Pages

Showing posts with label Laporan Propagasi Vegetatif. Show all posts
Showing posts with label Laporan Propagasi Vegetatif. Show all posts

Laporan Praktikum Sterilisasi Media

ACARA VII
STERILISASI MEDIA 

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan sterilisasi media pada kultur jaringan dengan baika dan benar.
 
B. TINJAUAN PUSTAKA
     Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan alat, media, bahan dari mikroorganisme kontaminan yang tidak diinginkan. Baik berupa bakteri patogen dan apatogen Sterilisasi menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan ketika ingin melakukan penilitian atau praktikum, karena sterilisasi sangat berperan penting dalam membunuh mikroba yang dapat mengganggu proses pengamatan akibat kontaminan dari bakteri yang tidak diinginkan.
     Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien. Umumnya, mengandung air, sumber energi, sulfur, fosfat, oksigen serta hidrogen. media ini bertujuan untuk pembiakan, isolasi, pegujian sifat sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroba.
     Media sintesis adalah media yang yang susunan kimianya dapat diketahui dengan pasti. Media sintesik dibuat dari ekstrak dari bahan-bahan yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan mikroba seperti ekstrak daging, kentang, ragi dan sebagainya. contohnya yaitu media NA (Natrium Agar), PDA (Potato Dextrose Agar), dan PCA (Plate Count Agar). Pada percobaan pembuataan media harus dalam keadaan steril agar mikroba yang tidak diharapkan tidak dapat tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat (Suriawiria, 2005).  Dalam laboratorium mikrobiologi, diperlukan media nutrien dan peralatan yang steril. Keadaan yang tidak steril dapat menyebabkan tumbuhnya mikroba pencemar (kontaminan) yang akan mengganggu pengamatan terhadap mikroba yang ditumbuhkan. 




C. TEMPAT DAN TANGGAL 
  1. Tempat : Arboretum Kehutanan dan KP2 
  2. Tanggal : 13 Maret 2020

D. ALAT DAN BAHAN
a) Alat 
  1. Botol
  2. Autoclaft
  3. Kapas
  4. Ent-case

b) Bahan  
  1. Potassium nitrate : 250 mg
  2. Potassium phosphate : 250 mg
  3. Magnesium sulfate : 250 mg
  4. Ammonium sulfate : 500 mg 
  5. Tricalcium phosphate : 200 mg 
  6. Farric tartrate         : 28 mg 
  7. Manganese sulfate : 7,5 mg 
  8. Sacrose (gula pasir) : 20 gr 
  9. Aquadest : PH 4,0- 5,6
  10. Agar-agar : 8 gr 
  11. Kentang rebus : 150 gram 
  12. Pisang : 150 gram 
  13. Norit arang aktif : 2 tablet 
  14. Vitamin B1 : 2 pipet tetes 



E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Membuat media cair dari bahan bahan yang telah disediakan 
  3. Memasukan media yang sudah jadi kedalam botol yang sudah di sterilkan sebelumnua, media masih dalam keadaan panas/hangat dan langsung ditutup dengan kapas. 
  4. Memanaskan botol kedalam autoclaft manual dengan suhu 120 derajat dan bertekanan 15-20 
  5. Menarik katup autoclaft agar uap dari dalam autoclaft keluar
  6. Memindahkan botol dari autoclaft ke dalam ruang isolasi.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kami melakukan kegiatan praktikum dengan judul “Sterilisasi Media” Sterilisasi Sendiri merupakan suatu proses untuk membebaskan alat, media, bahan dari mikroorganisme kontaminan yang tidak diinginkan. Baik berupa bakteri patogen dan virus, karena sterilisasi sangat berperan penting dalam membunuh mikroba yang dapat mengganggu proses pengamatan akibat kontaminan dari bakteri yang tidak diinginkan. 
adapun tahapan sterilisasi media meliputi :



Gambar 7.1 Menyiapkan botol yang sudah steril
     Media kultur jaringan sendiri merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien. Umumnya, mengandung air, sumber energi, sulfur, fosfat, oksigen serta hidrogen. media ini bertujuan untuk pembiakan, isolasi, pegujian sifat sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroba. Pertama yaitu menyiapkan botol yang sudah dcuci  menggunakan sabun pembersih kemudian dibilas dengan aquades dan digojok serta dibilas dengan  alkohol agar botol benar-benar bersih dan steril dari sisa-sisa kotoran dari dalam botol tersebut. Kemudian dikeringkan dan kemudian ditutup menggunakan kapas agar tidak adanya mikroorganisme yang masuk. Alcohol memiliki sifat untuk membunh microorganisme sehingga microorganisme tidak dapat hidup di alat yang di cuci dengan alcohol  lalu dipanaskan dengan autoclave.



Gambar 7.2 Memasukan media kedalam botol
     Kemudian memasukan campuran media yang sudah dibuat sebelumnya Media harus segera dimasukan botol saat masih dalam keadaan panas Media yang dipakai harus segera dimasukan setelah panas karena media berbentuk agar dan di takutkan memadat jika suhunya sudah turun. dan langsung ditutup dengan kapas, agar media tidak terkontaminasi dengan bakteri yang ada  disekitarnya. Kapas yang digunakan untuk menutup mulut botol untuk mencegah mikroorganisme masuk ke dalam botol. Media ini sebelumnya sudah disiapkan tim lab dengan campuran bahan sebagai berikut seperti potassium nitrate (250 mg), potassium phosphate (250 mg), magnesium sulfste (250 mg), ammonium sulfate (500 mg), tricalcium phosphate (200 mg), farric tartrate (28 mg), manganese sulfate (7,5 mg), sacrose (gula pasir) (20 gr), aquadest (ph 4,0- 5,6), agar-agar (8 gr), kentang rebus (150 gram), pisang (150 gram), norit arang aktif (2 tablet), vitamin b1 (3 pipet tetes).  Gula pasir digunakan untuk memenuhi kebutuhn gula, agar-agar sebagai bahan pemadat, kentang digunakan sebagai sumber karbohidrat, pisang digunakan sebagai penambah vitamin B1 dan gula. 



