Pages

Showing posts with label Laporan Praktikum Hama dan Penyakit. Show all posts
Showing posts with label Laporan Praktikum Hama dan Penyakit. Show all posts

Laporan Praktikum Pengenalan Tanaman Mimba dan Mindi

ACARA VIII
PENGENALAN TANAMAN MIMBA DAN  MINDI

A. TUJUAN
Mengetahui tanaman pengendalian hama sebagai tanaman pencampur tanaman pokok.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Ilmu Hama Hutan
  2. Tanggal : 04 Oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat 
  1. Alat tulis

b) Bahan
  1. Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
  2. Tanaman Mindi (Melia azedarach)



D. PEMBAHASAN
     Pada praktikum Acara VIII yang berjudul Pengenalan Tanaman Mimba Dan Mindi. Pada praktikum ini praktikan di kenalkan pada pestisida nabati secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), saat diaplikasikan,  akan membunuh hama saat itu juga dan setelah hamanya mati, residunya akan hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisda  sehingga aman dikonsumsi manusia. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar.Pestisida organik ini mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman pertanian dan perkebunan umumnya seperti kutu, ulat, belalang dan sebagainya. 
     Manfaat dan Keunggulan pestisida alami, antara lain: Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan). Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam. Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.




     Bahan yang digunakan adalah mimba (Azadirachta indica) dan Mindi (Melia azedarach). Mindi (Melia azedarah) adalah salah satu bahan utama pestisida nabati, sebab memiliki kandungan yang sama dengan mimba (Azadirachta indica) yaitu azadirachtin dan meliantriol,  triol, dan salanin. Kandungan bahan aktif pada daun mindi adalah flavone glicoside, quercitrin dan kaemferol. Selain itu, ia juga mengandung protein yang tinggi yang bersifat insektisidal dan bersifat penolak terhadap nematoda dan juga Mindi dapat digunakan untuk pestisida nabati, untuk mengusir atau penolak hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan menghambat perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan racun perut bagi serangga sasaran. Mindi mirip dengan mimba, demikian pula racun yang dikandungnya, meskipun racun mindi tidak sekuat kandungan racun mimba. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pestisida nabati adalah buah/biji, kulit batang, dan daunnya. Biji memiliki kandungan racun yang paling banyak. 
     Ekstrak daun mindi dibuat dengan menumbuk dan memeras daun mindi. Mimba (Azadirachta indica) merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati)  yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida. Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. 
     Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama. Bahan ini sudah banyak dipakai dikalangan masyarakat karena tumbuhan ini mudah di budidayakan dan pertumbuhan kedua tanaman ini yaitu cepat tumbuh, tumbuhan ini pun murah jika dijadikan sebagai bahan pestisida karena pembuatan sendiri namun saat pembuatannya membutuhkan waktu yang banyak.




E. KESIMPULAN
     Dari praktikum Acara VIII yang berjudul Pengenelan Tanaman Mimba dan Mindi dapat disimpulkan bahwa:
  1. Mindi (Melia azedarah) adalah salah satu bahan utama pestisida nabati, mengandung protein yang tinggi yang bersifat insektisidal dan bersifat penolak terhadap nematoda dan untuk mengusir atau penolak hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan menghambat perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan racun perut bagi serangga sasaranKandungan bahan aktif pada daun mindi adalah flavone glicoside, quercitrin dan kaemferol. Ekstrak daun mindi dibuat dengan menumbuk dan memeras daun mindi. 
  2. Mimba (Azadirachta indica) merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati)  yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. 
  3. Keuntungan pestisida alami yaitu mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan). Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam. Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Mimba Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. Dalam  http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/mimba-pestisida-nabati-ramah-lingkungan/  Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 23.11 WIB. 
Anonim. 2010. Tanaman Pestisida Nabati: Mindi (Melia azedarah L.). Dalam https://isroi.com/2010/07/31/tanaman-pestisida-nabati-mindi-melia-azedarah-l/. Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 11.21 WIB. 
Prijono, Agus. 2019. Penuntun dan Petunjuk Praktikum Ilmu Hama dan penyakit hutan Hutan. Institut Pertanian Stiper. Yogyakarta.
Sumardi dan S.M Widyastuti. 2004. Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Laporan Praktikum Pengenalan Musuh Alami Serangga

ACARA VII
PENGENALAN MUSUH ALAMI (Predator)

