Pages

Showing posts with label Laporan Survey dan Mapping. Show all posts
Showing posts with label Laporan Survey dan Mapping. Show all posts

Laporan Praktikum Global Positioning System (GPS)

I. ACARA VI         : Global Positioning System (GPS)
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 02 Februari 2019
III. TUJUAN      : Melatih mahasiswa didalam menggunakan alat dan bisa menjalankan aplikasi dari GPS.

IV. DASAR TEORI
     Global Positioning System (GPS) adalah sistem navigasi yang menggunakan satelit yang didesain agar dapat menyediakan posisi secara instan, kecepatan dan informasi waktu di hampir semua tempat di muka bumi, setiap saat dan dalam kondisi cuaca apapun. Sedangkan alat untuk menerima sinyal satelit yang dapat digunakan oleh pengguna secara umum dinamakan GPS Tracker atau GPS Tracking, dengan menggunakan alat ini maka dimungkinkan user dapat melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. Bagian yang paling penting dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang berada di orbit bumi atau yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini berjumlah 24 unit yang semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2 sistem lain yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment (bagian angkasa), dan GPS User Segment (bagian pengguna) (Anonim, 2015).
     Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi atau penentu posisi berbasis satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United States Department of Defense). Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca. Penentuan posisi GPS digambarkan dengan menggunakan nilai koordinat X dan Y atau garis bujur dan garis lintang ( longitude/latitude ). system ini digunakan untuk menentukan posisi pada permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. System ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima yang ada di bumi, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital (Aan, Firmansyah. 2014).
     Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi semacam sistem navigasi, kita bisa mengetahui berbagai hal dan dapat menemukan tempat-tempat yang ingin kita kunjungi meskipun tidak pernah mengetahui dimana tempat tersebut. Salah satu teknologi yang menggunakan sistem navigasi yang saat ini semakin berkembang adalah GPS. GPS lebih dikenal dengan nama Global Positioning System. Global Positioning System (GPS) merupakan sistem yang menggunakan bantuan satelit untuk mengetahui posisi atau letak suatu permukaan bumi. Semua hal bisa diketahui oleh sistem GPS. Dengan bantuan satelit untuk memantau posisi permukaan bumi, GPS bisa menjadi sistem yang bisa digunakan untuk mencari berbagai tempat dan lokasi yang tidak kita ketahui. GPS memiliki berbagai macam manfaat untuk berbagai bidang kehidupan (Al lillah, Nur, Hasanah. 2019).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. GPS : 1 Unit
  2. Komputer : 1 Unit
  3. Alat Tulis         : 1 Buah

B. Bahan
  1. Areal Grha INSTIPER Yogyakarta


VI. CARA KERJA
  1. Mempersiapkan alat gps terlebih dahulu (GPS Garmin).
  2. Kemudian mempelajari dan mengatur alat GPS sebelum di gunakan pada saat di lakukan pengukuran.
  3. Menentukan titik utama pada sudut area.
  4. Membuat titik – titik pada area.
  5. Memberi titik pada pada setiap sudut area.
  6. Memasukan data dari GPS ke komputer.
  7. Memeriksa titik yang dibuat, apakah sesuai dengan bentuk atau tidak.
  8. Membuat data pengamatan yang telah ada pada GPS, dan memindahkan ke dalam Microsoft Office Excel. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan


