Pages

Showing posts with label Laporan Teknik Irigasi dan Drainase. Show all posts
Showing posts with label Laporan Teknik Irigasi dan Drainase. Show all posts

Laporan Praktikum Kalibarasi (Sprinkler dan Sprayer)

I. ACARA VI         : Kalibrasi (Sprinkler dan Sprayer)
II. HARI, TANGGAL : Jum’at, 26 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Mengetahui teknik pemberian air irigasi dengan sistem sprinkler dan sprayer pada lahan pertanian.
  2. Dapat menggambarkan skema luasan pemberian air irigasi dengan sistem sprinkler dan sprayer.

IV. DASAR TEORI
     Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan akurat dan konsisten dengan instrumen lainnya. Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berpengaruh langsung terhadap kualitas produk dan dapat membahayakan kesan perusahaan Anda di mata konsumen. Alat ukur warna yang paling mahal dan akurat juga dapat rusak atau melenceng setelah dipakai dalam jangka waktu tertentu. Sangatlah penting bahwa alat ukur warna seperti spectrophotometer atau chroma meter dikalibrasi secara teratur dan mengikuti sistem manajemen kualitas yang ada. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain: Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi (Almega, 2016).
     Sprinkler irigasi atau disebut pula irigasi curah/ irigasi percik merupakan salah satu cara pemberian air untuk tanaman dengan jalan  menyemprotkan ke udara melalui nozzle sehingga air yang jatuh ke tanah  menyerupai butiran – butiran yang mendekati keadaan waktu hujan. Tenaga untuk menyemprotkan tersebut dilakukan oleh sebuah pompa bertekanan tinggi. Suatu sistem irigasi sprinkler pada umumnya terdiri dari unit instalasi pompa, Jaringan pipa penyalur (main line dan lateral), Spinkler nozzle, Injektor pupuk. Irigasi spinkler adala irigasi serbaguna dalam arti bahwa penggunaan air untuk berbagai macam tanaman, tanah dan berbagai kondisi topografi. Sistem irigasi ini populer pada daerah humid, karena saluran permukaan dan penyiapan lahan terlebih dahulu, tidaklah diperluka juga karena pipa – pipa mudah untuk ditransportasikan serta tidak mengganggu pada aktivitas pertanian apabila irigasi tidak dibutuhkan, misalnya pada musim hujan (Yoga, 2016).
     Sistem irigasi sprayer cocok untuk digunakan pada tanah pasiran atau lainnya dan pada kondisi topografi dimana irigasi permukaan tidak efisien atau mahal. Juga pada areal dimana erosi dapat menjadi hal yang membahayakan (tanah sangat ersosif). Laju dan jumlah air yag digunakan pada umumnya untuk kebutuhan pembibitan, perlindungan terhadap pembekuan (freezing). Kelambatan masa semi dari buah – buahan dan perlindungan tanaman pada cuaca yang panas. Pemupukan dan pengelolaan tanah yang mungkin dapat memulai suatu larutan dalam air, dapat pula menggunakan sistem irigasi ini. Kelemahan yang paling menonjol pada sistem irigasi ini adalah relatif tingginya biaya investasi dan kebutuhan tenaga kerja yang relatif besar. Sama dengan sistem irigasi sprayer, sistem irigasi sprinkler cocok untuk digunakan pada tanah pasiran atau lainnya dan pada kondisi topografi dimana irigasi permukaan tidak efisien atau mahal. Juga pada  areal dimana erosi dapat menjadi hal yang membahayakan (tanah sangat ersosif). Laju dan jumlah air yag digunakan pada umumnya untuk kebutuhan pembibitan, perlindungan terhadap pembekuan (freezing). Kelambatan masa semi dari buah – buahan dan perlindungan tanaman pada cuaca yang panas. Pemupukan dan pengelolaan tanah yang mungkin dapat memulai suatu larutan dalam air, dapat pula menggunakan sistem irigasi ini. Kelemahan yang paling menonjol pada sistem irigasi ini adalah  relatif tingginya biaya investasi dan kebutuhan tenaga kerja yang relatif besar. Sistem irigasi selanjutnya adalah dengan menggunakan sprinkler. Pada saat menggunakan alat ini dari tabel dapat kita ketahui gelas plastik daerah sekitar alat kosong sedangkan untuk gelas plastik yang berada pada jarak jauh dapat terisi. Pada alat ini gelas yang berada agak jauh terisi lebih banyak dari pada gelas plastik yang terdekat. Jadi sprayer lebih cenderung untuk pengairan jarak jauh, tetapi untuk mengoptimalkan alat ini adalah dengan menggabungkan beberapa sprinkler disusun berjajar (Andi, 2014).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Pipa : secukupnya
  2. Sprayer : 1 unit
  3. Sprinkler : 1 unit
  4. Pompa air : 1 unit
  5. Profil Tank : 1 unit
  6. Gelas plastik : 121 buah
  7. Gelas ukur : 2 buah
  8. Lem pipa : secukupnya
  9. Penyambung pipa : secukupnya
  10. Kabel listrik : secukupnya
  11. Selang air : secukupnya
  12. Ember : 3 buah