Gambar 7.3 memasukan botol ke autoclave
     Menata Botol dengan posisi vertical kedalam autoclave untuk dilakukan sterilisasi, posisi vertical ini dilakukan agar media terkumpul di dasar botol dan tidak melebar di didnding botol, sterilisasi ini dilakukan dengan metode penguapan panas dengan temperature 1210 C selama 15 menit-20 menit hal ini dilakukan agar mikroorganisme benar-benar mati dan steril baik dari media maupun botol. 



Gambar 7.4 Menutup autoklaf.
     Menutup autoclave dan menguncin penutup pada sekitar tutup dan badan autocalve yang bertjuan agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf  sehingga proses sterilisasi bisa berhasil, tetapi jika uap keluar dari autoklaf maka proses sterilisasi harus diulangi dan dilakukan dengan sempurna agar panas tidak turun dan susah naik sehingga proses sterilisasi dapat berjalan baik. 



Gambar 7.5 Menyalakan autoklaf
     Lalu menyalakan autoclave sekaligus mengatur  waktu kerja autoclave untuk sterilisasi media dengan waktu minimal 2 jam dan suhu berkisar 1210 C dengan tekanan 15-20 psi dan dilakukan pengamatan pada menitke 15 menit untuk pengamatan. Hal ini dilakukan agar botol-botol tersebut sudah bebas dari bakteri. Adapun beberapa kelebihan autoklaf yaitu waktu yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi sedikit karena ada bantuan panas dan uap, dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat ukur. Kekuranganmya adalah ada tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan, uap air yang menetes dapat merusak media-media tertentu jika tidak dilakukan dengan rapih dan teliti.



Gambar 7.6 Memindahkan botol-botol dari dalam autoclave ke Ent-case atau laminar airflow
     Setelah selesai dilakukan sterilisasi di autoclave alat dibiarkan dingin sebentar lalu botol yang telah dingin dikeluarkan dan kemudian dipindahkan kedalam Ent-case  agar tetap steril sampai media terbentuk agar tetap steril dari mikroba. Media akan memadat apabila telah didinginkan. Posisi penyusunan botol harus dalam keadaan tegak atau berdiri agar media terkumpul di dasar botol dan memudahkan saat proses menanam.




F. KESIMPULAN 
     Berdasarkan hasil praktikum acara VII tentang “sterilisasi media”, praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
  1. Sterilisasi merupakan suatu proses pembebasam alat, media, maupun bahan dari mikroorganisme kontaminan yang tidak diinginkan.
  2. Media kultur jaringan sendiri merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien. Umumnya, mengandung air, sumber energi, sulfur, fosfat, oksigen serta hidrogen. 
  3. Saat sterilisasi media peletakan botol berbeda dari sebelumnya . Menata Botol harus dengan posisi vertikal didalam autoclafe dan ent-case hal ini dilakukan agar media terkumpul di dasar botol dan tidak melebar di didnding botol dan juga media tidak rusak.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Bahan Ajar Propagasi Vegetatif. Fakultas kehutanan INSTIPER Yogyakarta.
Anonim. 2016. https://www.slideshare.net/mobile/dian0911/laporan-sterilisasi-pembuatan-media-dan-teknik-inokulasi. Diakses pada 28 Maret 2020, pukul 20.30 WIB. 
Pertama, Padli. 2017. https://padlipratama.wordpress.com/sterilisasi-dan-pembuatan-media/. Diakses pada 30 Maret 2020, pukul 20.37 WIB. 

Laporan Praktikum Propagasi Vegetatif (Sterilisasi Alat)

ACARA VI
STERILISASI ALAT

A. TUJUAN
  1. Mengetahui dan mempelajari cara sterilisasi alat.

B. TINJAUAN PUSTAKA
     Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan botol pada temperature 121 derajat celcius selama 20 menit.
     Dekontaminasi adalah proses menghilangkan atau membunuh mikroorganisme sehingga objek aman untuk ditangani, tujuannya untuk melindungi praktikan yang melakukan percobaan menggunakan bakteri atau semacamnya. Tiga metode umum dalam proses dekontaminasi yaitu sterilisasi, desinfeksi dan sanitasi. Lama sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Autoklaf adalah bagian dari alat laboratorium yang digunakan untuk mensterilkan alat-alat atau benda dengan cara menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan dan antibiotic. Kelebihan dari autoklaf adalah waktu proses sterilisasi lebih cepat karena menggunakan uap panas dan tekanan, dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat ukur, dan adanya tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan. Serta kekurangannya adalah sangat bergantung pada adanya kelembaban dan temperature yang ditingkatkan, uap air yang menetes dapat merusak media-media tertentu, dan terdapat tetesan uap yang mengenai alat dan bahan yang disterilkan. 




C. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Fakultas Kehutanan 
  2. Tanggal : 6 Maret 2020

D. ALAT DAN BAHAN
a). Alat
  1. Botol
  2. Autoclaft
  3. Kapas
  4. Ent-case

b). Bahan
  1. Alkohol
  2. Aquadest
  3. Air
  4. Sabun


E. CARA KERJA
  1. Mencuci botol menggunakan sabun sampai bersih.
  2. Mensterilkan botol menggunakan aquades dan digojok serta menggunakan alkohol kemudian digojok dan dibuang.
  3. Menutup botol menggunakan kapas sampai botol tertutup sempurna.
  4. Memanaskan botol kedalam autoclaft manual dengan suhu 121 derajat celcius dan bertekanan 15-20 psi.
  5. Menarik katup autoclaft agar uap dari dalam autoclaft keluar.
  6. Memindahkan botol dari autoclaft ke dalam ruang isolasi (ent-case).



