 1 unit
  3. Tabung ekstraksi soxlet : 1 buah
  4. Crus porselin : 1 buah
  5. Destilasi Soxlet : 1 buah
  6. Oven : 1 unit
  7. Kertas saring : 1 buah
  8. Water batch : 1 unit
B. Bahan
  1. Mesocarp : 2,10 gram
  2. Kernel : 1 buah
  3. Petrollium ether : 25 ml
VI. Cara Kerja
A. Teoritis
  1. Menimbang 2,10 gram bahan yang telah dihaluskan.
  2. Memasukkan kertas saring digulung dan demasukkan dalam ekstraksi soxlet dengan timble
  3. Mengalirkan air pendingin melalui kondensor.
  4. Memasang tabung ekstraksi pada alat distilasi soxhlet dengan pelarut petrolium ether secukupnya selama 4 jam.
  5. Menimbang terlebih dahulu crus porselin.
  6. Memasukkan residu sampel kedalam crus porselin
  7. Menguapkan residu pada waterbath, 
  8. Meneruskan pengeringan di dalam oven 100 OC.
  9. Menimbang berat residu didalam botol dinyatakan dalam berat lemak dan minyak.
B. Skematis
Berdasarkan praktikum yang di lakukan maka didapatkan gambar pada masing- masing cara kerja antara lain :

Baca juga : Laporan Praktikum Pengenalan AutoCAD (Draw), Lengkap dengan penjelasannya !!!


VII. Hasil Pengamatan
A. Tabel hasil pengamatan

                 Tabel 1.2 Hasil pengamatan penentuan kadar lemak

B. Perhitungan


DAFTAR PUSTAKA
Darmasih, 1997. Analisis Kadar Lemak Pada Tepung Ampas Kelapa. Angelia, I.O Prinsip Soxhlet. Jurnal Jtech : Peternakan. 4 : 1-19.

Oktahara, Ika. 2016. Analisis Kadar Lemak Pada Tepung Ampas Kelapa.  JTech Angelia, I.O. 4 : 19-23. Gorontalo : THP, Politeknik Gorontalo.