B. Bahan
  1. Tali rafia : secukupnya
  2. Air : secukupnya
  3. Lahan pertanian : 12 x 12 m

VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses pengamatan, seperti : tali rafia, pipa, sprinkler, sprayer, profil tank, pompa air, dan gelas plastik. 
  2. Membuat jaring untuk meletakkan gelas plastik berbentuk persegi (0,8 m) atau yang disebut petak lahan.
  3. Memasang sprayer pada ujung pipa kemudian nanti diganti dengan sprinkler setelah data sprayer.
  4. Menghubungkan pipa pada pompa dan profil tank.
  5. Mengisi profil tank (tempat penampung air) hingga penuh.
  6. Melakukan percobaan secara bergantian sprayer dan sprinkler.
  7. Mencatat hasil percobaan pada tabel.
  8. Menggambar hasil pengamatan (jangkauan siraman air sprayer dan sprinkler) pola pemasangan gelas plastik.



B. Skematis
  1. Disiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses pengamatan, seperti : tali rafia, pipa, sprinkler, sprayer, profil tank, pompa air, dan gelas plastik. 


  2. Dibuat jaring untuk meletakkan gelas plastik berbentuk persegi (0,8 m) atau yang disebut petak lahan. 

  3. Dipasang sprayer pada ujung pipa kemudian nanti diganti dengan sprinkler setelah data sprayer. 

  4. Dihubungkan pipa pada pompa dan profil tank. 

  5. Diisi profil tank (tempat penampung air) hingga penuh. 

  6. Dilakukan percobaan secara bergantian sprayer dan sprinkler. 

  7. Dicatat hasil percobaan pada tabel. 

  8. Digambar hasil pengamatan (jangkauan siraman air sprayer dan sprinkler) pola pemasangan gelas plastik. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan sprayer




B. Tabel hasil pengamatan sprinkler







DAFTAR PUSTAKA 
Almega. 2016. “Apa Itu Kalibrasi dan Kapan Kita Perlu Melakukannya?”. http:// analisawarna.com/2016/03/22/apa-itu-kalibrasi-dan-kapan-kita-perlu melakukannya/.html. Diakses pada 30 Oktober  2018, pukul 06.10 WIB.

Sulhan, Andi, Agus. 2014. “Laporan Praktikum Kalibrasi”. http://agusandi sulhan.blogspot.com/2014/12/laporan-praktikum-kalibrasi.html. Diakses pada 01 November  2018, pukul 07.18 WIB.

Wananda, Yoga. 2016. “Laporan Teknik Irigasi dan Drainase“. http://yogawananda. blogspot.com/2016/04/laporan-teknik-irigasi-dan-drainase53.html. Diakses pada 30 Oktober 2018, pukul 06.21 WIB.

Laporan Praktikum Infiltrasi

I. ACARA V                 : Infiltrasi
II. HARI, TANGGAL : Rabu, 17 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Dapat mengenal karakteristik laju infiltrasi.
  2. Dapat mengukur besarnya laju infiltrasi yang dilakukan terhadap media tanah.