F. HASIL DAN PEMBAHASAN
     Pada kali ini praktikan melakukan praktikum dengan judul “sterilisasi alat” Sterilisasi sendiri adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri, Adapun proses sterilisasi sebagai berikut :
 
Gambar 6.1 Botol yang sudah dicuci 
     Langkah pertama yaitu mencuci botol menggunakan sabun pembersih kemudian dibilas dengan aquades dan digojok serta dibilas dengan  alcohol agar botol benar-benar bersih dan steril dari sisa-sisa kotoran dari dalam botol tersebut. Kemudian dikeringkan dan kemudian ditutup menggunakan kapas agar tidak adanya mikroorganisme yang masuk. Alcohol memiliki sifat untuk membunh microorganisme sehingga microorganisme tidak dapat hidup di alat yang di cuci dengan alcohol, setelah itu di keringkan dan ditutup kapas, kapas memiliki selulosa yang tinggi dan berkadar air rendah serta memiliki pori-pori yang kecil sehingga mikroba dari luar sulit masuk tetapi tekanan dari dalam botol saat pemanasan menggunakan autoclaf dapat keluar karena pori dari kapas tersebut.


 
 
Gambar 6.2 Penataan botol dalam autoclave untuk sterilisasi.
     Botol yang sudah dicuci dan ditutup kapas  dimasukan kedalam autoclave untuk disterilisasi dengan metode penguapan/dipanaskan dengan temperature 121 derajat celcius selama 15-20  menit hal ini dilakukan agar bakteri maupun mikroorganisme dapat mati hingga seluruh bagian permukaan alat.
 
Gambar 6.3 Menutup autoclave
     Menutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman yang terletak pada ujung-ujung bagian badan autoclave agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Kelebihan dari sterilisasi menggunakan alat autoklaf adalah waktu proses sterilisasi lebih cepat karena menggunakan uap panas dan tekanan, dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat ukur, dan tekanan dan suhu yang mensterilkan sehingga mikrobanya mati.



Gambar 6.4 Menyalakan autoklaf.
     Menyalakan alat dan mengatur timer dengan waktu minimal 2 jam pada suhu 121 derajat celcius dengan tekanan 15-20 psi dengan waktu 20 menit.
 
Gambar 6.5 Mematikan autoclave dan membuka autoclave
     Setelah proses sterilisasi seesai dilakukan langkah pertama yaitu mematikan alat lalu membuka katup autoklaf saat tekanan telah mencapai 20 psi agar uap dapat keluar sehingga panas yang dihasilkan maksimal melalui katup sampai nanometer kembali ke angka nol. Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan botol dengan hati-hati. Saat membuka alat harus berhati-hati karena alat masi panas dan harus ditunggu sebentar.


   
Gambar 6.6 Pemindahan botol dari autoclave menuju ent-case atau laminar airflow
     Saat melakukan pemindahan harus dilakukan hati-hati dan juga menggunakan alat yang bersih dari mikroorganisme saat pemindahan botol dimasukan kedalam plastic lalu ditata dalam ent-case.




G. KESIMPULAN
     Berdasarkan hasil pengamatan acara 6 maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
  1. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak.
  2. Fungsi kapas dalam penutupan botol yaitu karena kapas memiliki selulosa yang tinggi dan berkadar air rendah serta memiliki pori-pori yang kecil sehingga mikroba dari luar sulit masuk 
  3. Alkohol memiliki sifat untuk membunuh microorganisme sehingga microorganisme tidak dapat hidup di alat yang di cuci dengan alcohol.
 






DAFTAR PUSTAKA

Dinarastikarani. 2020. Autoklaf. Dalam http://autoklaf.blogspot./2015/12/autoklaf. html. Diakses pada 28 Maret 2020, pukul 19.28 WIB.

Paembonan, Nober. 2011. Laporan Praktikum Sterilisasi Alat. Dalam http://noberan agbio.blogspot.com/2011/11/bab-i-pendahuluan_13.html. Diakses pada 28 Maret 2020 , pukul 19.30 WIB.

Laporan Praktikum Sambung Pucuk

ACARA V
SAMBUNG PUCUK

A. TUJUAN
  1. Mahasiswa mengetahui dan mempelajari cara melakukan sambungan pucuk dengan baik dan benar.
  2. Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam sambung pucuk.
  3. Mahasiswa mengetahui pertumbuhan pucuk.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Arboretum dan KP2 
  2. Tanggal : 28 Februari 2020

C. TINJAUAN PUSTAKA/ DASAR TEORI
     Teknik sambung pucuk dilakukan dengan cara menggabungkan batang atas dan batang bawah. Batang bawah diharapkan menjadi batang yang tahan terhadap patogen tanah dan kokoh, sedangkan batang atas merupakan bagian yang memiliki karakter produksi yang diinginkan. Batang bawah ini biasanya menggunakan tanaman yang berasal dari biji sehingga memiliki perakaran yang kuat. Perpaduan dari bagian tanaman yang disatukan tersebut diharapkan akan menghasilkan  tanaman jenis baru dengan sifat genetis yang memiliki keunggulan, yaitu kokoh, perakaran kuat, cepat berbuah, produktif, tahan penyakit dan mutu buah baik sesuai dengan sifat genetis induknya .
     Teknik sambung pucuk dilakukan dengan membuat celah pada batang bawah dan dimasukkan batang atas (entres) yang memiliki paling tidak 3 mata tunas. Entres ini diambil dari cabang/ranting yang berasal dari tanaman lain yang memiliki keunggulan genetis. Batang bawah yang siap disambung biasanya berukuran 0,6 cm atau lebih. Syarat batang bawah dan batang atas :
1. Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah berasal dari pertumbuhan biji
     Tanaman bawah dipilih untuk menopang pertumbuhan batang atas. Oleh karena itu, batang bawah haruslah memiliki perakaran dan batang yang kuat. Bibit yang berasal dari pertumbuhan biji memenuhi semua kriteria itu.

