Pages

Laporan Praktikum Mengukur Kesadahan Non Karbonat

I. JUDUL ACARA IV : Pengukuran kadar Karbonat (CO3) dan Bikarbonat 
              (HCO3) Atau mengukur Kesadahan Non Karbonat
II. HARI,TANGGAL   : Kamis, 11 April 2019
III. TUJUAN   :
  1. Mengetahui kadar CO3 yang terkandung pada sample air.
  2. Mengetahui kadar HCO3 yang terkandung pada sample air.

IV. DASAR TEORI
     Ion karbonat yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan secara asidimetri, dengan larutan HCl sebagai standar. Penambahan larutan HCl ke dalam larutan yang mengandung campuran ion karbonat dan bikarbonat. Dalam hal ini, reaksi terjadi dalam dua langkah, yakni yang pertama merupakan perubahan dari ion karbonat menjadi ion bikarbonat, maka pH larutan kira – kira 8,2. Setelah langkah petama berlangsung sempurna, maka ion bikarbonat yang terdapat dalam larutan yang diselidiki berasal dari ion bikarbonat mula - mula dan berasal dari perubahan tersebut. Penambahan HCl lebih lanjut akan merubah semua ion bikarbonat menjadi asam karbonat. HCO3- + H3O  → H2CO3  + H2O Kesempurnaan reaksi ini dapat diselidiki dengan bantuan indikator metyl orange ( trayek pH antara 3,1 dan 4,4 ). Prosedur di atas juga dapat dipakai untuk penentuan kandungan bikarbonat dan karbonat dalam air.  Ion karbonat dan bikarbonat adalah salah satu bagian dari golongan basa. Umumnya ion - ion ini banyak ditemukan pada batu kapur atau batu tulis yang digunakan sebagai campuran bahan - bahan bangunan. Dalam penentuan kadar ion karbonat dan ion bikarbonat dalam suatu cuplikan, digunakan metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan salah satu bagian analisis volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi netralisasi. Titrasi asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan asam sebagai larutan standar (Yoga, 2016).
     Kesadahan air (hardness) adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Sedang pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3 (Anonim, 2013).
     Air merupakan pelarut yang sangat baik, sehingga di alam umumnya  berada dalam keadaan tidak murni. Air alam mengandung berbagai jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta mengandung mikroorganisme. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai ke tingkat tertentu dan membuat air tidak berfungsi lagi sesuai dengan tujuan  penggunaannya (Gita, 2019).



V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Labu Erlenmeyer : 3 unit
  2. Gelas ukur 100 ml : 1 buah
  3. Pipet volume : 1 buah
  4. Buret : 1 buah

B. Bahan
  1. Sample air selokan : 25 ml
  2. Sample air sungai : 25 ml
  3. Larutan H2SO4 0,050 N         : 10 ml
  4. Larutan Indikator PP : 3 tetes 
  5. Larutan indikator metyl orange (MO) : 2 tetes
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan sample air sebanyak 25 ml, masukkan kedalam labu erlenmayer.
  2. Menambahkan beberapa tetes larutan indikator PP sebanyak 3 tetes.
  3. Menambahkan 2 tetes larutan metyl orange ke dalam tiap sample
  4. Melakukan titrasi dengan larutan H2SO4 sampai warna berubah menjadi jingga catat volume yang di inginkan.



B. Skematis
  1. Disiapkan sample air sebanyak 25 ml, pada labu erlenmeyer dan di beri tanda. 

  2. Ditambahkan beberapa tetes larutan indikator PP kedalam sample sebanyak 3 tetes. 

  3. Ditambah larutan metyl orange kedalam sample 2 tetes. 

  4. Dititrasi sample tersebut dengan larutan H2SO4 standar sampai sample berubah warna dan catat volume larutan yang terpakai sampai sample berubah warna. 



VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Analisa Hardness dalam Air. http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/ 04/analisa-hardness-dalam-air.html. Diakses 13 April 2019, pukul 14.08 WIB.