IV. DASAR TEORI
     Infiltrasi adalah proses masuknya air kepermukaan tanah. Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dalam daur hidrologi maupundalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran disungai. Pengertian infiltrasi (Infiltration) sering dicampur adukkan untuk kepentingan praktis dengan pengertian perkolasi (Percolation) yaitu gerakan air kebawah dari zona tidak jenuh yang terletak diantara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah (zona jenuh). Dalam kaitan ini terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi' yaitu kapasitas infiltrasi (Infiltration capaciti) dan laju infiltrasi (Infiltration rate). Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, sedangkan laju infiltrasi adalah laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah tertentu. Tanah dapat ditembusi air karena adanya celah yang tak kapilar melalui mana aliran air grafitas mengalir kebawah menuju air tanah, dengan mengikuti suatu jalan berhambatan palinglemah. Gaya-gaya kapilar mengalihkan air grafitas secara terus menerus kedalam rongga-rongga pori kapilar, sehingga jumlah air grafitas yang melalui horizon-horizon yang lebih rendah setara berangsur-angsur berkurang. Hal ini menyebabkan bertambahnya tahanan pada aliran grafitas dilapisan permukaan dan berkurangnya laju infiltrasi pada saat hujan meningkat (Afriyani, 2014).
     Pengukuran infiltrasi, baik kapasitas nya maupun kecepatannya dari suatu tanah penying untuk mengetahui bentuk-bentuk keadaan keberadaan air dan pengelolaan air yang baik dalam tanah. Infiltrasi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan proses masuknya air kedalam tanah, biasanya merupakan aliran kebawah yang melalui seluruh permukaan tanah.  Kecepatan proses ini merupakan kecepatan proses ini umumnya menetukan banyaknya air yang masuk ke perakaran dan banyaknya air yang mengalir dipermukaan tanah (Surface run off). Hubungan infiltrasi dengan waktu pada keadaan  tanah tergenang air. Apabila dihitung “infiltrasi komulatif” dari suatu peristiwa infiltrasi, maka hasinya merupakan integrasi dari kurva hubungan antara laju infiltrasi dengan waktu. Laju infiltrasi dapat diukur dengan mengunakan infiltrometer, yang berupa silinder tunggal atau ganda yang dimasukan kedalam tanah kemudian di isi air. Permukaan air ini dapat juga tetap atau dapat pula dibiarkan menurun, dan keduanya dapat menunjukan laju infiltrasi tanah yang keduanya dapat menunjukan laju infiltrasi tanah yang bersangkutan. (Sarah, 2012).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Double ring infiltrometer : 1 unit
  2. Penggaris : 1 buah
  3. Penuang air : 1 buah
  4. Palu         : 1 buah
  5. Stopwatch : 1 buah
  6. Buku tulis : 1 buah
  7. Pena : 1 buah
  8. Ember : 1 buah

B. Bahan
  1. Air         : secukupnya


VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Memasang tabung infiltrometer tegak lurus dengan kedalaman ± 10 cm.
  2. Mengisi tabung luar (yang besar) dengan air sampai kedalaman 5 cm dan juga pada ketinggian tetap selama pengukuran dan mengisi tabung dalam (tabung pengukur) dengan air secara hati-hati, jangan sampai merusak permukaan tanah.
  3. Mencatat waktu dan penurunan tinggi muka air dalam tabung pengukur dengan interval waktu sesuai petunjuk co.ass atau pembimbing.
  4. Melakukan  langkah keenam hingga penurunan air konstan.



B. Skematis
  1. Dipasang tabung infiltrometer luar dan tabung dalam tegak lurus dengan kedalaman ± 10 cm. 
     

  2. Diisi tabung luar (yang besar) dengan air sampai kedalaman 5 cm dan juga pada ketinggian tetap selama pengukuran dan tabung dalam (tabung pengukur) dengan air secara hati-hati, jangan sampai merusak permukaan tanah. 

  3. Dicatat waktu dan penurunan tinggi muka air dalam tabung pengukur dengan interval waktu sesuai petunjuk co.ass atau pembimbing.
  4. Dilakukan  langkah ketiga hingga penurunan air konstan.