B. Gambar hasil pengolahan Software ArcGIS




VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kita membahas acara VI yaitu tentang GPS. Pemetaan suatu wilayah selain menggunakan theodolite (secara manual) dapat dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan GPS. GPS (Global Posisitioning Systems) merupakan sistem navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan dan segala sesuatu berkaitan dengan letak di bumi. 
Pemetaan menggunakan GPS dilakukan dengan melakukan penguncian koordinat terhadap titik-titik yang akan dipetakan. Receiver ditempatkan pada titik yang akan dipetakan. Receiver akan menerima data dari satelit yang terbaca menjadi koordinat. Koordinat inilah yang menjadi bahan untuk memetakan suatu wilayah. Titik-titik yang diambil biasanya merupakan titik titik terluar suatu bidang, misalnya dalam pemetaan gedung diambil titik-titik luar dari gedung. Diperoleh koordinat dari titik-titik yang diamati yaitu titik 1 dengan koordinat sumbu x sebesar 436638.00 dan sumbu z 9142150.00, titik 2 dengan koordinat sumbu x sebesar 436641.00 dan sumbu z 9142176.00, titik 3 dengan koordinat sumbu x sebesar 436647.00 dan sumbu z 9142204.00, titik 4 dengan koordinat sumbu x sebesar 436684.00 dan sumbu z 9142198.00, titik 5 dengan koordinat sumbu x sebesar 436748.65 dan sumbu z 9142178.72, titik 6 dengan koordinat sumbu x sebesar 436741.32 dan sumbu z 9142158.44, titik 7 dengan koordinat sumbu x sebesar 436713.75 dan sumbu z 9142165.77, titik 8 dengan koordinat sumbu x sebesar 436704.60 dan sumbu z 9142134.43, titik 9 dengan koordinat sumbu x sebesar 436699.42 dan sumbu z 9142114.16, titik 10 dengan koordinat sumbu x sebesar 436671.57 dan sumbu z 9142121.53. 
     Dalam pemetaan berbasis GPS selain dibutuhkan receiver dibutuhkan software pengolah data dari GPS. Dalam pemetaan ini digunakan softtware Map Source dan ArcGIS. Data-data koordinat pada GPS dimasukan ke dalam software Map Source, sehingga akan tampak titik-titik koordinat sesuai dengan tempat dilapangan.  Tujuan dimasukanya koordinat ke dalam Map Source agar data yang ada dalam GPS dapat diubah formatnya sesuai dengan format data pada ArcGIS. Data dari Map Source diubah formatnya menjadi DXF, sehingga dapat dilakukan pengeditan peta dalam ArcGIS.
     Pembuatan peta dalam ArcGIS dilakukan dengan menghubungkan titik-titik koordinat membentuk sebuah bidang/poligon. Dihitung luas menggunakan fitur calculate geometri pada ArcGIS sehingga diperoleh luas bidang yang dibuat peta. Untuk mendukung pembacaan peta ditambahkan legenda, skala dan mata angin, sehingga diperoleh peta sesuai dengan hasil pengamatan.
     Dalam pembuatan peta dengan GPS terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan. Keuntungan pembuatan peta denga GPS ialah lebih mudah dibandingkan menggunakan theodolite. Hal ini dikarenakan dengan GPS titik koordinat, ketinggian tempat akan secara otomatis muncul. Dengan begitu proses pembuatan peta akan lebih cepat. Namun terdapat kekurangan dari pemetaan dengan sistem GPS diantaranya data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini menyebabkan hasil pengukuran juga kurang akurat. Akurasi GPS hanya sekitar 6-2 meter. Pada tempat-tempat tertentu seperti di dekat bangunan besar, akurasi akan sulit diperoleh, karena sinyal sedikit terganggu dengan adanya gedung. Ada solusi untuk menaggulangi masalah ini diantaranya dengan melakukan pengulangan lebih dari 4 kali terhadap titik yang ditentukan koordinatnya. Dari banyaknya pengulangan dicari nilai rata-rata. Diharapkan nilai rata-rata inilah yang mendekati nilai akurat.




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
  1. Global Positioning System (GPS) merupakan sistem navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan dan segala sesuatu berkaitan dengan letak di bumi.
  2. Reciver merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk menerima sinyal dari satelit.
  3. Diperoleh koordinat dari titik-titik yang diamati yaitu titik 1 dengan koordinat sumbu x sebesar 436638.00 dan sumbu z 9142150.00, titik 2 dengan koordinat sumbu x sebesar 436641.00 dan sumbu z 9142176.00, titik 3 dengan koordinat sumbu x sebesar 436647.00 dan sumbu z 9142204.00, titik 4 dengan koordinat sumbu x sebesar 436684.00 dan sumbu z 9142198.00, titik 5 dengan koordinat sumbu x sebesar 436748.65 dan sumbu z 9142178.72, titik 6 dengan koordinat sumbu x sebesar 436741.32 dan sumbu z 9142158.44, titik 7 dengan koordinat sumbu x sebesar 436713.75 dan sumbu z 9142165.77, titik 8 dengan koordinat sumbu x sebesar 436704.60 dan sumbu z 9142134.43, titik 9 dengan koordinat sumbu x sebesar 436699.42 dan sumbu z 9142114.16, titik 10 dengan koordinat sumbu x sebesar 436671.57 dan sumbu z 9142121.53. 
  4. Dalam pemetaan ini digunakan softtware Map Source dan ArcGIS.
  5. Tujuan dimasukanya koordinat ke dalam Map Source agar data yang ada dalam GPS dapat diubah formatnya sesuai dengan format data pada ArcGIS.
  6. Kekurangan dari pemetaan dengan sistem GPS diantaranya data yang diperoleh kurang akurat.
  7. Untuk menambah keakuratan data dilakukan pengulangan lebih dari 4 kali terhadap titik yang ditentukan koordinatnya.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Pengertian GPS Cara Kerja GPS Dan Fungsi GPS”. http:// www.mandalamaya.com/pengertian-gps-cara-kerja-gps-dan-fungsi-gps/.html. Diakses pada 30 Januari 2019, pukul 20.43 WIB.

Firmansyah, Aan. 2014. “Pengertian, Manfaat Dan Cara Kerja GPS”. http:// najwamedia.blogspot.com/2014/07/pengertian-manfaat-dan-cara-kerja-gps.html. Diakses pada 30 Januari 2019, pukul 20.52 WIB.