2. Batang bawah harus kompatibel dengan calon batang atas
     Kecocokan antar dua sambungan batang menjadi faktor penting berhasil tidaknya teknik sambung pucuk. Ini dilakukan agar keduanya dapat mengadakan pertumbuhan dengan baik. Selama ini keberhasilan sambung pucuk terjadi pada tanaman yang memiliki kekerabatan yang dekat, misalnya mangga yang disambung dengan mangga varietas lain.




3. Batang bawah memiliki pertumbuhan yang baik sesuai dengan batang atas
     Batang bawah mempunyai akar yang menyuplai nutrisi dari tanah untuk ke semua bagian tumbuhan sehingga batang bawah haruslah memiliki pertumbuhan yang baik. Ini dimaksudkan agar batang bawah dapat tumbuh dan berkembang bersama. Selain itu, pertumbuhan yang baik berarti juga tahan penyakit dan tidak mempengaruhi sifat dari batang atas.

4. Tanaman yang dijadikan batang bawah mempunyai usia yang tepat sebagai bibit
     Memang, semua jenis tanaman mempunyai usia bibit yang berbeda-beda agar siap dijadikan sebagai batang bawah. Namun, yang perlu diperhatikan adalah batang bawah yang digunakan telah memiliki batang yang mulai berubah warna sedikit kecoklatan, dengan kata lain mulai berkayu. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat keberhasilan sambung pucuk jika menggunakan batang bawah yang berwarna kecoklatan lebih besar dibandingkan menggunakan penyambungan pada batang bawah yang masih hijau.

5. Tanaman yang dijadikan batang atas berasal dari tanaman induk yang mempunyai sifat unggul
     Inti dalam metode sambung pucuk yaitu mendapatkan tanaman yang memberikan hasil yang baik seperti warna bunga yang cantik, buah yang manis, dan lain sebagainya. Sifat-sifat seperti itu bisa didapatkan dengan menggunakan batang atas yang berasal dari tanaman induk yang mempunyai sifat unggul tersebut sebagaimana fungsinya yang mendukung fase generatif tanaman.

6. Batang atas berasal dari cabang yang tumbuh tegak dan lurus
     Memilih cabang yang tumbuh tegak dan lurus untuk batang atas agar pertumbuhan batang atas tanaman tumbuh dalam kondisi normal.




7. Batang atas sebaiknya dipilih yang tidak bercabang
     Batang atas yang bercabang dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan tunas sehingga bisa mengurangi tingkat keberhasilan sambung pucuk. Batang atas yang tidak bercabang membuat kecepatan pertumbuhan vegetatifnya semakin baik karena pertumbuhannya terfokus.

8. Batang atas harus kompatibel dengan batang bawah
     Batang atas juga harus sesuai dengan batang bawah agar bersama-sama mengadakan pertumbuhan.

9. Cabang tanaman yang dijadikan batang atas dilakukan perontakan daun (defoliasi) terlebih dahulu atau pemangkasan daun
     Beberapa jenis tanaman seperti mangga, sebelum dilakukan penyambungan sebaiknya calon batang atas didefoliasi beberapa hari terlebih dahulu. Tujuan dari perontokan ini yaitu agar dapat merangsang pertumbuhan tunas (pecah tunas) setelah disambungkan nantinya. Sedangkan beberapa jenis tanaman seperti manggis biasanya hanya dilakukan pemangkasan daun saja untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.

10. Diameter batang atas disesuaikan dengan batang bawah
     Agar kambium antar batang bawah dan atas sesuai, maka batang atas haruslah memiliki diameter batang yang sama atau lebih kecil dengan batang bawah agar kambium yang terdapat pada kedua batang dapat saling menempel dengan baik sehingga membantu tingkat keberhasilan sambung pucuk. Ini juga memudahkan kita nantinya saat menyambungkan antar kedua batang tanaman.

11. Calon batang atas diambil dalam kondisi yang tepat (tidak muda dan tidak terlalu tua)
    Tidak disarankan menggunakan batang muda yang mempunyai daun yang baru muncul. Kondisi yang baik yaitu daun-daun pada batang berwarna hijau tua (cukup umur dan berkembang sempurna) dan batang pada cabangnya sedikit kecoklatan. Dapat dikatakan pucuk pada cabang tersebut dalam keadaan istirahat (tunas tidur) karena tidak terdapat tanda-tanda pertumbuhan tunas baru. Hal ini bisa jadi bertujuan agar calon batang atas dari cabang tersebut jika telah disambungkan dengan batang bawah lebih cepat mencapai fase generatif. Sebenarnya, pada beberapa penelitian penggunaan kuncup aktif juga dapat dilakukan  namun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan pucuk yang mempunyai tunas tidur




C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Pisau
  2. Plastik
  3. Kertas
  4. Gunting Pangkas

b) Bahan
  1. Tumbuhan Asam Jawa (Tamarindus Indicus)


D. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan 
  2. Memilih pucuk tanaman yang sehat dan bebas hama yang akan digunakan dalam menyambung dan membentuk V pada pangkal pucuk
  3. Memilih cabang dan memotong cabang menjadi dua bagian sebagai tumpuan pucuk tanaman yang akan di sambung.
  4. Menempelkan atau memasang pucuk tadi pada cabang yang sudah dibelah
  5. Mengikat kedua bagian tanaman dengan plastic agar tidak lepas
  6. Memotong daun agar meminimalisir pemuaian.
  7. Menutup cabang yang disambung agar terhindar dari hama.