A. TUJUAN
Mengenal predator serangga.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Hama Hutan
  2. Tanggal : 18 oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Kertas HVS

b) Bahan
  1. Tanaman lamtoro ( Leucaena leucocephala)
  2. Tanaman gamal (Gliricidia sepium)
  3. Tanaman murbei ( Morus alba)
  4. Tanaman ketapang (Terminalia catappa)
  5. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
  6. Tanaman mahoni ( Swietenia macrophylla)
  7. Tanaman kruing (Dipterocarpus)
  8. Tanaman pulai (Alstonia scholaris)
  9. Tanaman meranti (Shorea sp)
  10. Tanaman jambu mawar (Syzgium jambos)




D. DASAR TEORI
     Serangga merupaka kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat popuasi yang sangat tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat yang tinggi ditentukan oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas), dan daya tahannya terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Serangga hama mempunyai musuh alami yang memakan serangga hama disebut predator. Sedangkan serangga hama yang dimangsa disebut pre. Predator serangga haman tidak hanya pada phylum arthopoda saja seperti belalang sembah, laba – laba, capung. Namun juga dari jenis burung, dan hewan pemakan serangga lainnya.
     Kehadiran predator ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena dapat mengendalikan jumlah serangga hama di hutan. Manusia juga sering mengembangbiakan berbagai jenis predator serangga hama dan melepaskannya di hutan sebagai upaya pengendalian hutan. Pengendalian serangga hama hutan sendiri bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang terjadi pada taanaman hutan atau hasil hutan. Tujuan pengendalian dapat dicapai melalui pendekatan teknik silvilkutur. Kerusakan hutan dapat terjadi oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup didalamnya dengan memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat berkembang dan sumber makanan.
     Cara lain untuk pengendalian hama adalah dengan cara menginfeksikan penyakit pada hama betina atau jantan dan melepaskan serangga hama yang telah terinfeksi tersebut ke dalam hutan agar menularkan serangga – serangga yang lain. Biasanya pada serangga betina zat yang dimanfaatkan adalah feromon yang dihasilkan serangga. Feromon merupakan substansi kimia yang diskresikan ke dalam suatu lingkungan oleh suatu individu yang mempengaruhi perilaku individu yang lain pada species yang sama. Feromon seksual biasanya diproduksi betina bertindak sebagai penarik sek dan diproduksi oleh jantan sebagai  perangsang sek.




E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mencari tanaman yang terserang hama.
  3. Mengamati jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
  4. Mengamati jenis predator yang memangsa hama yang menyerang tanaman tersebut.
  5. Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan dalan laporan sementara.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hama dan predator masing – masing tanaman


2. Foto hama dan predator

G. PEMBAHASAN
      Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) praktikan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum, adapun alat untuk pengamatan yaitu kertas hvs dan alat tulis, kemudian bahan yang dimiliki yaitu tanaman lamtoro, sengon, pulai, meranti, jambu mawar, gamal, murbei, ketapang, lamtoro, kruing, dan pulai. Kemudian melakukan pengamatan pada tanaman tersebut dan mencatat hama apa yang menyerang tanaman kemudian jenis predator yang ada pada tanaman , hama pada masing – masing tanaman ada yang sama dan berbeda, seperti hama tanaman lamtoro dan mahoni sama yaitu ulat namun oredator yang menyerang hama berbeda, hama yang menyerang tanaman paling banyak yaitu ulat namun pada tanaman murbei hama yang menyerang yaitu belalang dan burung sebagai predatornya, kemudian tanaman sengon terdapat hama kutu penghisap daun. Semut juga sebagian predator yang menyerang hama seperti ulat pada tanaman yang diamati. Hama menyerang bagian tanaman seperti daun dan batang, seperti hama ulat penggulung daun yang menyerang bagian daun dan predator yang ditemukan adalah semut merah. 
     Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Predator  adalah organisme yang hidup bebas sepanjang hidupnya, membunuh mangsa, biasanya lebih besar dari mangsanya, dan memerlukan lebih dari satu mangsa untuk menyelesaikan perkembangannya. Predator alami juga sering dibudidayakan untuk mengendalikan hama yang menyerang pohon hutan, penerapan membasmi hama dengan predator alami lebih ramah lingkungan. 