Hasanah, Nur, Al lilah. 2019. “Pengertian GPS”. https://www.nesabamedia.com/ pengertian-gps/.html. Diakses pada 30 Januari 2019, pukul 21.03 WIB.

Laporan Praktikum Survey dan Mapping (Pemetaan Sederhana)

I. ACARA V         : Pemetaan Sederhana
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 12 Januari 2019
III. TUJUAN         : 
  1. Dapat membuat peta sederhana dengan baik dan benar.
  2. Dapat secara langsung melakukan pengukuran dilapangan.
  3. Dapat menghubungkan hasil dan membuat peta dengan aplikasi arcGIS.

IV. DASAR TEORI
     Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan atau skala tertentu. Menurut ICA (International Cartographic Association)   peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari pemukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. Peta Topografi: peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama (Muhamad, Kurnia, Nasution. 2016).
     Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak Dan Sudut, pada metode ini kita harus menyusun titik-titik pada daerah yang hendak dibuat petanya. Susunan titik-titik ini memberikan gambaran bentuk dari daerah tersebut. Kemudian menghitung jarak antara satu titik terhadap titik lainnya yang berdekatan, selanjutnya menentukan pula dengan kompas kedudukan antar titik – titik yang berdekatan tadi. Melakukan pekerjaan ini secara berurutan dari satu titik ke titik yang lain sehingga kembali ke titik asal dimana pekerjaan dimulai. Pemetaan penting diketahui sebelum suatu daerah diselidiki keadaannya (keadaan vegetasi : kerimbunan, dominansi dan sebagainya). Pemetan sederhana dapat dibuat dengan melakukan bidikan terhadap obyek-obyek tertentu yang terletak pada batas daerah tersebut. Ada dua metode pemetaan sederhana, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung (Ferry, Dwi, Hendra. 2013).
     Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui sistem proyeksi. Peta yang umumnya digunakan adalah peta topografi. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan topografi permukaan bumi, baik mengenai unsur alami maupun unsur buatan manusia. Penyajian data tersebut sangat tergantung pada skala peta, semakin besar skala peta tersebut akan semakin rinci data yang dapat di sajikan, dan sebaliknya semakin kecil skala peta yang dibuat maka semakin kurang rinci pula data yang disajikannya. Pemetaan adalah proses kegiatan pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu untuk menghasilkan sebuah peta. Pada dasarnya metode pemetaan dapat dikategorikan atas 3 metode: Pemetaan Terestris, Pemetaan Fotogrametris, Pemetaan Inderaja (Yoga, Wananda. 2016).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Theodolite : 1 Unit
  2. GPS : 1 Unit
  3. Statif kaki tiga         : 1 Unit
  4. Payung : 1 Buah
  5. Rambu ukur : 2 Unit
  6. Unting-unitng : 2 Buah
  7. Roll meter : 1 Buah
  8. Patok : 8 Buah
  9. Kompas : 1 Buah
  10. Laptop : 1 Unit
  11. Alat tulis         : Secukupnya

B. Bahan
  1. Lahan : Secukupnya
  2. Database


VI. CARA KERJA
  1. Memasang thedolite dan statif kaki tiga yang sudah dipasang serta mengukur tinggi alat.
  2. Menyetel sekrup ABC agar theodolite benar-benar pada posisi horizontal.
  3. Alat mula-mula 00 kerah utara dan pengunci sudut horizontal dikunci.
  4. Sekrup pengunci horizontal dibuka kemudian mulai melakukan pengamatan dengan membidik rambu ukur serta membaca skala pada rambu-rambu dan sudut vertikal dan sudut horizontal.
  5. Melakukan pengamatan pada titik-titik yang diinginkan seperti yang dilakukan pada poin nomor 4.
  6. Pengamatan diulang sesuai denga  titik instrumen yang ada dengan membaca rambu ukur pada titik-titik tersebut dan membaca besar sudut yang dibentuk, tinggi alat serta mencatat data yang didapat.
  7. Mengamati melalui lensa theodolite dengan menggunakan sekrup, pengatur kasar dan halus apabila gambar belum kelihatan jelas.
  8. Melakukan perhitungan dari data yang didapat pada hasil pengamatan atau praktikum dan menggambar peta sebagai hasil pengamatan dilapangan dari sudut-sudut yang dibentuk. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan







B. Perhitungan 







VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kita membahas tentang acara V yaitu tentang pemetaan sederhana. Pemetaan ini digunakan untuk mengetahui letak suatu jenis tumbuhan dan pola penyebarannya dalam suatu wilayah (komunitas). Untuk melakukan analisis vegetasi ada beberapa metode yang digunakan, selain ada metode yang digunakan untuk menganalisis kualitatif dari vegetasi dan ada pula anilisis kuantitatif terhadap vegetasi. Analisis kualitatif meliputi jumlah, kerapatan, luas penutupan dan lain sebagainya. Sedangkan analisisis yang bersifat kualitatif biasanya digunakan untuk mengetahui penyebaran jenis tumbuhan tertentu di dalam suatu komunitas. Untuk melakukan analisis kualitatif ini dapat digunakan cara pemetaan, yaitu pemetaan dengan mengukur jarak dan arah dan pemetaan dengan menggunakan 2 titik konstan.
     Dilakukan pemetaan pada KP2 di daerah Cangkringan. Karakteristik lahan didaerah tersebut adalah berkontur naik turun. Pemetaan dilakukan dengan menetapkan 9 stasiun untuk tempat membidik dan target bidik. Pembidikan dilakukan dengan membitik titik utara sebagai patokan sudut. Dengan begitu dapat diketahui seberapa sudut yang dibentuk aantara titik utara dengan titik bidikan. Dilakukan dua jenis bidikan yaitu bidikan antar stasiun dan bidikan didalam dan diluar bidang poligon. Pembidikan antar stasiun dilakukan dengan membidik titik stasiun yang akan ditempati sebagai tempat pembidikan selanjutnya. Pada bidikan ini akan diperoleh batas atas, batas tengah, batas bawah, sudut horizontal dan sudut vertikal. 
     Pada bidikan di dalam dan diluar poligon, pembidikan dilakukan pada sembarang arah. Pembidikan ini bertujuan untuk memperkuat data hasil bidikan antar stasiun. Selain itu pembidikan ini juga dapat digunakan untuk memprjelas kontur pada suatu wilayah. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui yaitu apabila hasil penembakan antar titik yang sama ditemui perbedaan hasil maka perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap data yang diolah. Hal ini berlaku bagi beda tinggi dan jarak, karena sangat tidak mungkin saling tembak antara titik yang sama tetapi diperoleh hasil yang berbeda.
     Diperoleh hasil perhitungan jarak pada titik I-II sebesar 47,66 meter, pada titik II-I sebesar 47,94  meter, pada titik II-III sebesar 54,05 meter, pada titik III-II sebesar 14,45 meter, pada titik III-IV sebesar 58 meter, pada titik IV-III sebesar 58,08 meter, pada titik IV-V sebesar 53,01 meter, pada titik V-IV sebesar 53,03 meter, pada titik V-VI sebesar 19,8 meter, pada titik VI-V sebesar 47,86 meter, pada titik VI-VII sebesar 13,36 meter, pada titik VII-VI sebesar 11,04 meter, pada titik VII-VIII sebesar 20 meter, pada titik VIII-VII sebesar 20 meter dan pada titik VIII-I sebesar 47,5 meter.
     Diperoleh hasil beda tinggi pada titik I-II sebesar -0,69 meter, pada titik II-I sebesar -3,8 meter, pada titik II-III sebesar -3,58 meter, pada titik III-II sebesar 0,002 meter, pada titik III-IV sebesar 0 meter, pada titik IV-III sebesar -0,007 meter, pada titik IV-V sebesar 3,65 meter, pada titik V-IV sebesar 0,127 meter, pada titik V-VI sebesar -0,141 meter, pada titik VI-V sebesar 0 meter, pada titik VI-VII sebesar 3,25 meter, pada titik VII-VI sebesar -6 meter, pada titik VII-VIII sebesar 10,89 meter, pada titik VIII-VII sebesar 10,84 meter dan pada titik VIII-I sebesar 12,51 meter.
     Dilakukan penggambaran berdasarkan sudut dan jarak yang didapat melalui hasil pengamatan dan perhitungan. Penggambaran dilakukan dengan skala 1:100. Pada skala ini 1 cm pada peta mewakili 100 cm pada keadaan sebenarnya. Sedangkan penggambaran kontur dilakukan dengan interval 1 meter. Artinya garis kontur akan dibentuk setiap penurunan dan kenaikan ketinggian sebesar 1 meter. Dari serangkaian pemetaan telah diketahui bahwa pemetaan sederhana merupakan kegiatan pengukuran dan perhitungan menggambarkan keadaan lapangan/ kondisi bumi meliputi kontur dan bentuk wilayah ke dalam kertas ataupun data digital dengan skala dan keterangan tambahan yang ditentukan.