Pambayun, Gita.  2019. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi EDTA. https://www.academia.edu/9180678/Penentuan_Kadar_Kesadahan_Air_ dengan_Metode_Titrasi_EDTA.html. Diakses 13 April 2019, pukul 14.17 WIB.

Wananda, Yoga.  2016. Laporan Kualitas Air Pengukuran Kadar. http://yoga wananda.blogspot.com/2016/04/laporan-kualitas-air-pengukuran-kadar.html. Diakses 13 April 2019,  pukul 13.59 WIB.

Laporan Praktikum Kualitas Air (Pengukuran Kadar Kalsium dan Magenesium)

I. JUDUL ACARA III : Pengukuran Kadar Kalsium (Ca) dan Magenesium 
                    (Mg) atau Mengukur Kesadahan Non Karbonat 
II. HARI,TANGGAL         : Selasa, 09 April 2019
III. TUJUAN         :
  1. Mengetahui kadar Ca untuk menentukan kesadahan non karbonat sample air.
  2. Mengetahui kadar Mg untuk menentukan kesadahan non karbonat sample air.

IV. DASAR TEORI
     Kesadahan adalah suatu keadaan atau peristiwa terlarutnya ion- ion tertentu di air sehingga menurunkan kualitas air baik secara distribusi maupun penggunaanya. Ion - ion tersebut yaitu Ca2+, Mg2+, Mn2+, Fe2+, Si2+, dan semua kation yang bermuatan. Ion-  ion mampu bereaksi dengan Sabun untuk Presipirat dan anion - anion yang ada untuk membentuk kerak. Air sadah berarti air yang didalamnya terkandung ion - ion kesadahan. Kesadahan air bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Kesadahan air permukaan lebih kecil daripada air tanah di daerah kapur, karena pada daerah tanah tersebut banyak terkandung ion Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan dibagi menjadi  tipe yaitu: kesadahan kalsium dan magnesium, (kesadahan total) kalsium dan magnesium merupakan dua anggota dari kelompok alkali logam. Kedua struktur ini mempunyai struktur elektron dan reaksi kimia yang sama. Besarnya kesadahan kalsium dan magnesium dapat dihitung. Kesadahan karbonat dan non karbonat, kesadahan karbonat ialah bagian kesadahan total yang secara kimia ekuivalen terhadap alkalinitas bikarbonat dan karbonat dalam air. Kesadahan non karbonat ialah jumlah kesadahan akibat kelebihan, kesadahan karbonat, Kesadahan nonkarbonat = kesadahan total – kesadahan karbonat kation. Kation kesadahan nonkarbonat berikatan dengan nion – anion sulfat nitrat (Yoga, 2016).
     Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Berdasarkan penjabaran di atas maka untuk mengetahui secara mendalam tentang kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada suatu sampel air maka dilakukanlah percobaan penentuan kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) (Arie, 2013).
     Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2 seperti Fe, Sr, Mn, Ca, dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan  bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat, sementara itu magnesium terdapat dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida. Secara umum kesadahan dibedakan menjadi dua jenis yaitu : kesadahan umum (general hardness) dan kesadahan karbonat dan non karbonat (carbonate hardness). Selain itu, terdapat pula tipe kesadahan lainnya yaitu Pseudo Hardness (Rahmat, 2014).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Labu erlenmeyer 100 ml : 3 unit
  2. Gelas ukur 100 ml         : 1 unit
  3. Pipet volume         : 1 unit
  4. Buret         : 1 unit

B. Bahan
  1. Sample air                 : 10 ml
  2. Larutan NH2OH HCL 3% : 1 ml
  3. Larutan KCN 2,5%                 : 2 ml
  4. Larutan NaOH 2N         : 1 ml
  5. Larutan merexide                 : 1 ml
  6. Larutan standar Na2EDTA : 10 ml
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan sample air dan aquadesh sebanyak 10 ml, masukkan kedalam labu erlenmeyer.
  2. Menambahkan 1 ml larutan NH2OH HCL 3% pada masing-masing sample.
  3. Menambahkan 2 ml larutan KCN 2,5% pada masing-masing sample.
  4. Menambahkan 1 ml larutan NaOH 2N pada masing-masing sample.
  5. Menambahkan 2 tetes larutan merexide pada masing-masing sample sambil diaduk-aduk sampai berubah warna dan catat warna yang dihasilkan.
  6. Menitrasi sample tersebut dengan larutan standar Na2EDTA sampai berubah warna dan catat berapa volume larutan standar Na2EDTA yang terpakai.