H. KESIMPULAN 
     Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) dapat disimpulkan bahwa :
  1. Predator adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian.
  2. Contoh hama yang menyerang tanaman lamtoro adalah ulat, predatornya yaitu kepik dari family pentatomidae.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. ”Cahaya untuk serangga” . Dalam https://kuliah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 21.00 WIB. 
Ilham. 2015. “Faktor – faktor lingkunga serangga”. Dalam https://ilham-agt08blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 20.00 WIB.
Nur, 2014. “Lingkungan serangga”.  Dalam https://nurrr.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, Pukul 21.07 WIB.

Laporan Praktikum Mengenal Predator Serangga

ACARA VII
PENGENALAN MUSUH ALAMI (Predator)

A. TUJUAN
Mengenal predator serangga.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Hama Hutan
  2. Tanggal   : 18 oktober 2019

C. ALAT DAN LOKASI PLOT
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Kertas HVS

b) Bahan
  1. Tanaman lamtoro ( Leucaena leucocephala)
  2. Tanaman gamal (Gliricidia sepium)
  3. Tanaman murbei ( Morus alba)
  4. Tanaman ketapang (Terminalia catappa)
  5. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
  6. Tanaman mahoni ( Swietenia macrophylla)
  7. Tanaman kruing (Dipterocarpus)
  8. Tanaman pulai (Alstonia scholaris)
  9. Tanaman meranti (Shorea sp)
  10. Tanaman jambu mawar (Syzgium jambos)



D. DASAR TEORI
     Serangga merupakam kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat popuasi yang sangat tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat yang tinggi ditentukan oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas), dan daya tahannya terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Serangga hama mempunyai musuh alami yang memakan serangga hama disebut predator. Sedangkan serangga hama yang dimangsa disebut pre. Predator serangga haman tidak hanya pada phylum arthopoda saja seperti belalang sembah, laba – laba, capung. Namun juga dari jenis burung, dan hewan pemakan serangga lainnya.
     Kehadiran predator ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena dapat mengendalikan jumlah serangga hama di hutan. Manusia juga sering mengembangbiakan berbagai jenis predator serangga hama dan melepaskannya di hutan sebagai upaya pengendalian hutan. Pengendalian serangga hama hutan sendiri bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang terjadi pada taanaman hutan atau hasil hutan. Tujuan pengendalian dapat dicapai melalui pendekatan teknik silvilkutur. Kerusakan hutan dapat terjadi oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup didalamnya dengan memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat berkembang dan sumber makanan.
     Cara lain untuk pengendalian hama adalah dengan cara menginfeksikan penyakit pada hama betina atau jantan dan melepaskan serangga hama yang telah terinfeksi tersebut ke dalam hutan agar menularkan serangga – serangga yang lain. Biasanya pada serangga betina zat yang dimanfaatkan adalah feromon yang dihasilkan serangga. Feromon merupakan substansi kimia yang diskresikan ke dalam suatu lingkungan oleh suatu individu yang mempengaruhi perilaku individu yang lain pada species yang sama. Feromon seksual biasanya diproduksi betina bertindak sebagai penarik sek dan diproduksi oleh jantan sebagai  perangsang sek.




E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mencari tanaman yang terserang hama.
  3. Mengamati jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
  4. Mengamati jenis predator yang memangsa hama yang menyerang tanaman tersebut.
  5. Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan dalan laporan sementara.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hama dan predator masing – masing tanaman



2. Foto hama dan predator









G. PEMBAHASAN
     Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) praktikan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum, adapun alat untuk pengamatan yaitu kertas hvs dan alat tulis, kemudian bahan yang dimiliki yaitu tanaman lamtoro, sengon, pulai, meranti, jambu mawar, gamal, murbei, ketapang, lamtoro, kruing, dan pulai. Kemudian melakukan pengamatan pada tanaman tersebut dan mencatat hama apa yang menyerang tanaman kemudian jenis predator yang ada pada tanaman , hama pada masing – masing tanaman ada yang sama dan berbeda, seperti hama tanaman lamtoro dan mahoni sama yaitu ulat namun oredator yang menyerang hama berbeda, hama yang menyerang tanaman paling banyak yaitu ulat namun pada tanaman murbei hama yang menyerang yaitu belalang dan burung sebagai predatornya, kemudian tanaman sengon terdapat hama kutu penghisap daun. Semut juga sebagian predator yang menyerang hama seperti ulat pada tanaman yang diamati. Hama menyerang bagian tanaman seperti daun dan batang, seperti hama ulat penggulung daun yang menyerang bagian daun dan predator yang ditemukan adalah semut merah. 
     Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Predator  adalah organisme yang hidup bebas sepanjang hidupnya, membunuh mangsa, biasanya lebih besar dari mangsanya, dan memerlukan lebih dari satu mangsa untuk menyelesaikan perkembangannya. Predator alami juga sering dibudidayakan untuk mengendalikan hama yang menyerang pohon hutan, penerapan membasmi hama dengan predator alami lebih ramah lingkungan. 