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Hasil Pengamatan
Keterangan :
1. Jenis tanah : berdebu
2. Tabung (ring) luar
  • Tinggi         : 
  • Diameter luar         : 15 cm
  • Diameter dalam : 14 cm
3. Tabung (ring) dalam
  • Tinggi         :
  • Diameter luar : 8 cm
  • Diameter dalam : 7,5 cm
4. Tabel hasil pengamatan

5. Penghitungan laju infiltrasi


6. Perhitungan rata-rata laju infiltrasi

7. Grafik laju infiltrasi dalam cm/menit



 
B. Hasil Perhitungan
Keterangan :
t = Pengamatan waktu
I = Akumulasi penurunan air

Perhitungan :




DAFTAR PUSTAKA 
Fathullah, Anas, 2015. “Laporan Praktikum Infiltrasi Dasar Ilmu Tanah”. http:// anasfathullah.blogspot.com/2015/09/laporan-praktikum-infiltrasi-dasar-ilmu.html. Diakses pada 21 Oktober  2018, pukul 02.13 WIB.

Yustiani, Dwi, Sarah. 2012. “Laporan Praktikum Agrohidrologi Infiltrasi“. http:// sarahyustiani.blogspot.com/p/laporantetap-praktikum-agrohidrologi.html. Diakses pada 21 Oktober 2018, pukul 02.18 WIB.

Zulyanti, Afriyani. 2014. “Pengertian Infiltrasi“. https://www.academia.edu/11430 114/Pengertian_Infiltrasi.html. Diakses pada 21 Oktober 2018, pukul  02.06 WIB.

Laporan Praktikum Pola Pembahasan Tanah

I. ACARA IV : Pola Pembasahan Tanah
II. HARI/TANGGAL : Rabu, 17 Oktober 2018
III. TUJUAN : 
  1. Mempelajari proses gerakan air  dalam tanah setelah adanya proses infiltrasi.
  2. Dapat mengetahui bagaimana perbedaaan gambar gerakan air dengan media yang berbeda.
IV. DASAR TEORI
     Pola pembasahan tanah adalah gambaran bagian tanah yang basah pada saat tertentu. Bagian yang basah tersebut merupakan daerah yang sudah dicapai oleh gerakan air dalam tanah selama pemberian air. Metode – metode ditujukan guna pemberian air dapat secara uniform distribusinya pada permukaan tanah. Gaya yang paling dominan pada gerakan aliran air didalam tanah adalah gaya grafitasi. Selama periode proses evaporasi dan transpirasi, gradien gaya tekan lebih besar dari gaya grafitasi. Sehingga gerakan akan terbentuk vertikal kearah bawah. Gerakan air ke arah vertikal lebih dominan daripada gerakan ke arah horizontal yang ditandai dengan jarak pembasahan kearah vertikal lebih lebar daripada jarak pembasahan ke arah horizontal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada tanah bertekstur kasar seperti pasiran akan membentuk pola pembasahan tanah yang cenderung ke arah horizontall. Pada kondisi tersebut, gaya gravitasi lebih kecil daripada gaya adhesi dan kohesi atau dengan kata lain potensial matrik tanah pasiran lebih besar daripada potensial gravitasinya (Anonim, 2009).
     Salah satu kendala produksi tanaman di lahan kering adalah terbatasnya air untuk tanaman, terutama pada musim kemarau. Kendala ini terutama untuk budidaya tanaman sayuran semusim seperti sawi, selada, kangkung, bayam, bawang daun, dan lain-lain. Karena itu, lahan kering khususnya di musim kemarau lebih banyak diistirahatkan (bera). kondisi sumberdaya air pada sebagian besar daerah di Indonesia telah memasuki pada tingkat waspada sampai tingkat kritis, sedangkan kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lainnya terus meningkat. Oleh karena itu, ketersediaan sumberdaya air yang terbatas harus dimanfaatkan secara hemat (efisien) dan efektif terutama dalam bidang pertanian. Guna memanfaatkan jumlah air yang terbatas untuk budidaya tanaman sayuran di lahan kering diperlukan teknologi irigasi yang hemat air seperti irigasi tetes modern (komersial). Namun irigasi tetes modern (komersial) belum dapat diterapkan oleh petani karena harganya mahal yang belum terjangkau oleh petani, semua komponen-komponennya masih diimpor dan dalam pengoperasiannya diperlukan keahlian yang memadai (Hendra, 2014).
     Irigasi dan drainase saling berhubungan, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan,  pemanfaatan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Drainase merupakan kepentingan utama dalam reklamasi tanah yang beragam dan kerap kali yang terendam air. Bahkan jika hanya daerah itu yang telah diusahakan pertaniannya dipertimbangkan, drainase menguntungkan pertanian irigasi dan masyarakat umum dalam  banyak cara. Pemakaian air secara efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan drainase dari tanah yang lebih rendah. Penggenangan dari daerah yang lebih rendah sejalan dengan limpahan sungai dengan saluran-saluran drainase alamiah selam periode aliran maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air dalam daerah aliran air lembah tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah. Drainase cukup meningkatkan susunan tanah dan menaikkan serta menyempurnakan produktivitas tanah. Drainase juga memperbaiki kesehatan lingkungan dan membuat daerah pemukiman lebih menarik. Keuntungan lain dari drainase yaitu mempunyai kapasitas penyaluran kelebihan yang cukup memuaskan, memudahkan pengerjaan dengan input yang relatif murah dan pengerjaannya dapat dengan mekanis/tenaga manusia (Afni, 2012).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Kotak kaca berskala : 2 buah
  2. Penetes air (emitter,sprayer,dll) : 2 buah
  3. Pena         : 1 buah
  4. Kertas milimeter         : 2 buah
  5. Stopwatch         : 1 buah