E. HASIL DAN PEMBAHASAN
 
Gambar 5.1 Memilih pucuk dan cabang yang baik dan segar
     Sambung pucuk adalah salah satu cara pengembangbiakan tanaman yang digunakan untuk menyambung salah satu bagian tanaman ke pohon lain, sehingga tumbuh menjadi satu tanaman tunggal dengan jenis yang sama yang bertujuan memperbaiki sifat tanaman sebelumnya, pada hal ini bagian tanaman yang disambung yaitu bagian pucuk tanaman yang ditempelkan pada cabang tanaman yang memiliki kekurangan kualitas lalu langkah pertama dalam hal ini yaitu Memilih pucuk dan cabang tanaman yang sehat dan bebas hama yang akan digunakan dalam menyambung tanaman dan memiliki riwayat tanaman unggul sebelumdi pindahkan . memilih pucuk yang sehat dan memotongnya menggunakan gunting stek sepanjang 10 cm atau sepanjang plastic yang dimiliki.

 
Gambar 5.2 Pucuk yang sudah dipotong dan diruncingkan.
     Selanjutnya yaitu ujung potongan pucuk tadi diruncingkan menggunakan pisau agar bisa dimasukan kedalam cabang , lalu cabang dibelah dua sepanjang atau sama panjangnya dengan pucuk yang diruncingkan . hal ini dilakukan agar kedua bagian dapat pas menemppel dan juga organ tanaman bagian dalam tanaman dapat bertemu sehingga tanaman dapat tumbuh.



 
Gambar 5.3 Pucuk dan cabang di gabungkan higga pas.
     Selanjutnya menempelkan kedua bagian tanaman tersebut  hingga menemukan posisi yang pas jika kurang maka perlu di perbaiki potongannya atau disayat kembali agar pas sehingga proses penempelan atau sambungan dapat berjalan lancar dan dapat menempel baik.

 
Gambar 5.4 Mengikat sambungan.
     Pengikat dilakukan menggunakan plastic putih pada ujung bagian tanaman hal ini penting dilakukan agar posisi dan perkembangan sambungan dapat berjalan lancar daan bebas dari gangguan beberapa factor seperti iklim seperti angina yang bisa mengganggu maupun factor biotis seperti hewan atau tersenggol manusia, dan meminimalisir ke gagalan saat penyambungan dan pengikatan ini tidak boleh menutupi bagian sayatan.



 
Gambar 5.5 Menutup bagian tanaman yang sedang disambung.
     Dalam melakukan sambung pucuk kita memerlukan plastic untuk proses penutupan bagian sambungan, hal ini bermanfaat untuk mengurangi pemuaian dan membuat lingkungan sekitar sambungan dapat selalu lembab dan juga membuat luka yang dibuat tadi terjaga dari hama dan penyakit. Dan sebagai tanda sedang dilakukan nya sambung pucuk sehingga orang-orang tidak mengganggu tanaman tsb.



F. KESIMPULAN
     Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada acara V tentang Sambung pucuk, maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
  1. Sambung pucuk adalah salah satu cara pengembangbiakan tanaman yang digunakan untuk menyambung salah satu bagian tanaman ke pohon lain, sehingga tumbuh menjadi satu tanaman tunggal dengan jenis yang sama yang bertujuan memperbaiki sifat tanaman sebelumnya.
  2. Sambung pucuk memiliki manfaat untuk menghasilkan  tanaman jenis baru dengan sifat genetis yang memiliki keunggulan, yaitu kokoh, perakaran kuat, cepat berbuah, produktif, tahan penyakit dan mutu buah baik sesuai dengan sifat genetis induknya.
  3. Penutupan bagian sambungan, hal ini bermanfaat untuk mengurangi pemuaian dan membuat lingkungan sekitar sambungan dapat selalu lembab dan juga membuat luka yang dibuat tadi terjaga dari hama dan penyakit. Dan sebagai tanda sedang dilakukan nya sambung pucuk sehingga orang-orang tidak mengganggu tanaman tsb.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. "Perkembangbiakanvegetatif". Dalam   http.propagasi/com.html. Diakses pada 25 Maret 2020, pukul 21.30 WIB.

Januar, Edi, 2019 “sambung pucuk pada tanaman alpukat”. Dalam http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/78451/sambung-pucuk-pada-tanaman-alpukat/.html. Diakses pada 25 maret 2020, pukul 21.20 WIB.