H. KESIMPULAN 
     Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) dapat disimpulkan bahwa :
  1. Predator adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian.
  2. Contoh hama yang menyerang tanaman lamtoro adalah ulat, predatornya yaitu kepik dari family pentatomidae.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015.”Cahaya untuk serangga”. httpsk://kuliah.blogspot.com.html. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, pukul 21.00 WIB. 
Ilham. 2015. “faktor – faktor lingkunga serangga”. https://ilham-agt08blogspot.com. html. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, pukul 20.00 WIB.
Nur, 2014. “Lingkungan serangga”.  https://nurrr.wordpress.com.html. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, pukul 21.07 WIB.

Laporan Praktikum Aspek Biologis Serangga (Metamorfosa)

ACARA VI
ASPEK BIOLOGIS SERANGGA (Metamorfosa)

A. TUJUAN 
Mempelajari aspek biologis serangga/hama (Metamorfosa).

B. DASAR TEORI
     Pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik. Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. 




     Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
     Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama. Serangan penyebab penyakit dapat mengganggu fungsi fisiologis, di antaranya dalam proses yaitu pembentukan cadangan bahan dalam bentuk biji, akar dan tunas, pertumbuhan juvenil baik pada semai maupun perkembangan tunas, perpanjangan akar dalam usaha untuk mendapatkan air dan mineral, transportasi air, fotosintesis & translokasi fotosintat untuk dimanfaatkan oleh sel.  




C. PEMBAHASAN
     Pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetic. kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
     Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama.




D. KESIMPULAN
     Berdasarkan praktikum kali ini dan data yang diperoleh, praktikan dapat menyimpulkan bahwa:
  1. Pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
  2. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama.
  3. Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. ”Pengendalian Hama”. https://ejurnal.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 19.00 WIB.
Anonim. 2014.  “Aspek Biologi Pada Serangga”. https://jurnal.kehutanan.go.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 19.50 WIB.
Porsiman. ”Aspek Biologis Serangga/Hama”. http://porisman-primata.blogspot. co.id/2013/06/hama-hutan.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 Pukul 17.36 WIB.

Laporan Praktikum Aspek Biologi Serangga

ACARA V
ASPEK BIOLOGI SERANGGA (PERILAKU SERANGGA)

A. TUJUAN
Mempelajari perilaku serangga dalam hubungannya dengan cahaya dan suhu

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Ilmu Hama Hutan
  2. Tanggal : 11 Oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Kertas HVS
  2. Alat tulis
  3. Lampu 10 watt
  4. Toples

b) Bahan
  1. Es Batu
  2. Semut
  3. Lalat 



D. PEMBAHASAN
     Praktikum acara V membahas tentang “Aspek Biologi Serangga”, yang dikhususkan pada perilaku serangga. Faktor fisik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah suhu, cahaya/sinar, hujan, kelembaban, dan angin. Faktor fisik tersebut dapat juga menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga. Namun pada praktikum ini hanya digunakan 2 faktor saja yaitu faktor suhu dan cahaya. Pengamatan dilakukan tiap 5 menit sekali dalam 1 jam. Adapun perlakuan yang diberikan pada serangga adalah diberi cahaya dari lampu 10 watt, diberi es batu, dan kontrol.
     Pada perlakuan es batu, lalat bergerak seperti biasa hingga menit ke-25. Pada menit ke-27, pergerakan lalat mulai berkurang dan menjadi sangat sedikit sebagai respon dari lalat terhadap suhu dingin dari es batu. Pada menit ke-30, lalat tidak bergerak lagi dan kemudian mati. Kemudian pada perlakuan cahaya lampu 10 watt, mulai dari waktu 5-10 menit lalat hanya bergerak sedikit, lalat terbang ke tempat tertentu kemudian diam. Lalu menit ke 15 lalat diam lagi lalu bergerak sekeliling toples walaupun tidak lama. Kemudian pada menit ke-20 lalat mulai berjalan ke sisi dinding toples. Pada menit ke-25 lalat mulai terbang ke berbagai arah, sebagai respon dari adanya panas yang dirasakan oleh lalat. Pada menit ke-30 hingga menit ke-55, lalat lebih aktif bergerak dan terbang ke segala arah terus-menerus dan menunjukkan gejala stress. 
     Pada menit ke-60 lalat semakin stress dan bergerak terus ke segala arah karena tidak adaptif lagi dengan suhu panas pada toples, panas pada lampu menyebabkan lalat bergerak lebih cepat setiap 5 menit sekali karena stress atau tidak kuat dengan panas yang dihasilkan cahaya lampu 10 watt. Pada perlakuan kontrol, lalat tetap bergerak biasa saja hingga menit ke-60 karena suhu pada toples standar, tidak panas juga tidak dingin. Dapat dikatakan, bahwa ada atau tidaknya cahaya mempengaruhi kehidupan serangga, suhu yang tinggi dan suhu yang rendah mempengaruhi kehidupan serangga menyebabkan aktivitas serangga menjadi menurun dan bahkan menyebabkan kematian pada serangga. Serangga juga lebih aktif di tempat terang daripada gelap.




