Pages

Showing posts with label Laporan Praktikum Konservasi. Show all posts
Showing posts with label Laporan Praktikum Konservasi. Show all posts

Laporan Praktikum Pembuatan Biopori

I. JUDUL ACARA : Pembuatan Biopori
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 02 November 2019
III. TUJUAN         :
  1. Mengetahui manfaat pemasangan biopori sebagai upaya penyelamatan lingkungan.
  2. Mengetahui cara pembuatan biopori dan pemasangan yang efisien dan efektif.

IV. DASAR TEORI
     Biopori berasal dari kata “Bio” yang artinya makhluk hidup dan “Pori” yang artinya lubang, jadi biopori dapat diartikan sebagai lubang yang dibentuk karena aktifitas makhluk hidup/mikroba. Tetapi, di daerah perkotaan, keberadaan pepohonan semakin tergusur oleh bangunan-bangunan sehingga lubang biopori menjadi semakin langka. Lagi pula, banyaknya pepohonan tidak selalu mengartikan akan ada banyak air yang terserap, karena permukaan tanah yang tertutup lumut membuat air tidak dapat meresap ke tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibuatlah lubang resapan atau sumur resapan buatan manusia yang sekarang dikenal dengan lubang biopori. Biopori dapat dibuat di halaman depan, halaman belakang atau taman dari rumah. Lubang biopori sebaiknya dibuat di tempat-tempat dimana air akan terkumpul pada saat  hujan. Air hujan diarahkan sedemikian rupa sehingga mengalir ke lubang resapan biopori yang dibuat (Prudentio, 2014).
     Lubang Resapan Biopori atau biasa disebut “lubang biopori" merupakan metode alternatif untuk meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Lubang Resapan Biopori berupa sebuah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah. Lubang ini akan memicu munculnya biopori secara alami di dalam tanah. Biopori sendiri adalah istilah untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme yang terjadi di dalam tanah seperti oleh cacing, rayap, semut, dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Lubang yang kita buat, kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori. Rongga-rongga (biopori) ini menjadi saluran bagi air untuk meresap kedalam tanah (Anonim, 2019).
     Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik-baiknya berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan yang optimal, yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara seimbang. Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang belum mendukung pelestarian tanah dan lingkungan  menyebabkan terjadinya bencana alam banjir pada musim penghujan. Untuk menghindari hal tersebut di atas perlu dilakukan upaya pelestarian lahan kritis, dan pengembangan fungsi biopori terus ditingkatkan dan disempurnakan. Biopori pada lahan kritis dimaksudkan untuk memulihkan kesuburan tanah, melindungi tata air, dan kelestarian daya dukung lingkungan. Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah dan air perlu direncanakan dan dikelola secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan Lubang Resapan Biopori (LRB). Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan keseimbangan pada lingkungan yang kurang daerah peresapan (Mansur, 2013).



V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Alat tulis
  2. Kalkulator
  3. Pipa 1 meter
  4. Bor tanah
  5. Cangkul 
  6. Linggis
  7. Tali rapia
  8. Meteran 
  9. Gergaji 

B. Bahan
  1. Lahan Pertahian                 : secukupnya
  2. Sampah (bahan organik) : secukupnya
  3. Air                         : secukupnya
VI. CARA KERJA 
  1. Tentukan lokasi pembuatan lubang biopori
  2. Jika sudah menemukan tempat, siramlah dengan air untuk membuatnya lebih lunak.
  3. Gunakan bor tanah untuk melubangi tanah. Buatlah lubang tegak lurus.
  4. Lubangi tanah dengan kedalaman 1 meter dengan diameter 10-30 cm.
  5. Lapisi dengan pipa PVC dengan ukuran yang sama dengan lubang biopori.
  6. Isilah dengan sampah organik.
  7. Tutup lubang biopori dengan kawat besi atau pipa PVC.