Laporan Praktikum Okulasi

ACARA IV
OKULASI

A. TUJUAN 
  1. Mahasiswa mengetahui dan mempelajari cara okulasi dengan baik dan benar.
  2. Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam okulasi.
  3. Mahasiswa mengetahui pertumbuhan okulasi.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Arboretum Fakultas Kehutanan INSTIPER Yogyakarta
  2. Tanggal : 28 Februari 2020

C. TINJAUAN PUSTAKA
     Pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara aseksual atau tanpa proses perkawinan dimana diperoleh keturunan yang memiliki susunan gen yang sama dengan induknya. Tujuan dari penggunaan pembiakan vegetatif dalam perbanyakan tanaman yaitu agar menghasilkan anakan dengan genetik yang sama dengan induknya yang bersifat baik seperti pertumbuhan, produksi dan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit serta kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Perbanyakan vegetatif yang biasanya dilakukan adalah vegetative buatan. 
     Salah satu teknik perkembang biakan vegetative buatan yaitu salah satunya okulasi. Okulasi sendiri adalah serangkaian teknik pembiakan tanaman secara vegetatif yang telah banyak dikembangkan oleh petani. Dalam melakukan okulasi pada tanaman diperlukan ketrampilan khusus supaya tujuan okulasi dapat berhasil.
Arti batang bagian bawah yang digunakan untuk okulasi diharuskan mempunyai sistem perakarannya yang baik, sedangkan batang bagian atas biasanya dipilih yang memiliki hasil tanaman yang memiliki kualitas baik.  Terdapat dua macam teknik okulasi yang bisa diterapkan yaitu teknik okulasi tradisional dan teknik okulasi hijau.



     Okulasi disebut juga sebagai salah satu teknik perbaikan kualitas tanaman secara vegetatif buatan. Sama seperti jenis perbanyakan vegetatif buatan lainnya, okulasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bibit tanaman yang berkualitas baik. Jika dibandingkan dengan hasil tanaman melalui dari teknik perbanyakan cangkok dan stek, tanaman okulasi memiliki kualitas yang lebih baik dikarenakan okulasi dapat menggabungkan 2 sifat unggul dari masing-masing bagian tanaman asalnya yang berupa sifat unggul dari batang bawah seperti sistem perakaran yang kuat dan sifat unggul dari tanaman entres  yang dapat berupa hasil buah yang lebat. Teknik okulasi biasanya dilakukan dengan menggabungkan tanaman-tanaman yang masih dalam satu spesies. Okulasi yang dilakukan antar tanaman dengan spesies berbeda jarang dilakukan karena memiliki tingkat keberhasilannya sangat rendah karena perbedaan sifat fisiologis dari masing-masing spesies dapat menghambat penyatuan batang atas dan batang bawah.

D. ALAT DAN BAHAN 
a) Alat    
  1. Pisau
  2. Plastik
  3. Kertas
  4. Gunting pangkas

b) Bahan 
  1. Tumbuhan Asam Jawa (Tamarindus Indicus)


E. CARA KERJA 
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mengambil tunas tanaman dengan panjang dan lebar secukupnya.
  3. Memotong bagian kulit yang akan di tempel dengan tunas tanaman yang telah disiapkan sebelumnya.
  4. Menempelkan kulit tunas dengan batang yang telah dipotong kulitnya sesuai besar kulit batang bertunas.
  5. Mengikat kedua bagian tersebut menggunakan plastik.
  6. Mengamati pertumbuhan tunas setelah 21 hari setelah dilekatkan.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini memiliki judul okulasi, okulasi disebut juga sebagai salah satu teknik perbaikan kualitas tanaman secara vegetatif buatan. Sama seperti jenis perbanyakan vegetatif buatan lainnya, okulasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bibit tanaman yang berkualitas baik. Dalam praktikum kali ini praktikan melakukan okulasi pada tanaman asam jawa dengan cara mengambil kulit luar untuk di okulasi di batang pohon lain yang kurang unggul adapun tahapannya meluputi :
 
Gambar 4.1 Pemotongan bagian kulit batang yang bertunas



     Tahapan pertama dalam okulasi yaitu memilih tanaman induk yang memiliki sifat yang baik dan bakal menjadi indukan yang baik lalu baru kita melakukan pengambilan mata tempel dengan kriteria panjang mata tunas kira 4-5 cm atau sesuai dengan panjang sayatan pada batang bawah, saat membuat sayatan usahkan menggunakan pisau yang tajam dan jangan sampai melukai kambium hal itu dapat menyebabkan kegegalan pada proses okulasi.
 
Gambar 4.2 Penyayatan kulit cabang sebagai lokasi okulasi.
     Lalu mencari batang yang sehat sebagai bidang tempel mata tunas, lalu menyayat kulit luar menggunakan pisau yang tajam agar tidak melukai kambium. Dan hal ini harus memperhatikan kesesuain panjang dari mata tunas sebagai bidang tempel. Atau panjang dan lebar nya sama dengan mata tunas yang diambil sebelumnya.
 
Gambar 4.3 Penempelan kulit yang bertunas pada bagian yang telah dipotong



     Lalu setelah menyayat mata tunas dan bidang tempel lalu menempelkan mata tunas pada bidang tempel cabang  yang telah dipotong kulitnya sesuai besar tunas, lalu mengikat tunas  mengunakan plastik bening dan pada bagian mata tunas tidak boleh tertutupi oleh plastik agar pada bagian mata tunas dapat tumbuh menjadi tanaman yang baru. Penempelan mata tunas dengan batang bawah bertujuan agar kambium mata tunas dan batang bawah dapat menyatu.
Gambar 4.4. Hasil okulasi selama 21 hari
     Setelah melakukan penempelan lalu dilakukan pengamatan selama 21 hari, lalu  hasil okulasi yang dicek dengan cara membuka plastic dibuka agar kita dapat mengetahui okulasi yang dilakukan berhasil atau tidak. Setelah 21 hari pengamatan hasil pada okulasi tanaman asam jawa ternyata hasil okulasi tidak terlihat pertumbuhan dan perkembangan hanya pada bagian mata tunas berwarna gelap dan tidak menempel.  Adapun beberapa factor yang harus diperhatikan dalam okulasi yairu keserasian sambungan, Keadaan fisiologis tanaman, kehalusan sayatan, persentuhan cambium, pengelupasan kulit, kesehatan batang bawah, waktu penyambungan (sebaiknya pada musim kemarau), temperatur (paling baik 25-30 derajat celcius), kelembapan (memerlukan kelembapan tinggi), cahaya (sebaiknya dilakukan dipagi hari atau sore hari), pelaksanaan penyambungan atau penempelan.