E. KESIMPULAN
     Berdasarkan praktikum acara V dan data yang diperoleh, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa :
  1. Faktor fisik yang mempengaruhi kehidupan serangga berupa suhu, kelembaban, cahaya, hujan, dan angin.
  2. Serangga lebih aktif bergerak pada tempat yang terang daripada yang gelap.
  3. Serangga pada perlakuan lampu 10 watt mati pada menit ke 60 karena suhu di toples terlalu panas dan menyebabkan serangga mati.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. “Faktor pada serangga“. Dalam http://.madekindunia.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 14.44 WIB.
Anonim. 2019. Petunjuk Praktikum Ilmu Hama dan Penyakit Hutan. Institut Pertanian Stiper : Yogyakarta.
Bakri. 2011. “Kondisi serangga sesuai tempatnya”. Dalam http://bakri07. blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 17.50 WIB.

Laporan Praktikum Ekologi Serangga

ACARA IV
EKOLOGI SERANGGA (Berbagai Habitat)

A. TUJUAN
Mengetahui kehadiran serangga pada tipe atau bentuk habitat yang berbeda.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Hama Hutan
  2. Tanggal   : 11 oktober 2019

C. ALAT DAN LOKASI PLOT
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Kertas HVS
  3. Tali rafia
  4. Gunting
  5. Potongan kayu / bambu

b) Lokasi Plot
  1. Di lahan terbuka
  2. Di lahan arboretum ternaungi
  3. Di arboretum terkena cahaya



D. DASAR TEORI
     Aktivitas hidup maupun pertumbuhan populasi serangga (hama) dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu daya biotic (BP) dan resistensi lingkungan (ER). BP merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh serangga yang mendorong populasi serangga menjadi banyka pada kondisi lingkungan yang optimum dan dipengaruhi oleh daya reprosuksi dan daya survival. Daya reproduksi dipengaruhi oleh keperidian siklus hidup dan sex ratio. Apabila species serangga biseksual memiliki keperidian yang tinggi dalam siklus hidup yang pendek (sangat pendek), maka jumlah keturuanannya (populasi) pada periode tertentu menjadi sangat besar. Terlebih lagi apabila serangga tersebut bersifat pathenogenesis murni.
     ER merupakan faktor lingkungan biotis maupun abiotis yang bekerja melawan BP. ER dipengaruhi oleh  3 faktor, yaitu faktor fisis, faktor makanan, dan faktor abiotis. Faktor fisis meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, cuaca, angin, curah hujan dan lainnya yang dipengaruhi pada aktivitas hidup serangga. Faktor makanan meliputi kualitas makanan(kecocokan makanan) dan kuantitas makanan (jumlah makanan) yang tersedia mendukung serangga menyelesaikan siklus hidupnya. Faktor biotis meliputi predator, parasit dan patogen yang ketiganya dapat menghambat aktivitas serangga, bahkan dapat membunuh serangga yang menjadi mangsa (prey) maupun inang (host)-nya, dan kompetisi interspesifik maupun intraspesifik.
     Apabila faktor ER dalam lingkungan kuat maka faktor ini akan menghambat BP. Dan sebaliknya apabila faktor ER dalam lingkungan lemah maka faktor ini akan memungkinkan faktor BP untuk menjadi kuat.