VII. HASIL PENGAMATAN :
1. Membuat lubang menggunakan bor tanah

2. Memasukkan pipa kedalam tanah




3. Posisi PVC didalam tanah


4. Mengisi pipa dengan seresah atau dedaunan




5. Menyiram lubang biopori dengan air untuk mempercepat proses dekomposisi



VIII. PEMBAHASAN
     Lubang resapan (biopori) merupakan lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Biopori memiliki segudang manfaat secara ekologi dan lingkungan, yaitu memperluas bidang penyerapan air, sebagai penanganan limbah organik, dan meningkatkan kesehatan tanah. Dalam berbagai aspek biopori sangat bermanfaat contoh pada lahan pertanian dengan tingkat kemiringan yang tinggi dalam pembuatan bidang datar atau teras tentunya terdapat beberapa bagian yang landai sehinggal mudah tergenangi air ketika hujan. Selain dari adanya reservoar dalam penampungan air biopori juga sangat bermanfaat jika diterapkan sehingga daerah pada teras yang tergenangi oleh air akan cepat terserap oleh tanah sehingga keadaan teras tidak tergenangi air.
     Dalam pemanfaatan biopori pada teras tentunya sangat bermanfaat karena pada dasarnya bipopori tidak memerlukan wilayah yang luas dalam pengaplikasiannya namun manfaat dalam penyerapan air dapat maksimal. Bipori dibuat dengan cara melubangi tanah secara vertikal dengan pengeboran tanah atapun seejenisnya sehingga terbentuk lubang vertikal, kemudian lubang yang telah jadi di letakkan atau ditanami dengan pipa peralon ukuran diameter ± 15-20 cm tujuan dari adanya pipa paralon yaitu untuk mencegah erosi tanah atau tanah turun sehingga dapat menutupi lubang biopori. Pipa paralon ditujukan untuk memperlancar  aliran air sehingga mudah diserap kedalam tanah.  Dalam aplikasi biopori umunya untuk memanfaatkan ketersediaan air sehingga air akan diserap dan disimpan didalam tanah untuk ketersediaan air kedepan. Dalam aplikasi ini biopori dalam lubang popa paralaon juga diletakan sampah organik seperti daun tumbuhan yang sudah hampir membusuk.
     Dalam kegunaan ini dimaksudkan untuk daun yang sudah membusuk yang mempunyai unsurhara yang banyak dapat diserap oleh tanah dari akibat aliran air yang akan maresap kedalam tanah unsur hara akan terbawa dan larut kedalam air sehingga air yang merepsap kedalam tanah memiliki kandungan unsur hara yang cukup. Sehingga tanah yang teraliri air akan memiliki unsurhara yang banyak dan tanah akan menjadi subur. Dengan tanah menjadi subur makan tumbuhan akan terpenuhi kebutuhan unsur hara dan air sehingga pertumbuhan tanaman dapat dengan baik dan subur dengan demikian maka pertumbuhan tanaman berjalan normal.



IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilaksanakan dan data yang diperoleh maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
  1. Biopori memiliki berbagai macam manfaat terutama untuk membantu melancarkan air meresap kedalam tanah.
  2. Penyerapan air kedalam tanah dapart maksimal dengan melewati biopori karena langsung menuju kedalam tanah bagian dalam.
  3. Kadungan cadangan air dalam tanah dapat menjadi lebih tinggi  dan terpenuhi.
  4. Kadungan unsur hara dalam air akan menjadi lebih banyak dan meresap kedalam tanah akan menjadi maksimal.
  5. Air dalam permukaan tidak lagi mudah menggenang akibat tanah permukaan yang sudah jenuh karena air akan langsung masuk ketanah bagian dalam.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim.  2019. Laporan Kegiatan Pembuatan Biopori. http://sdtigakarang malang.mysch.id/ berita/ 30033/ laporan- kegiatan- pembuatan biopori/.html. Diakses 08 Desember 2019, pukul 19.56 WIB.
Hipni, Mansur. 2013. Laporan Penelitian Lubang Resapan. http://hipnimansur. blogspot.com/ 2013/ 02/l aporan-penelitian-lubang-resapan_20.html. Diakses 08 Desember 2019, pukul 19.52 WIB
Prudentio, Muhammad.  2014. Makalah Biopori. https://muhammadprudentioj. weebly.com/blog/makalah-biopori.html. Diakses 08 Desember 2019, pukul 21.18 WIB.