B. Bahan
  1. Tanah berdebu : secukupnya
  2. Tanah berpasir : secukupnya
  3. Air                 : 1000 ml

VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Memasukkan tanah kedalam kotak kaca berskala, kemudian diratakan.
  2. Meletakkan penetes (emitter/dripper) di tengah permukaan tanah.
  3. Menjalankan penetas.
  4. Membuat tanda pada kertas yang ditempatkan pada dinding kotak kaca berskala setiap 5 menit dan kelipatannya.
  5. Mencatat waktu dan ukurlah jarak pembasahannya kearah vertikal, horizontal dan diagonalnya.
  6. Mengisikan data pada tabel terlampir.
  7. Membuat grafik pola pembasahan pada kertas milimeter.



B. Skematis
  1. Dimasukkan tanah kedalam kotak kaca berskala, kemudian diratakan. 

  2. Diletakkan penetes (emitter/dripper) di tengah permukaan tanah. 

  3. Dijalankan penetas. 

  4. Dibuat tanda pada kertas yang ditempatkan pada dinding kotak kaca berskala setiap 5 menit dan kelipatannya. 

  5. Dicatat waktu dan ukurlah jarak pembasahannya kearah vertikal, horizontal dan diagonalnya. 

  6. Diisikan data pada tabel terlampir. 

  7. Dibuat grafik pola pembasahan pada kertas milimeter. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel Pengamatan
1. Jenis tanah = Tanah berdebu


2. Jenis tanah = Tanah berpasir


B. Grafik Hasil Pengamatan
1. Tanah Berpasir 

2. Tanah Berdebu 

 




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Pola Pembasahan“. http://gdurl.com/TOuK/download;amp.html. Diakses pada 20 Oktober 2018, pukul 22.46 WIB.

Rahma, Afni. 2012. “Audit Sistem Irigasi”. https://www.academia.edu/5171940/ AUDIT.html. Diakses pada 20 Oktober  2018, pukul 22.54 WIB.

Yanto, Hendra. 2009. “Makalah Irigasi“. http://makalah-info.blogspot.com/2009/07/ irigasi.html. Diakses pada 20 Oktober 2018, pukul  22.43 WIB.

Laporan Praktikum Kadar Lengas Tanah

I. ACARA III         : Kadar Lengas Tanah
II. HARI, TANGGAL : Jum’at, 26 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Pengenalan dan pengamatan kadar lengas tanah dengan metode Gravimetri dan Soil Tester. 
  2. Dapat mempraktekkan metode Gravimetri dan Soil Tester.