B. Skematis
  1. Disiapkan sample air dan aquadest sebanyak 10 ml pada labu erlenmeyer. 

  2. Ditambahkan larutan NH2OH, HCL, KCN, NaOH kedalam sample sesuai dengan jumlah masing – masing. 

  3. Ditambahkan larutan merexide sebanyak 2 tetes kedalam setiap sample dan lihat perubahan warna sambil di aduk. 

  4. Dititrasi sample tersebut dengan larutan standar Na2EDTA sampai sample berubah warna dan catat volume larutan yang terpakai sampai sample berubah warna. 



VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN






DAFTAR PUSTAKA
Arhy, Arie. 2013. Laporan Penentuan Kadar Kalsium (Ca) & Magnesium (Mg). http://arikimia.blogspot.com/2013/06/laporan-penentuan-kadar-kalsium-ca.html. Diakses 10 April 2019, pukul 19.29 WIB.

Rahmat, Priyono.  2014. Kesadahan 14. https://www.academia.edu/9394021/ Kesadahan14.html. Diakses 10 April 2019, pukul 19.36 WIB.

Wananda, Yoga.  2016. Laporan Kualitas Air Pengukuran Kadar. http:// yogawananda.blogspot.com/2016/04/laporan-kualitas-air-pengukuran-kadar.html. Diakses 10 April 2019,  pukul 19.23 WIB.

Laporan Praktikum Pengukuran Parameter Kualitas Air

I. JUDUL ACARA II : Pengukuran Parameter Kualitas Air (pH, turbidity, tds, ec)
II. HARI,TANGGAL : Jum’at, 29 Maret 2019
III. TUJUAN  :
  1. Mengetahui parameter kualitas air.
  2. Mampu mengukur pH, Turbidity, TDS, EC.

IV. DASAR TEORI
     Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting  bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Air dibutuhkan oleh organ tubuh manusia untuk melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi, menjaga keseimbangan cairan tubuh, memperlancar proses  pencernaan, melarutkan dan membuang racun dari ginjal. Air yang cukup dan layak masuk ke dalam tubuh akan membantu berlangsungnya fungsi tersebut dengan sempurna. Salah satu air yang dimanfaatkan oleh manusia adalah waduk. Air waduk merupakan bagian dari sumber air permukaan. Air waduk dikatakan layak untuk dikonsumsi sebagai air baku mutu bila memenuhi persyaratan kualitas air. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain (Achmad, 2016).
     Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/ basa. Di dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam keseimbangan, sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Taufiq, 2016).
     Parameter kualitas air perairan dalam pengertian secara umum, kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu. Kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, misalkan kualitas air untuk keperluan minum berbeda dengan kualitas air untuk keperluan budidaya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Dalam pengukuran  kualitas air ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologis. Parameter fisik air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Parameter kimia DO (Disolved Oxigent) Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting bagi pernafasan.  parameter biologi, plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang di perairan, mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa oleh arus (Yoga, 2016).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. pH meter digital : 1 unit
  2. TDS + EC meter : 1 unit
  3. Gelas beaker 100 ml : 3 buah
  4. Kertas stik pH : 3 buah
  5. Turbidity meter    : 1 buah

B. Bahan
  1. Sample air Selokan Mataram : 1500 ml
  2. Sample air sungai         : 1500 ml
  3. Sample air biasa         : 1500 ml
  4. Aquadesh         : 1500 ml
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan sample air sungai dan sample air selokan masing – masing 1500 ml.
  2. Memberi nomor 1-3 pada sample, 1 air sungai, 2 air selokan dan 3 air biasa.
  3. Mengukur pH sample dengan menggunakan kertas stik pH dan amati perubahan warna yang muncul pada kertas stik pH, cocokkan warna dengan kotak warna pH dan catat hasilnya. Bandingkan dengan yang didapat dengan pH meter digital.
  4. Mengukur kekeruhan dengan Turbidity meter.
  5. Mengukur TDS dan EC (Electrilit Conductivity).