G. KESIMPULAN 
     Berdasarkan praktikum propagasi acara okulasi yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Okulasi adalah cara meningkatkan mutu tumbuhan tanaman dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata tunas dari batang atas pada sesuatu irisan dari kulit pohon lainnya sehingga bersatu menjadi tanaman yang baru.
  2. Tanaman okulasi memiliki kualitas yang lebih baik dikarenakan okulasi dapat menggabungkan 2 sifat unggul dari masing-masing bagian tanaman asalnya yang berupa sifat unggul dari batang bawah seperti sistem perakaran yang kuat dan sifat unggul dari tanaman entres  yang dapat berupa hasil buah yang lebat)
  3. Setelah 21 hari pengamatan hasil pada okulasi tanaman asam jawa ternyata hasil okulasi tidak terlihat pertumbuhan dan perkembangan hanya pada bagian mata tunas berwarna gelap dan tidak menempel Antara mata tunas dan bidang tempel.
  4. Beberapa factor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi :
  • Keserasian sambungan
  • Keadaan fisiologis tanaman
  • Kehalusan sayatan
  • Persentuhan kambium
  • Pengelupasan kulit
  • Kesehatan batang bawah
  • Waktu penyambungan (sebaiknya pada musim kemarau)
  • Temperatur (paling baik 25-30 derajat celcius)
  • Kelembapan (memerlukan kelembapan tinggi)
  • Cahaya (sebaiknya dilakukan dipagi hari atau sore hari)




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. “Penyebab Okulasi Tanaman Sering Gagal”. Dalam http://merawatbunga.com/penyebab-okulasi-tanaman-sering-gagal/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020 pukul 20.28 WIB.
Danu, R. K. 2012. Teknik Persemaian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan: Bogor.

Laporan Praktikum Stek Pucuk

ACARA III
STEK PUCUK

A. TUJUAN
  1. Mengetahui dan mempelajari cara menyetek
  2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam menyetek
  3. Mengetahui pertumbuhan stek

B. TINJAUAN PUSTAKA
     Stek adalah cara pengembangbiakkan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian akar, batang, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sistem Stek bisa dilakukan dengan cara :
1. Stek Batang
Sistem Stek dengan cara mengambil atau memanfaatkan sebagian batang tanaman untuk dikembangbiakkan sebagai tanaman baru. Contoh tanaman yang bisa dikembangbiakkan dengan sistem Stek batang misalnya Singkong, Tebu dan bunga Mawar, melati, dan jeruk.

2. Stek Akar atau Umbi
Sistem Stek dengan cara mengambil atau memanfaatkan umbi tanaman untuk dikembangbiakkan sebagai tanaman baru. Contoh tanaman yang bisa dikembangbiakkan dengan sistem Stek umbi misalnya Kentang dan Bawang.

3. Stek Daun
Sistem Stek dengan cara mengambil atau memanfaatkan daun tanaman untuk dikembangbiakkan sebagai tanaman baru, Contoh tanaman yang bisa dikembangbiakkan dengan sistem Stek daun misalnya Cocor Bebek, Sri Rejeki dan Lidah Buaya.




4. Stek Pucuk
Stek pucuk adalah usaha perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dengan cara menyemaikan pucuk pohon sehingga menjadi bibit yang siap tanam. Stek pucuk bisa menjadi alternatif dalam memenuhi kebutuhan bibit, karena bahan stek yang mudah didapat, namun begitu bukan berarti stek pucuk tidak ada kekurangannya. Salah satu kekurangan dari stek pucuk ini adalah diperlukannya pengetahuan dan keterampilan tentang penyetekan. Sebab dalam hal perlakuan tiap jenis pohon tidak sama akan teknik penyetekannya.

C. TEMPAT DAN TANGGAL 
  1. Tempat : Persemaian Fakultas 
  2. Tanggal : 18 Februari 2020

D. ALAT DAN BAHAN 
a) Alat
  1. Gunting dahan
  2. Cap gelas
  3. Pisau
  4. Kamera

b) Bahan
  1. Stek Pucuk Jati (Tectona grandis)
  2. Media



E. CARA KERJA
  1. Pilihlah cabang sehat dan tidak terlalu tua pada pohon indukan yang telah dipilih. Cabang yang sudah tua tidak baik untuk dilakukan penyetekan.
  2. Potong cabang dengan arah serong / miring.
  3. Kemudian potong daunnya setengah dari daun utuh.
  4. Kemudian siapkan media tanahnya, kemudian media dimasukkan ke dalam cup gelas, kasih air pada media jangan terlalu basah.
  5. Masukan steknya ke dalam media.
  6. Kemudian masukkan steknya kedalam cap gelas yang sudah terisi media.
  7. Kemudian mengamati steknya apakah hidup atau enggak selama 1 bulan.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN
     Stek adalah salah satu teknik perkembangbiakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian akar, batang, atau daun tanaman sebagai bagian utama yang dapat dimanfaatkan untuk dikembangbiakan dan untuk menghasilkan tanaman baru, manfaat dari stek yaitu tanaman yang dikembangbiakan akan memiliki kemiripan dengan indukan nya, maka dari pada itu dalam kegiatan stek kita perlu memastikan dan memilih indukan yang terbaik atau unggul untuk menghasilkan bibit-bibit unggul lainnya.  Adapun bahan yang kami gunakan yaitu jenis tanaman Jati (Tectona grandis). bagian tanaman yang kami stek yaitu pada bagian pucuk adapun tahapan nya yaitu :



 
Gambar 3.1 Memotong stek jati ( Tectona Grandis)
     Pertama-tama yaitu memilih tanaman induk, tanaman induk yang baik adalah  pertama memiliki pertumbuhan yang baik, tidak terkena /terserang hama penyakit, dan tanaman sehat baik pertumbuhannya setelah itu mengambil atau melakukan pemotongan pucuk jati menggunakan gunting stek yang tajam agar kulit tidak rusak saat pemotongan tidak melukai batang, pada pangkal batang stek dibuat runcing agar saat penanamn bagian batang stek pucuk tidak membusuk.