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
  1. Pemetaan sederhana merupakan kegiatan pengukuran dan perhitungan menggambarkan keadaan lapangan/ kondisi bumi meliputi kontur dan bentuk wilayah ke dalam kertas ataupun data digital dengan skala dan keterangan tambahan yang ditentukan.
  2. Diperoleh hasil perhitungan jarak pada titik I-II sebesar 47,66 meter, pada titik II-I sebesar 47,94  meter, pada titik II-III sebesar 54,05 meter, pada titik III-II sebesar 14,45 meter, pada titik III-IV sebesar 58 meter, pada titik IV-III sebesar 58,08 meter, pada titik IV-V sebesar 53,01 meter, pada titik V-IV sebesar 53,03 meter, pada titik V-VI sebesar 19,8 meter, pada titik VI-V sebesar 47,86 meter, pada titik VI-VII sebesar 13,36 meter, pada titik VII-VI sebesar 11,04 meter, pada titik VII-VIII sebesar 20 meter, pada titik VIII-VII sebesar 20 meter dan pada titik VIII-I sebesar 47,5 meter.
  3. Diperoleh hasil beda tinggi pada titik I-II sebesar -0,69 meter, pada titik II-I sebesar -3,8 meter, pada titik II-III sebesar -3,58 meter, pada titik III-II sebesar 0,002 meter, pada titik III-IV sebesar 0 meter, pada titik IV-III sebesar -0,007 meter, pada titik IV-V sebesar 3,65 meter, pada titik V-IV sebesar 0,127 meter, pada titik V-VI sebesar -0,141 meter, pada titik VI-V sebesar 0 meter, pada titik VI-VII sebesar 3,25 meter, pada titik VII-VI sebesar -6 meter, pada titik VII-VIII sebesar 10,89 meter, pada titik VIII-VII sebesar 10,84 meter dan pada titik VIII-I sebesar 12,51 meter.
  4. Pembuatan peta dilakukan sesuai dengan sudut dan besarnya jarak yang telah diskalakan.
  5. Sedangkan penggambaran kontur dilakukan dengan interval 1 meter. Artinya garis kontur akan dibentuk setiap penurunan dan kenaikan ketinggian sebesar 1 meter.


DAFTAR PUSTAKA
Hendra, Dwi, Ferry. 2013. Pengukuran Poligon. http://ferrydwirestuhendra. blogspot.com/2013/09/pemetaan-mapping-sedrhana_6834.html. Diakses pada 02 Februari 2019, pukul 12.47 WIB.

Nasution, Kurnia, Muhamad. 2016. Peta, Definisi, Fungsi, Komponenhttps:// kurnia-12.blogspot.com/2016/03/peta-definisi-fungsi-komponen.html. Diakses pada 01 Februari 2019, pukul 07.56 WIB.

Wananda, Yoga. 2016. Laporan Survey Dan Mapping Pemetaan. http://yoga wananda.blogspot.com/2016/04/laporan-survey-dan-mapping-pemetaan.html. Diakses pada 02 Februari 2019, pukul 13.04 WIB.

Laporan Praktikum Survey dan Mapping (Polygon)

I. ACARA IV         : Polygon
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 20 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Melatih mahasiswa agar dapat memahami ilmu ukur wilayah dilapangan dan dapat membuat peta polygon.
  2. Dapat memahami dan menggambar wilayah yang di ukur.

IV. DASAR TEORI
     Polygon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon  harus cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta (Anonim, 2012).
     Dalam praktikum ilmu ukur wilayah pada acara poligon ini alat yang digunakan adalah theodolit dalam praktikum acara poligon dituntut ketelitian dan kecermatan dalam pengamatan dan dalam menentukan titik-titik yang diukur. Pengukuran pada acara poligon sangat berguna antara lain untuk pembuatan kerangka peta, pengukuran rencana jalan raya, jalan kereta api dan pengukuran irigasi. Pengukuran dalam poligon dapat dibagi beberapa bentuk yaitu yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka. Pada pengukuran poligon tertutup adalah titik sudut yang pertama sama dengan titik sudut yang terakhir. Pada pengukuran poligon terbuka adalah titik yang pertama tidak sama dengan titik terakhir. Sebelum mulai pengukuran pada acara poligon ini pertama-tama pengamat harus paham dan mengerti syarat-syarat penting poligon itu sendiri, pada poligon ada tiga syarat penting antara lain : Poligon bebas ( tidak terkait satu syarat ) yaitu didak memerlukan ketentuan letak yang ada didalam peta, maka tidak memerlukan hitungan-hitungan dalam pemetaanya. Cukup diukur panjang sisi dan besar sudut-sudut yang terbentuk dari hasil pengamatan. Pengukuran poligon terikat ( terikat oleh syarat ) yaitu harus memenuhi syarat-syarat antara lain suatu titik harus diketahui koordinatnya, maka dipilih sebuah titik tetap sebagai salah satu titik poligon yang pertama yang dipilih titik sayap. Pada pengukuran poligon juga didapati tahap-tahap dalam pengukuran poligon sebagai berikut : Perencanaan dari hasil pengukuran, Pengolahan data dari hasil pengukuran dan Penggambaran peta dari hasil data yang diperoleh pada saat  pengamatan dan perhitungan ( Yoga Wananda 2016).
     Polygon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik (Haidir Aly, 2014).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Theodolite : 1 Unit
  2. Statif kaki tiga         : 1 Unit
  3. Payung : 1 Buah
  4. Rambu ukur : 2 Unit
  5. Roll meter : 1 Buah
  6. Laptop : 1 Unit