B. Skematis
  1. Disiapkan sample dan di berikan nomor untuk membedakan sample. 

  2. Diukur pH sample air dengan kertas stik dan cocokkan dengan warna pada kotak warna pH dan catat hasilnya. 

  3. Dibandingkan dengan yang didapat dengan pH meter digital. 

  4. Diukur kekeruhan dengan Turbidity meter. 

  5. Dihitung TDS jika telah di dapat conduktivity dan DHL dengan menggunakan rumus TDS (ppm) = 640 × EC (mmho/cm). 


    
VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN







DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufiq. 2016. Laporan Praktikum Manajemen Kualitas Air. http:// taufiqabd.blogspot.com/2016/12/laporan-praktikum-manajemen-kualitas.html Diakses 31 Maret 2018, pukul 09.59 WIB.

Azhari, Achmad, Rizki.  2016. Laporan Pemeriksaan Kualitas Air. https:// www.academia.edu/26062216/Laporan_Praktikum_PemeriksaanKualitas_Air.html. Diakses 31 Maret 2019, pukul 09.20 WIB.

Wananda, Yoga.  2016. Laporan Kualitas Air. http://yogawananda.blogspot.com/ 2016/04/laporan-kualitas-air-pengukuran.html. Diakses 31 Maret 2019,  pukul 10.14 WIB.

Laporan Praktikum Teknik Pengukuran Debit Air

I. JUDUL ACARA I : Teknik Pengukuran Debit Air dan Pengambilan Sample
II. HARI,TANGGAL : Rabu, 27 Maret 2019
III. TUJUAN :
  1. Mengukur debit air dengan metode bola pimpong.
  2. Mengetahui cara-cara pengambilan sample air.

IV. DASAR TEORI
     Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting  bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Air dibutuhkan oleh organ tubuh manusia untuk melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi, menjaga keseimbangan cairan tubuh, memperlancar proses  pencernaan, melarutkan dan membuang racun dari ginjal. Air yang cukup dan layak masuk ke dalam tubuh akan membantu berlangsungnya fungsi tersebut dengan sempurna. Salah satu air yang dimanfaatkan oleh manusia adalah waduk. Air waduk merupakan bagian dari sumber air permukaan. Air waduk dikatakan layak untuk dikonsumsi sebagai air baku mutu bila memenuhi persyaratan kualitas air. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain (Achmad, 2016).
     Debit (kecepatan aliran) air dan sedimen merupakan komponen penting yang berhubungan dengan permasalahan DAS seperti erosi, sedimentasi, banjir dan longsor. Oleh harena itu, pengukuran debit dan sedimen harus dilakukan dalam pemantauan DAS. Kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran debit adalah pembuatan profilmelintang sungai dan pengukuran ke!epatan aliran. Profil melintang sungai atau bentuk geometri saluran sungai berpengaruh terhadap besarnya kecepatan aliran sungai, sehingga dalam perhitungan debit perlu dilakukan pembuatan profil. Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut. Idealnya, kecepatan aliran rata-rata diukur dengan menggunakan current meter. Alat ini dapat mengetahui kecepatan aliran pada berbagai kedalaman penampang (Reni, 2014).
     Debit aliran tersebut dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan. Pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada musim hujan debit aliran akan semakin deras dan dipengaruhi pula oleh tingkat intensitas hujan yang terjadi. Pada intensitas yang rendah debit aliran kecil dan pada intensitas hujan tinggi debit aliran akan semakin besar. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai. Debit aliran sungai dapat diukur, salah satunya menggunakan alat current meter  dengan metode velosity methode. Untuk mengetahui debit aliran sungai dapat diterapkan metode tersebut, oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana cara pengukuran debit air tersebut (Iwan, 2015).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Roll meter : 1 Unit
  2. Bola pimpong : 1 Unit
  3. Stik/tongkat : 1 Unit
  4. Stopwatch : 1 Unit
  5. Botol sample air : 4 Unit