 
Gambar 3.2 Mengisi media tanam
     Mengisi media tanaman pada wadah gelas plastic yang sudah disiapkan  dan me lubangi bagian bawahnya agar air tidak tergenang dan mengakibatkan tanaman rusak dan bisa busuk, lalu  memasukan tanah dengan mengunakan scop kecil atau tangan, media yang digunakan yaitu tanah yang berlokasi di arboretum. 


 
Gambar 3.3 Menanam kan pucuk kedalam gelas plastik
     Kemudian stek ditanam di media tanah yang diwadahi dengan gelasplastik tadi, kemudian ditetesi air hingga lembab, tujuanya agar suhu tanah stabil dan juga agar tanaman stek tidak kaget atau stress karena lingkungan yang baru dan bisa tumbuh dengan baik.
 
Gambar 3.4 stek umur 3 minggu
     Tanaman yang sudah berumur 3 minggu sudah mulai menunjukan pertumbuhan dengan dicirikan dengan adanya daun yang baru, tapi dibeberapa bagian daun mulai menguning dan layu.


 
Gambar 3.5 Stek yang sudah 4 minggu
     Pada minggu ke-4 laju pertumbuhan tidak mengalami perubahan. Tidak terlihat pertumbuh akar, namun terlihat munculnya kalus pada bagian bawah batang stek. 
Tabel 1.1 Tabel Pengamatan Pertumbuhan Stek Pucuk tanaman Jati 
selama 28 hari 
Beberapa Faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya: 
  • Bahan tanaman: asal bahan tanaman, umur tanaman, Asal bahan stek berpengaruh terhadap kemampuan berakar stek dan pertumbuhan biakannya. Bahan stek yang masih juvenil (muda secara fisiologis) memiliki kemampuan berakar yang lebih baik dari pada biakan stek yang telah tua ). Hartman et al (1990) menyatakan bahwa bahan tanaman yang berasal dari bagian tanaman dekat dengan akar lebih juvenil dari pada bahan tanaman yang berada pada tajuk yang lebih tinggi.
  • Komposisi media perakaran, Media padat. Syarat utama media pengakaran harus porus, drainase dan aerasi baik, serta steril. Media pengakaran stek dapat menggunakan pasir, cocopeat, vermikulit (Hartmann at al. 1990)
  • Kondisi lingkungan pertumbuhan, Keberhasilan pembibitan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan / iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal
  • Zat pengatur tumbuh, Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, bagian pangkasl stek diberi zat pengatur tumbuh dari kelompok auxin (IBA, IAA, NAA) dan yang banyak digunakan untuk pembuatan stek atau cangkok yang dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun Atonik, sedang dari kelompok sitokinin terutama Kinetin, Adenin, zeatin. Cara pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dapat mengunakan cara oles, celup, dan perendaman.



G. KESIMPULAN
     Berdasarkan praktikum acara satu tentang stek pucuk dan data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
  1. Stek adalah cara pengembangbiakkan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian akar, batang, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru.
  2. Stek yang dilakukan pada saat praktikum yaitu stek pucuk yang dilakukan pada tanaman Jati (tambahkan jelaskan cara menstek dengakn singkat)
  3. Beberapa Faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya: 
  • Bahan tanaman: asal bahan tanaman, umur tanaman, Asal bahan stek berpengaruh terhadap kemampuan berakar stek dan pertumbuhan biakannya. Bahan stek yang masih juvenil (muda secara fisiologis) memiliki kemampuan berakar yang lebih baik dari pada biakan stek yang telah tua ). Hartman et al (1990) menyatakan bahwa bahan tanaman yang berasal dari bagian tanaman dekat dengan akar lebih juvenil dari pada bahan tanaman yang berada pada tajuk yang lebih tinggi.
  • Komposisi media perakaran, Media padat. Syarat utama media pengakaran harus porus, drainase dan aerasi baik, serta steril. Media pengakaran stek dapat menggunakan pasir, cocopeat, vermikulit (Hartmann at al. 1990)
  • Kondisi lingkungan pertumbuhan, Keberhasilan pembibitan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan / iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal. 
  • Zat pengatur tumbuh, Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, bagian pangkasl stek diberi zat pengatur tumbuh dari kelompok auxin (IBA, IAA, NAA) dan yang banyak digunakan untuk pembuatan stek atau cangkok yang dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun Atonik, sedang dari kelompok sitokinin terutama Kinetin, Adenin, zeatin. Cara pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dapat mengunakan cara oles, celup, dan perendaman.





DAFTAR PUSTAKA
Muadz, Abu. 2011. “Stek Pucuk”. dalam http://persemaian-hutankalimantan. blogspot.com/p/stek-pucuk.html. Diakses pada 19 Maret 2019, pukul 23.50 WIB.

Sains, Cinta. 2016. “Definisi Stek dan Contoh Tumbuhan yang Bisa Dikembangbiakkan dengan Sistem Stek” dalam http://ilmupengetahuanalamonline. blogspot.com/2016/05/definisi-stek-dan-contoh-tumbuhan-yang.html Diakses pada 19 Maret 2019, pukul 23.40 WIB.