Laporan Praktikum Menghitung Indeks Erosivitas Hujan (EI10)

I. JUDUL ACARA I         : Menghitung Indeks Erosivitas Hujan (EI10)
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 02 November 2019
III. TUJUAN         :
  1. Mahasiswa dapat menghitung indeks erosivitas hujan dengan rumus bols.
  2. Mahasiswa dapat memahami hubungan curah hujan dengan erosivitas hujan.

IV. DASAR TEORI
     Erosivitas merupakan daya hujan untuk menimbulkan erosi pada tanah. Erosivitas sangat menentukan jumlah tanah yang tererosi, jumlah tanah yang tererosi berbanding lurus dengan erosivitas. Erosi merupakan hal yang sederhana sangat sederhana dan sudah pasti akan terjadi di alam. Indeks erosivitas  hujan juga bisa diperkirakan (diprediksi) menggunakan formula empiris yang telah dikemukakan oleh bols (1978) menggunakan data hujan tahunan, hari hujan dan hujan maksimum rerata pertahun (Anonim, 2018).
     Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Curah hujan merupakan variabel hujan yang sangat diperhitungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Pada praktikum kali ini dilakukan penghitungan curah hujan, komponen- komponen yang dinilai yaitu, Erosivitas hujan harian , erosivitas hujan bulanan, dan erosivitas hujan tahunan.  Sebelum melangkah jauh, dari data yang diperoleh, rata – rata curah hujan pertahun untuk kurun waktu 2001 hingga 2002, didapat curah hujan sebesar 1895-3492,1 mm/tahun, dengan kondisi curah hujan seperti ini maka dapat diketahui bahwa data merupakan data curah hujan untuk daerah sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi karena curah hujan rata- rata berkisar antar 1000-3000 mm/tahun (Yondang,2014).
     Curah Hujan ini berarti, jika air hujan yang turun tidak terinfiltrasi, terintersepsi atau dimanfaatkan oleh organisme, maka daerah dengan curah hujan 1895-3492,1mm/tahun  ini akan tergenang air setinggi 1,895 meter atau 3,4921 meter.  Dengan curah hujan yang termasuk cukup tinggi ini seharusnya diperlukan penanganan erosi yang lebih serius, karena daerah tersebut menjadi daerah rawan erosi, semakin banyak hujan yang turun maka akan semakin banyak partikel tanah yang terpisah yang akan menutup pori tanah serta memicu timbulnya run off dengan kekuatan yang lebih besar. Semakin banyak tanah yang berpindah maka kesuburan ditempat tanah yang berpindah itu akan semakin berkurang. Dengan kesuburan tanah yang rendah otomatis mengakibatkan pemanfaatan lahan yang kurang. Jika diketahui suatu daerah memiliki curah hujan yang cukup tinggi, dapat juga digunakan ilmu penataan unit lahan yang benar. Untuk daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi hendaknya mengoptimalkan keberadaan vegetasi sebagai penghambat run off dan memperkecil kemungkinan erosi. Unit lahan yang baik dikembangkan pada kondisi tanah dengan curah hujan yang tinggi adalah untuk tegalan, persawahan atau perkebunan. Dengan adanya vegetasi yang menutupi tanah, potensi terjadinya erosi akan berkurang. Unit lahan  terbuka akan sangat berpotensi terjadinya Erosi. Sebaiknya lahan- lahan yang terbuka segera direklamasi ataupun ditanami agar potensi erosi berkurang (Ardhana, 2016).