E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Membuat plot ukuran 1 x 1 pada 3 tempat yang berbeda, yaitu lahan terbuka,  lahan arboretum yang ternaungi, dan lahan arboretum yang terkena cahaya.
  3. Mengamati dan mencatat serangga yang terdapat pada masing – masing plot.
  4. Mengamati aktivitas serangga, apakah sedang makan tanaman atau sedang istirahat.
  5. Menentukan serangga yang dominan dengan melihat jumlahnya.
  6. Melakukan pengamatan selama 4 hari berturut – turut, pagi, siang, dan sore.


F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan




2. Layout lahan pengamatan


3. Gambar lahan pengamatan

 


G. PEMBAHASAN
     Pada praktikum acara IV tentang ekologi serangga (pengaruh cahaya terhadap  kehadiran serangga pada tempat yang berbeda) praktikan menyiapkan plot berukuran 1 x 1 m untuk mengamati serangga yang berada di beberapa tempat yaitu lahan terbuka, lahan arboretum ternaungi, dan lahan arboretum terkena cahaya, kemudian mengamati selama 4 hari pagi, siang, dan sore apa saja serangga yang ada pada plot yang sudah dibuat berdasarkan lahan yang telah dibuat. Kehadiran serangga pada ketiga lahan yang dibuat berbeda – beda, karena lahan terbuka cenderung memiliki serangga seperti kepik dan semut, begitu juga dengan lahan arboretum yang ternanungi terdapat serangga seperti capung dan kupu – kupu, walaupun jumlahnya tidak banyak namun dominasi serangga setiap lahan ada, pada lahan arboretum terkena cahaya dominasi serangga siang hari pada hari pertama yaitu semut kemudian di hari kedua pagi hari didominasi kepik. Jumlah dan dominasi setiap waktu dapat berbeda – beda tergantung tempat dan waktu, pada setiap lahan dan di setiap waktu dominasi serangga seperti belalang selalu ada walaupun jumlahnya tidak banyak, kemudian semut juga selalu ada pada setiap lahan dan waktu. 
     Cahaya mempengaruhi keberadaan serangga karena serangga lebih banyak terdapat pada lahan yang terbuka dan terang pada praktikum kali ini, sehingga dominasi serangga pada lahan tersebut banyak dan mudah didapat. Seperti contohnya pada lahan terbuka selalu ada serangga seperti belalang, maupun kepik yang terbang atau bergerak pada lahan tersebut walaupun jumlahnya tidak tetap, namun setiap waktu selalu ada. Serangga yang terdapat di lahan ternaungi di arboretum lebih banyak seperti semut dan aneka macam serangga lain yang berbeda jenis tiap waktunya.




H. KESIMPULAN 
     Pada praktikum acara IV tentang ekologi serangga (pengaruh cahaya terhadap  kehadiran serangga pada tempat yang berbeda) dapat disimpulkan bahwa :
  1. Serangga pada setiap lahan pengamatan selalu ada walaupun jumlah dan jenisnya berbeda – beda.
  2. Jenis serangga yang paling dominan di lahan terbuka yaitu kepik.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. ”Cahaya untuk serangga”. Dalam https://kuliah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 21.00 WIB. 
Ilham. 2015. “Faktor-faktor lingkungan serangga”. Dalam https://ilham-agt08blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 20.00 WIB.
Nur, 2014. “Lingkungan serangga”.  Dalam https://nurrr.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, Pukul 21.07 WIB.

Laporan Praktikum Hama dan Penyakit (Koleksi Serangga)

ACARA III
KOLEKSI SERANGGA

A. TUJUAN
  1. Membuat koleksi kering dan koleksi basah bermacam – macam serangga dari beberapa ordo dan family

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Ilmu Hama Hutan.
  2. Tanggal   : 4 Oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Jala lapangan
  2. Alat tulis
  3. Gabus/Sterofoam
  4. Kertas label
  5. Jarum bundle
  6. Botol untuk koleksi basah