B. Bahan
  1. Area kampus INSTIPER
  2. Database


VI. CARA KERJA
  1. Memasang theodolite pada statif yang sudah dipasang serta mengukur tinggi alat.
  2. Menyetel sekrup ABC agar theodolite benar-benar pada posisi horizontal.
  3. Alat mula-mula 00 kearah utara dan pengunci sudut horizontal dikunci.
  4. Sekrup pengunci horizontal dibuka kemudian mulai melakukan pengamatan dengan membidik rambu ukur serta membaca skala pada rambu ukur dan sudut vertikal dan sudut horizontal
  5. Melakukan pengamatan pada titik-titik yang diinginkan seperti dilakuakan pada point nomor 4.
  6. Pengamatan diulang sesuai dengan titik instrumen yang ada dengan rambu ukur pada titik-titik tersebut dan membaca  besar sudut yang dibentuk, tinggi alat pada tiap serta mencatat data yang diperoleh.
  7. Mengamati melalui lensa pada theodolite dengan menggukan sekrup. Pengatur kasar dan halus apabila gambar belum kelihatan dengan jelas.
  8. Melakukan perhitungan dari data yang diperoleh pada hasil pengamatan atau praktikum dan menggambar peta sebagai hasil pengamatan dilapangan dari sudut-sudut yang terbentuk.




VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan







B. Perhitungan 








VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kita membahas acara 4 yaitu tentang polygon. Metode polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Pengukuran dan  pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.
     Berdasarkan bentuknya poligon dibagi dalam dua bagian, diantaranya yaitu jenis polygon secara visual yang meliputi polygon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada satu titik yang sama. Poligon tertutup sering disebut polygon kring (kring poligon). Ditinjau dari segi pengkatannya (azimut dan koordinat), terdapat beberapa variasi seperti tanpa ikatan, terikat hanya azimut, terikat hanya koordinat, terikat azimut dan koordinat.
     Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan sama sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat poligon tertutup yang jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-2) 1000.  Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk polygon tertutup. Satu-satunya kelemahan polygon tertutup yang sangat menonjol ialah bahwa bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan, dengan kata lain walaupun ada kesalahan tersebut, namun polygon tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti itu, yaitu kalau ada kesalahan frekuensi gelombang.
     Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan frekuensi gelombang. 
     Pada polygon tertutup garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak. Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik awal. Polygon terbuka adalah polygon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan satu titik yang sama). Polygon terbuka ini dapat kita bagi lebih lanjut berdasarkan peningkatan pada titik-titik (kedua titik ujungnya). Ada dua macam peningkatan untuk polygon terbuka ini yaitu peningkatan azimut dan peningkatan koordinat.
     Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat dibagi lebih lanjut menjadi tanpa ikatan sama sekali, pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali, pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang lain tanpa ikatan sama  sekali. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali.
     Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth, Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimuth, Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat , Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimut saja,  Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat.
     Setelah itu melakukan perhitungan jarak yang menggunakan rumus S = (BA – BB ) X 100, dan perhitungan beda tinggi alat menggunakan rusmus ∆ h = Tinggi Alat – Batas Tengah (BT), sedangkan dalam menentukan titik terukur menggunakan rumus h = 100 mdph ± ∆ h. setelah melakukan perhitungan maka hasilnya dicata/diketik didalam tabel seperti yang ada pada acara laporan polygon ini. Kendala pada praktikum ini ialah cuaca yang cukup panas sehingga cukup membuat kondisi saat praktikum tidak kondusif.




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
  1. Pengukuran pada acara poligon sangat berguna antara lain untuk pembuatan kerangka peta, pengukuran rencana jalan raya, jalan kereta api dan pengukuran irigasi.
  2. Pengukuran dalam poligon dapat dibagi beberapa bentuk  yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka. 
  3. Pada pengukuran poligon tertutup adalah titik sudut yang pertama sama dengan titik sudut yang terakhir. Pada pengukuran poligon terbuka adalah titik yang pertama tidak sama dengan titik terakhir.
  4. Pada polygon tertutup garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
  5. Kendala pada praktikum ini ialah cuaca yang cukup panas sehingga cukup membuat kondisi saat praktikum tidak kondusif.



DAFTAR PUSTAKA
Aly, Haidir. 2014. Pengukuran Poligon Dan Metodehttp://geosurta.blogspot.com/ 2014/05/pengertian-poligon-dan-metode.html. Diakses pada 30 Desember 2018, pukul 18.47 WIB.

Anonim. 2012. Pengukuran Poligon. https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur- tanah/pengukuran-poligon.html. Diakses pada 30 Desember 2018, pukul 14.52 WIB.

Wananda, Yoga. 2016. Laporan Survey Dan Mapping Polygon. http://yoga wananda.blogspot.com/2016/04/laporan-survey-dan-mapping-poligon.html. Diakses pada 30 Desember 2018, pukul 00.58 WIB.