V. ALAT DAN BAHAN
  1. Data curah hujan (mm)
  2. Laptop (Software Microsoft Excel)
  3. Alat tulis

VI. CARA KERJA
  1. Menentukan dan merata – ratakan curah hujan rata – rata bulanan (cm)
  2. Menentukan dan merata – ratakan jumlah hari hujan rata – rata per bulan (hari).
  3. Menentukan dan merata – ratakan curah hujan maksimal (cm).
  4. Menghitung erosivitas hujan.
  5. Membuat grafik rata – rata curah hujan per bulan.
  6. Membuat grafik rata – rata erosivitas hujan.



VII. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil Pengamatan
1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan (cm)

2. HHRM (hari)




3. CHMAX


4. Erosivitas Hujan




B. Grafik Hasil Pengamatan
1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan (cm)
 

2. HHRM (Hari)




3. CHMAX


4. Perbandingan Rata-rata Curah Hujan () dan Erosivitas Hujan (EI30)




C. Hasil perhitungan



 
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Praktikum Acara I tentang Erosivitas Hujan ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2018. Acara I ini bertujuan untuk menghitung indeks erosivitas hujan dengan rumus bols dan memahami hubungan curah hujan dengan erosivitas hujan. Data yang dipersiapkan pada acara ini adalah data curah hujan dari tahun 1990. Data curah hujan yang dipakai adalah data jumlah curah hujan bulanan, data jumlah hari hujan, dan curah hujan maksimumnya. 
     Erosivtas hujan adalah kemampuan air untuk menimbulkan erosi bagi tanah. semakin banyak aliran air yang runoff maka akan banyak pula tanah yang tererosi. Dari hasil praktikum didapatkan nilai Erosivitas untuk masing-masing tahun, dari tahun 1990 – 1996 secara berurutan adalah sebagai berikut 308,54, 226,54, 261,22, 286,33, 24,11, 68,48, 11,81, 3,98, 1,67, 25,73, 222,65, 225,62. Dari hasil tersebut factor yang mempengaruhi dari erosivitas adalah curah hujan didaerah tersebut, jumlah hari hujannya, dan curah hujan maksimalnya. 
     Semakn tinggi angka erosivitas hujannya makan akan berdampak kepada tanah, terutama untuk kesuburannya. Hal itu terjadi karena terkelupasnya lapisan tanah akibat terbawa oleh aliran air yang jatuh ke tanah. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak erosivitas ini, aitu dengan penggalakan reboisasi, pembangunan serapan, pembuatan rorak, ataupun dengan pembutan tersering pada lahan mring.
     Kendala yang alami selama praktikum ini berlangsung adalah pada wakyunya. Praktikum ini dilaksanakan setelah ujian akhir semester sehingga kurang efektif, selain itu tidak adanya pengambilan data secara langsung sehingga kurang bisa memahami.




IX. KESIMPULAN
     Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu :
  1. Erosivitas merupakan kemampuan tanah untuk menyebabkan erosi.
  2. Dari hasil praktikum didapatkan nilai Erosivitas untuk masing-masing tahun, dari tahun 1990 – 1996 secara berurutan adalah sebagai berikut 308,54, 226,54, 261,22, 286,33, 24,11, 68,48, 11,81, 3,98, 1,67, 25,73, 222,65, 225,62.
  3. Erosivitas yang tiggi dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dikarenakan terkelupasnya lapisan atas tanah.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. “Modul Praktikum Konservasi Tanah dan Air”. Yogyakarta : Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
Ardhana, Anandio. 2016. “Rumus dan Faktor Erosivitas Hujan”. Diakses pada 08 Desember 2019, pukul 23.01 WIB.
Yondang, Arifson. 2014. Diakses pada 08 Desember 2019, pukul 23.15 WIB.