IV. DASAR TEORI
     Tanah merupakan salah satu media tanam yang umum digunakan untuk pembudidayaan tanaman. Tanah digunakan oleh tanaman untuk sarana tumbuh kembang karena dapat menyimpan berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam dunia pertanian, pengetahuan tentang kadar lengas di dalam tanah sangat penting. Hal ini dikarenakan melalui keberadaan lengas inilah kemudian penyerapaan unsur hara dan respirasi pada tanaman dapat terjadi. Lengas dapat dikatakan sebagai pori-pori tanah yang mengikat air. Pori-pori ini kemudian dapat diisi atau sebagai sarana untuk penyimpanan air dan berbagai unsur hara bermanfaat lainya. Keberadaan pori juga membuat tanah lebih remah sehingga pergerakan pertumbuhan akar akan lebih baik. Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas osmosis, matrik, dan kapiler. Peningkatan permukaan jenis dan kerapatan muatan elektrostatik tanah sejalan dengan peningkatan kakas osmosis, matrik, dan kapiler. Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air, keberadaan gravitasi bumi, dan tekanan osmosis jika tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi. Lengas tanah juga dapat diartikan sebagai kelembaban tanah yaitu air yang terikat secara adsorbtif pada pori-pori tanah. Sedangkan keberadaan lengas tanah dapat dipengaruhi oleh potensi air, akar tanaman dan juga suhu. Penyerapan air oleh akar tanaman tergantung pada kelembaban tanah atau lengas tanah (Anonim. 2017).
     Lengas tanah dapat disebut sebagai uap air yang terdapat pada pori-pori tanah. lengas tanah juga memiliki tegangan yang menentukan seberapa banyak air yang dapat diserap oleh tumbuhan. Metode untuk mengukur kelengasan tanah (kandungan air tanah) digunakan  metode gravimetri. Pada beberapa kandungan lengas tanah yang digunakan sebagai medium tumbuh tanaman. Selain menggunakan metode gravimetri untuk mengetahui kadr lengas tanah juga dapat digunakan perhitungan indeks kelembaban tanah, karena proses penguapan air pada suatu benda sangat bertimbal balik terhadap kelembaban udara. Kadar lengas tanah digunakan untuk menentukan jadwal pengairan pada lahan sawah atau irigasi. Untuk menentukan kelengasan tanah dapat digunakan penghitungan evapotranspirasi dan presipitas pada tanah. Pengukura juga dapat dlakukan dengan mengetahui suhu tanah. Sehingga kadar lengas dapat diketahui melalui besarnya suhu, tekstur, struktur, dan besar kecilnya pori tanah. Sedangkan kadar lengas sendiri merupakan kadar kelembaban atau air yang terkandung dalam tanah ataiu diantara pori tanah itu sendiri (Zahra, 2017).
     Salah satu manfaat nilai berat isi tanah, yaitu untuk menghitung porositas. Untuk menghitung porositas kita harus mengetaui berat jenis partikelnya terlebih dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis, yaitu untuk menentukan perhitungan ruang pori dalam tanah. Untuk menghitung ruang pori dalam tanah, kita harus mengetahui berat isi tanah terlebih dahulu. Seperti halnya pada tanah berpasir, tanah ini sering digunakan dalam pembuatan lapangan sepak bola yang memerlukan penyerapan air lebih cepat namun tidak untuk media pembudidayaan tanaman. Grafik pengaruh pengolahan tanah terhadap berat isi pada 3 minggu setelah tanam Pengolahan lahan sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah. Tanah yang berstruktur mantap berat isinya juga akan tinggi. Itu dikarenakan tanah tersebut memiliki kerapatan yang tinggi, sehinga akar dari tumbuhan atau tanaman tesebut akan sulit menembus atau memecah tanah dan air akan sulit untuk meresap kedalam tanah, sehingga air akan mudah tergenang di atas permukaan tanah (Genja. 2017).