b) Bahan 
  1. Alkohol 70 %
  2. Serangga masing - masing ordo 



D. PEMBAHASAN
     Pada praktikum acara II yang berjudul Koleksi serangga, pada praktikum ini praktikan membuat herbarium serangga dengan ordo yang berbeda-beda, ada lima ordo yang dijadikan herbarium yaitu Ordo Orthoptera (Belalang), Ordo Lepidoptera (Kupu-kupu), Ordo Coleoptera (Kumbang), Ordo Mantode (Belalang sembah) dan Ordo Odonata (Capung).  Ordo Mantode yang dijadikan herbarium yaitu belalang sembah (Mantis religiosa) belalang sembah ini bisa menjadi Hama dan bisa menjadi predator dengan tipe mulut yaitu penggigit dan  pengunyah. Untuk ordo Orthoptera yang dijadkan herbarium yaitu Belalang (Disosteira carolina), belalang ini bisa menjadi Predator dan hama pada tanaman, tipe mulut belalang ini yaitu penggigit dan pengisap. Untuk  ordo Lepidoptera yaitu Kupu-kupu atau dengan nama ilmiah (Papilio machaon) dengan arti penting Larva => hama, Imago => penyerbuk Kupu-kupu ini memiliki sayap atau Ptera dan dengan Tipe mulut yaitu Pengisap. Untuk ordo ke empat serangga yang dijadikan herbarium adalah ordo Ordo Coleoptera  dan serangganya yaitu Kumbag (Coleoptera) kumbang ini bisa menjadi Hama perusak akar dan predator dengan Tipe mulut Menggigit, mengunyah. Dan serangga yang dijadikan herbarium ke lima adalah Ordo Odonata  yaitu Capung (Neurothemis sp.) capung ini bisa menjadi predator hewan kecil dengan tipe mulut yaitu penggigit, pengunyah. 
    Pada saat pembuatan koleksi serangga hal yang dilakukan yaitu mematikan serangga yang akan dijadikan herbarium terlebih dahulu, lalu setelah serangga mati, serangga tersebut direndam dalam alcohol 70%  selama tiga hari. Setelah tiga hari berlalu serangga tersebut diangkat dari rendaman alcohol 70% dan didiamkan untuk sementara waktu agar serangga tersebut kering setelah serangga kering lalu ditempel dalam sterofoam, serangga tersebut ditempel secantik mungkin, pada saat penempelan harus hati-hati agar serangga tersebut tidak rusak. Setelah selesai kemudian serangga diberi keterangan pada kertas  yang telah diberikan informasi seperti arti penting, Ordo, Ptera, tipe mulut dan nama dari serangga yang dikoleksikan. 
     Herbarium pada koleksi herbarium ini yaitu herbarium kering, herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya. Namun ada juga herbarium basah, herbarium basah adalah specimen yang di simpan didalam sebuah wadah yang di rendam oleh suatu larutan missal alcohol atau formalin.  Herbarium basah itu biasanya untuk serangga – serangga yang berukuran tubuhnya kecil dan lemah. Pada saat mematikan serangga dibunuh dengan menggunakan ethyl alkoloh 70% sampai 95% dan serangga tersebut dibiarkan selama satu hari. Setelah itu disimpan secara permanen dale alcohol 70%.




E. KESIMPULAN 
     Dari praktikum yang telah dilaksanakan pada Acara II yang berjudul koleksi serangga dapat disimpulkan bahwa:
  1. Serangga yang dikoleksi berjumlah lima dengan bermacam-macam jenis dan bermacam macam ordo. Diantaranya yaitu Ordo Orthoptera yang dijadikan koleksi yaitu Belalang, Ordo Lepidoptera dijadikan koleksi yaitu  Kupu-kupu, dijadikan koleksi yaitu Ordo Coleoptera Kumbang, dijadikan koleksi yaitu Ordo Mantodea dijadikan koleksi yaitu Belalang sembah dan Ordo Odonata dijadikan koleksi yaitu  Capung.
  2. Pada koleksi herbarium ini ada dua jenis herbarium yaitu herbarium basah dan herbarium kering, Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya. Herbarium basah adalah specimen yang di simpan didalam sebuah wadah yang di rendam oleh suatu larutan missal alcohol atau formalin.
 




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Diktat Pengantar Praktikum Ilmu Hama Tanaman I. Sekolah Tinggi Pertanian. Yogyakarta
Ariyanti, Yuana. 2014. Pengenalan Ordo Serangga. Dalam  http://yuanaayo.blogspot.co.id. Diakses pada 20 Februari 2019, Pukul 19.36 WIB.  
Prijono, Agus. 2018. Penuntun dan Petunjuk Praktikum Ilmu Hama dan penyakit 
Sumardi dan S.M Widyastuti. 2004. Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.