B. Bahan
  1. Sample air Selokan Mataram : 1500 ml
  2. Sample air sungai         : 1500 ml
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Metode bola pimpong
  2. Mengukur jarak sampai 10 meter.
  3. Menyiapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang diperlukan bola pimpong mencapai jarak yang telah ditentukan.
  4. Menghanyutkan bola pimpong kealiran sungai dengan jarak yang telah ditentukan dan dihitung waktunya.
  5. Mengulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
  6. Menghitung kecepatan tempuh bola pimpong dengan menggunakan V = s/t.
  7. Menghitung debit air (Q) dengan menggunakan metode bola pimpong dengan menggunakan rumus Q = V x A.



B. Skematis
  1. Melakukan pengukuran pada saluran selokan mataram dengan jarak 10 meter. 

  2. Melakukan penghanyutan bola pimpong dari jaran 10 meter yang di tentukan. Sebanyak 3 kali dengan sisi kiri, kanan, dan tengah. 

  3. Mengukur kedalaman kering (permukaan air) kanan dan kiri. 

  4. Mengukur kedalaman basah (dalam air) kanan dan kiri. 

  5. Melakukan pengukuran lebar pada saluran aliran selokan mataram. 

        
  6. Melakukan pencucian/ membersihkan  botol aqua sebanyak 3 kali kedalam aliaran air yang akan di ambil sample. 

  7. Melakukan pengambilan sample sebanyak 3000 ml kedalam 2 botol aqua yang telah di cuci. 



VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN







DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Achmad, Rizki.  2016. Laporan Pemeriksaan Kualitas Air. https://www. academia.edu/26062216/Laporan_Praktikum_PemeriksaanKualitas_Air.html. Diakses 29 Maret 2019, pukul 09.20 WIB.

Novian, Iwan. 2015. Debit Aliran Sungai. http://iwannovian.blogspot.com/ 2015/07/debit-aliran-sungai-laporan-praktikum.html. Diakses 29 Maret 2019, pukul 10.21 WIB.

Reni, Pratiwi.  2014. Laporan Praktikum Debit. https://www.academia.edu/3034 7142/Laporan_Praktikum_Debit.html. Diakses 29 Maret 2019,  pukul 10.06 WIB.

Laporan Praktikum Kadar Kapur Setara Tanah

I. Acara VII         : Kadar Kapur Setara Tanah
II. Tanggal Praktikum : Kamis, 04 April 2019
III. Tujuan         : Menetapkan kadar kapur (CaCO3) secara tepat
IV. Metode         : Mohr