Laporan Praktikum Survey dan Mapping (Pengguntingan)

I. ACARA III         : Pengguntingan
II. HARI, TANGGAL : Kamis, 11 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Melatih mahasiswa dalam menggunakan alat untuk dilapangkan.
  2. Melatih mahasiswa untuk memahami dalam pengukuran lapangan.
  3. Melatih mahasiswa untuk menghasilkan data dan penggamabran yang benar.

IV. DASAR TEORI
     Penguntingan adalah mengukur beda tinggi antara dua titik tempat dengan menggunakan garis visir horizontal. Penguntingan ini menggunakan alat optik theodolit atau pun waterpass, dengan demikian didapat pula perbedaan–perbedaan tinggi. Pada alat ini terdapat nivo yang dapat atau berguna untuk mengatur agar garis visir dari teropong horizontal dalm keadaan sejajar. Syarat penguntingan dalam pengukuran adalah garis visir dari teropong harus sejajar dengan garis dari nivo, garis arah nivo harus tegak lurus pada poros vertikal dan benang horizontal harus tegak lurus pada poros vertikal. Syarat ini begitu penting sekali agar penembakan dari satu ke titik yang lain mendapat hasil yang akurat. Didalam penguntingan dibedakan atas penguntingan tunggal dan penguntingan berikutan. Penguntingan tunggal adalah menentukan perbedaan tiggi dua titik. Alat penguntingan dipasang antara dua titik itu dan dalam menentukan beda antara dua titik dapat di lakukan dengan beberapa cara dalam penempatan alat diantaranya adalah penempatan alat ukur theodolit di atas salah satu titik dan alat ini yang dapat digunakan untuk membidik beberapa titik rambu yang akan dicari beda tingginya. Penempatan alat ukur theodolit diantara dua titik rambu sehingga dua titik rambu tersebut dapat diketahui beda tingginya (Yoga, Wananda. 2016).
     Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan sumber daya alam, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah dalam skala yang lebih detail merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat mendesak untuk disegerakan pengadaannya. Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya kebutuhan akan informasi yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan terpaksa mengadakan survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau terlambatnya Indonesia dalam memetakan seluruh wilayahnya untuk peta skala besar. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan dengan garis ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur buatan manuasia seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya diatas muka bumi ini. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal (diidentifikasi) dan pada umumnya diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi sebenarnya. Peta topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi tersebut unsur-unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu dengan memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan umum untuk suatu pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah (Matt, Vince. 2017).
     Mengenai pengukuran melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan titik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol. Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan posisi keadaan planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang hasilnya berupa peta topografi. Peta topografi mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka dasar (geometris/georefrensi) bagi pembuatan peta-peta lain (Fuan, Domin. 2017).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Theodolit         : 1 Unit
  2. Statif kaki tiga : 1 Unit
  3. Payung : 1 Buah
  4. Rambu ukur : 2 Unit
  5. Unting- unting : 1 Buah
  6. Roll meter : 1 Buah
  7. Laptop : 1 Unit
  8. Software

B. Bahan
  1. Lokasi
  2. Database


VI. CARA KERJA
  1. Meletakkan alat ukur theodolit pada statif dengan sekrup pengunci.
  2. Menyeimbangkan nivo
  3. Mengunci sudut vertikal dari arah utara astronomis adalah seabagi dasar horizontal (0).
  4. Meletakkan rambu-rambu didepan alat dan dibelakang alat, sejauh minimal 15 meter.
  5. Untuk melindungi alat theodolit dari sinar matahari maka sebaiknta alat dilindungi dengan payung.
  6. Melakukan pegamtan dengan cara membidik rambu dengan theodolit, melakukakn pembacaan benang atas, tengah dan bawah.
  7. Mengukur tinggi alat disetiap penempatan.
  8. Memindahkan alat theodolit sesuai dengan jalur yang sudah ditentukan oleh Co. Ass pembimbing untuk diukur beda tingginya sebanyak 7 kali perpindahan.
  9. Membuat dan menganalisa hasil percobaan menggunakan software pemetaan.