V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Alat pengambil tanah (ring sampel): 1 buah
  2. Oven : 1 unit
  3. Timbangan analitis : 1 unit
  4. Soil tester : 1 unit
  5. Cawan : 6 buah

B. Bahan
  1. Sampel tanah terolah kedalaman 10 cm : secukupnya
  2. Sampel tanah terolah kedalaman 20 cm : secukupnya
  3. Sampel tanah terolah kedalaman 30 cm : secukupnya
  4. Sampel tanah tidak terolah kedalaman 10 cm : secukupnya
  5. Sampel tanah tidak terolah kedalaman 20 cm : secukupnya
  6. Sampel tanah tidak terolah kedalaman 30 cm : secukupnya


VI. CARA KERJA
A. Teoritis
1. Metode Gravimetri
  1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
  2. Menimbang berat cawan yang kosong (a gram).
  3. Mengambil sampel tanah yang terolah dengan ring kedalaman 10 cm, 20 cm, dan 30 cm.
  4. Mengambil sampel tanah tidak terolah dengan ring pada kedalaman 10 cm, 20 cm dan 30 cm.
  5. Memasukkan masing-masing sampel tanah ke dalam cawan, 3 cawan untuk tanah yang terolah, 3 cawan yang tidak terolah.
  6. Menimbang cawan + contoh tanah (b gram).
  7. Memasukkan cawan + contoh tanah ke dalam oven, dikeringkan dengan suhu 1050C  selama 24 jam.
  8. Mengambil keenam cawan yang sudah selesai di oven.
  9. Menimbang cawan + contoh tanah setelah di oven (c gram).
        Perhitungan :
        Kadar lengas = (b-c)/(c-a) x 100%

2. Soil Tester
  1. Membersihkan alat soil tester dengan air dan kemudian dikeringkan dengan air.
  2. Memasukkan alat tersebut ke dalam tanah, catat pH dan kadar air.
  3. Melakukan hal tersebut ke 5 titik tempat.
  4. Mencatat data ke tabel pengamatan.



B. Skematis
1. Metode Gravimetri
  1. Disiapkan alat yang digunakan dan menimbang berat cawan yang kosong (a gram). 

  2. Diambil sampel tanah yang terolah dan tanah tidak terolah dengan ring kedalaman 10 cm, 20 cm, dan 30 cm lalu di masukkan kedalam cawan. 

  3. Menimbang cawan + contoh tanah (b gram). 

  4. Memasukkan cawan + contoh tanah ke dalam oven, dikeringkan dengan suhu 1050C  selama 24 jam. 

  5. Mengambil keenam cawan yang sudah selesai di oven. 

  6. Ditimbang cawan + contoh tanah tersebut (c gram). 


2. Soil Tester
  1. Dibersihkan alat soil tester dengan air dan kemudian dikeringkan dengan air. 

  2. Dimasukkan alat tersebut ke dalam tanah, catat pH dan kadar air lalu masukkan kedalam tabel pengamatan. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Soil Tester
1. Tabel Pengamatan


2. Gravimetri
a. Tanah Terolah



b. Tanah Tidak Terolah

B. Grafik Hasil Pengamatan
1. Kadar lengas tanah terolah

2. Kadar lengas tanah tak terolah






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. “Pengertian dan Definisi Lengas Tanah“. http://agroteknologi.id/ pengertian-dan-definisi-lengas-tanah/.html. Diakses pada 30 Oktober 2018, pukul 13.19 WIB.

Genja. 2017. “Makalah Irigasi“. https://genjaku15.blogspot.com/2015/10/kadar-lengas-tanah.html. Diakses pada 30 Oktober 2018, pukul  13.33 WIB.

Syfazha, Zahra. 2017. “Penetapan Kadar Lengas Tanah”. https://sitifatimatus zahro blog.wordpress.com/2017/11/09/penetapan-kadar-lengas-tanah/.html. Diakses pada 30 Oktober  2018, pukul 13.25WIB.

Laporan Praktikum Evapotranspirasi Langsung (Aktual)

I. ACARA III         : Evapotranspirasi Langsung (Aktual)
II. HARI, TANGGAL : Rabu, 24 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Mengetahui pengukuran  evapotranspirasi secara langsung.
  2. Mengetahui pengaruh evapotranspirasi terhadap kadar lengas tanah.