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan




B. Perhitungan 





VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kita membahas tentang acara tiga yaitu tentang pengguntingan. Penguntingan di laksanakan untuk mengetahui beda tinggi antara titik satu dengan lainya. Data pada hasil pembahasan diperoleh dari pengamatan dan perhitungan pada titik titik yang telah ditentukan. Penguntingan dilakukan dengan theodolit. Untuk membaca sudut dari titik A ke B maka dilakukan penguncian sudut pada angka 00 dengan mengarahkan angka 0 pada pembatas sudut horizontal bagian atas lalu dikunci dengan sekrup pengunci horizontal bagian atas. Penguncian horizontal atas dilakukan saat teropong telah tepat mengarah ke rambu A. Untuk mengetahui selisih sudut A dan B maka sebelum di geser ke rambu B, maka dikunci sekrup horizontal bagian bawah tetapi sekrup pengunci bagian atas di lepas. Saat di geser tepat pada rambu B maka akan terbaca selisih sudut antara titik A dan B terhadap theodolit.   Dilakukan penguncian terhadap sumbu vertikal agar saat pengukuran arah tembak theodolit tidak melenceng ke atas maupun kebawah.  Theodolit diletakan pada titik patokan dan rambu diletakan pada titik yang lain.  Diamati batas atas dan batas bawah untuk koreksi batas tengah untuk mengetahui jarak antara 2 titik maupun perbedaan tinggi antara 2 titik. Perbedaan tinggi akan terdereksi dari perbedaan batas tengah. Sedangkan jarak didapatkan dari perbedaan batas atas dan batas bawah dikalikan 100. 
     Perbedaan tinggi antara titik-titik yang diamati diketahui dari perbedaan antara batas tengah muka dan batas tengah belakang. Perbedaan antara batas tengah titik A dan batas tengah titik B ialah perbedaan tinggi antara titik A dan titik B. Pengukuran sudut antara titik A dan B diperlukan agar arah titik yang diamati tidak melenceng.  Dihitung beda tinggi pada setiap pengamatan sehingga didapatkan pada data beda tinggi diantaranya beda tinggi antara titik A dan B pada station I sebesar (-0,67), beda tinggi antara titik A dan B pada station II sebesar (0,73), beda tinggi antara titik A dan B pada station III sebesar (0,82), beda tinggi antara titik A dan B pada station IV sebesar (0,07), beda tinggi antara titik A dan B pada station V sebesar (0,07), beda tinggi antara titik A dan B pada station VI sebesar (-0,1), beda tinggi antara titik A dan B pada station VII sebesar (-0,34) beda tinggi antara titik A dan B pada station VIII sebesar (0,08), beda tinggi antara titik A dan B pada station IX sebesar  (0,09), beda tinggi antara titik A dan B pada station X sebesar  (0,16).  Pada hasil perhitungan tanda negatif menunjukan bahwa kontur wilayah yang di ukur ketinggianya menurun. Sebaliknya bila diperoleh hasil positif maka hasil menunjukan bahwa ketinggian bertambah pada setiap pengukuran.
     Jarak diperoleh dari perhitungan antara batas atas dan batas bawah dikalikan 100.  Pada titik yang akan diukur jaraknya ditempatkan rambu ukur dan theodolit dibidikan ke arah rambu ukur. Terdapat beberapa hitungan dalam pengukuran diantaranya, perhitungan kesalahan, tinggi titik ukur dan tinggi titik terkoreksi. Perhitungan kesalahan ditujukan untuk mencari selisih antara ukuran di lapangan dengan ukuran yang sebenarnya. Perhitungan tinggi titik ukur ditujukan untuktuk mengetahui ketinggian titik, dengan cara menambahkan selisih ketinggian antara 2 titik dengan ketinggian sebelumnya. Tinggi titik terkoreksi digunakan untuk mengoreksi ketinggian yang telah diukur. Berdasarkan perhitungan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penguntingan dilakukan untuk mengetahui beda tinggi titik –titik yang ditentukan. Selain itu dalam penguntingan juga dapat dilakukan perhitungan jarak. 




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
  1. Penguntingan di laksanakan untuk mengetahui beda tinggi antara titik satu dengan lainya.
  2. Perbedaan tinggi antara titik-titik yang diamati diketahui dari perbedaan antara batas tengah muka dan batas tengah belakang.
  3. Perbedaan antara batas tengah titik A dan batas tengah titik B ialah perbedaan tinggi antara titik A dan titik B.
  4. Jarak diperoleh dari perhitungan antara batas atas dan batas bawah dikalikan 100.
  5. Dari perhitungan dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa penguntingan dilakukan untuk mengetahui beda tinggi titik –titik yang ditentukan. Selain itu dalam penguntingan juga dapat dilakukan perhitungan jarak.
  6. Tinggi titik terkoreksi digunakan untuk mengoreksi ketinggian yang telah diukur.




DAFTAR PUSTAKA
Wananda, Yoga. 2016. Laporan Survey Dan Mapping. http://yogawananda.blog spot.com/2016/04/laporan-survey-dan-mapping-penguntingan.html. Diakses pada 19 Desember 2018, pukul 00.48 WIB.

Vince, Matt. 2017. Laporan Survey Dan Pemetaan. https://boxvengeance.blog spot.com/2017/01/contoh-laporan-survey-dan-pemetaan.html. Diakses pada 19 Desember 2018, pukul 00.50 WIB.

Domin, Fuan. 2017. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. https://www.academia. edu/26075062/laporan_paktikum_ilmu_ukur_tanah_II.html. Diakses pada 19 Desember 2018, pukul 00.50 WIB.