IV. DASAR TEORI
     Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun. Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air. Evapotranspirasi dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air karena adanya vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi secara signifikan. Karena air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar, tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah mentranspirasikan air lebih banyak. Tanaman semak umumnya mentranspirasikan air lebih sedikit dari tanaman berkayu karena semak tidak memiliki akar yang sedalam tanaman kayu, dan daun yang posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman konifer meski memiliki daun yang tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari tanaman berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal musim semi (Anonim, 2018).
     Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Pepra, 2012).
     Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial yang memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan yang bersangkutan. Sehingga evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration (Freddie, 2013).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Pot bunga` : 3 buah
  2. Timbangan : 1 unit
  3. Alat tulis         : 1 unit

B. Bahan
  1. Tanah debuan : secukupnya
  2. Air         : secukupnya
  3. Bunga : 1 buah


VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
  2. Menimbang tiap-tiap pot kosong dan dibuat tabel.
  3. Mencatat hasil penimbangan tiap-tiap pot.
  4. Memberikan perlakuan yang berbeda pada tiap-tiap pot.
  5. Memberikan perlakuan pada pot 1 dengan menutup lubang pada bagian bawah.
  6. Memberikan perlakuan pada pot 2 dengan memberika tanaman pada pot tersebut.
  7. Membiarkan pot 3 dengan perlakuan berlubang pada bagian bawah tanpa tanaman.
  8. Mengisi tiap-tiap pot dengan tanah debu.
  9. Menimbang tiap-tiap pot beserta tanah debu kering, kemudian dicatat hasil penimbangannya.
  10. Mengisi pot dengan air hingga jenuh, kemudian menimbang pot tersebut dan catat hasilnya.
  11. Menghitung besarnya evapotranspirasi tanaman selama 4 hari dipanaskan dibawah sinar matahari.
  12. Mencatat perubahan berat pot setiap harinya.



B. Skematis
  1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan meniimbang tiap-tiap pot kosong serta dibuat tabel mencatat hasil penimbangan tiap-tiap pot. 

  2. Diberikan perlakuan pada pot 1 dengan menutup lubang pada bagian bawah. 

  3. Diberikan perlakuan pada pot 2 dengan memberika tanaman pada pot tersebut. 

  4. Dibiarkan pot 3 dengan perlakuan berlubang pada bagian bawah tanpa tanaman. 

  5. Ditimbang tiap-tiap pot beserta tanah debu kering, kemudian dicatat hasil penimbangannya. 

  6. Diisi pot dengan air hingga jenuh, kemudian menimbang pot tersebut dan catat hasilnya. 

  7. Dihitung besarnya evapotranspirasi tanaman selama 4 hari dipanaskan dibawah sinar matahari Mencatat perubahan berat pot setiap harinya. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Hasil pengamatan dan perhitungan
1. Hasil penimbangan

2. Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan evapotranspirasi
Keterangan :
Pot 1 : Evaporasi
Pot 2 : Perkolasi + Transpirasi (tanaman)
Pot 3 : Perkolasi + Evaporasi
3. Hasil perhitungan 
Keterangan :
a : Berat pot kosong
b : Berat pot + tanah basah/jenuh
c : Berat pot + tanah basah (setelah evapotranspirasi)
Kadar lengas =  (b-c)/(c-a) x 100%




B. Grafik hasil pengamatan
1. Kadar lengas pot 1


2. Kadar lengas pot 2


3. Kadar lengas pot 3



 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. “Evapotranspirasi“. https://id.wikipedia.org/wiki/Evapotranspirasi. html. Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul 01.29 WIB.

Dewa, Pepra. 2012. “Evapotranspirasi“. http://pepradewa.blogspot.com/2012/03/ evapotranspirasi.html. Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul  01.35 WIB.

Freddie, 2013. “Waterbending Evapotranspiration”. https://syalaladumdum.word press.com/2013/02/27/waterbending-evapotranspiration/html. Diakses pada 31 Oktober  2018, pukul 01.44 WIB.