V. Dasar Teori
     Keberadaan kapur tanah erat kaitannya dengan keberadaan kalsium atau magnesium. Magnesium berasal dari mineral fero-magnesium dan kalsium dari feldspor dan akumulasi bahan kapur (karbonat), dolomit, kalsit, dan gipsum sebagai mineral sekunder. Kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam tanah berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut. Semakin kuat pelindian, semakin kecil kandungan kedua hara tersebut. Kandungan kapur tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain komposisi batuan induk dan iklim. Kedua faktor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah,  terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan tipe vegetasi. Pengaruh kapur terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dapat ditinjau dari 2 segi, yang pertama ialah pengaruh langsung yaitu kapur sebagai sumber hara Ca dan Mg dan yang kedua ialah pengaruh tidak langsung yaitu berupa perbaikan sifat dan ciri tanah. Manfaat dari pengapuran tanah antara lain untuk menaikan harga pH tanah,  menyediakan Ca dan Mg untuk tanaman, yang berperan pada serapan dan pergerakan unsur P didalam jaringan tanaman, meperbaiki struktur tanah serta memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar. Bahan kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg (CO3)2, CaO atau MgO, dan Ca (OH)2 atau Mg (OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau CaMg (CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati saringan 80- 100 mesh (Deni, 2014).
     Keberadaan kapur tanah erat kaitannya dengan keberadaan kalsium serta magnesium. Magnesium berasal dari mineral fero-magnesium dan kalsium  dari feldspor serta akumulasi bahan kapur (karbonat), dolomit, kalsit, dan gipsum sebagai mineral sekunder. Kandunagan Ca dan Mg yang tinggi dalam tanah berhubungan erat dengan taraf pembentukan tanah. Semakin kuat pelindian semakin sedikit kandungan kedua mineral tersebut. Keberadaan kapur tanah akan mempengaruhi kejenuhan basa. Pemberian kapur dalam tanah kekurangan Ca tetapi karena tanah terlalu bersifat masam, oleh karena itu pH tanah perlu dinaikan agar unsur-unsur hara seperti P dapat mudah terserap oleh akar tanaman dan terhindar dari keracunan Al. Kalsium karbonat adalah mineral yang memiliki tingkat solubilitas tinggi dan berfungsi untuk menaikan pH tanah masam. Bnayak sedikit kalsium karbonat yang terapat dalam tanah dipengaruhi kandungan CO2 dalam tanah (Katon,2013).
     Kalsium di dalam tanah diimbangi pasangan anionnya. Kemampuan tukar kalsium identik dengan kapasitas tukar kation. Kation dalam bentuk terlarut merupakan bbentuk yang bisa diserap oleh akar. Kalsium karbonat adalah mineral yang memiliki solubilitas tinggi dan funsginya untuk menaikan PH tanah masam. Bentuk mineral ini banyak terdapat pada tanah dengan pH 7 dan tersusun atas kalsium karbonat bebas. Banyak atau sedikitnya kalsium karbonat didalam tanah dipengaruhi oleh kandungan CO2 dalam tanah. Batu kapur merupakan hasil pengendapan dari air senyawa karbonat yang mengandung kation basa. Kation-kation basa yang banyak merangsang pembentukan dan pengendapan batu kapur ini adalah kalsium dan magnesium. Paduan khusus senyawa kalsium karbonat (CaCO3) (CaCO) dengan magnesium karbonat (MgCO3) disebut dolomit (CaMg (CO3)2) jika kandungan magnesiumnya > 21%, dan jika kandungan magnesiumnya ≥ 5% sampai < 21% disebut batu kapur dolomitik. Batu kapur ini merupakan sumber penting bahan untuk pengapuran tanah asam dan kahat anasir Ca dan Mg (Anonim, 2016).




VI. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Kalsimeter
  2. Timbangan Analisis
  3. Lampu Bunsen
  4. Penumpu kaki tiga dan asbes

B. Bahan
  1. Contoh tanah kering angin/udara dengan Φ 0.5 mm
  2. HCl 2 N

VII. Cara Kerja
  1. Ditimbang kalsimeter kosong, bersih, dan kering (a).
  2. Masukan tanah ± 5gr kedalam kalsimeter lalu timbang (b).
  3. Isi bagian atas kalsimeter dengan HCl, 2N sampai ¾ lalu timbang (c).
  4. Kran dibuka dan HCl dialirkan tetes demi tetes kedalam tempat tanah dengan digoyang – goyang perlahan.
  5. Setelah HCl habis maka kalsimeter dihangatkan dalam api yang kecil.
  6. Dinginkan ± 30 menit, kemudian timbang (d).



VIII. Hasil Analisis dan Perhitungan










DAFTAR PUSTAKA
Anonim.  2016. Kadar Kapur Setara Tanah. http://agrilecture.blogspot.com/ 2016/04/acara-ix-kadar-kapur-setaratanah.html. Diakses 16 April 2019,  pukul 09.34 WIB.

Saputra, Deni.  2014. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. http://deni saputra22.blogspot.com/2014/04/laporan-praktikum-dasar-dasar-ilmu3069.html. Diakses 16 April 2019, pukul 09.26 WIB.

Sasongko, Katon. 2013. Kadar Kapur Setara. https://katonsasongko.wordpress. com/2013/03/15/ddit-kadar-kapur-setara/.html. Diakses 16 April 2019, pukul 09.30 WIB.

Laporan Praktikum Kadar Bahan Organik Tanah

I. Acara VI         : Kadar Bahan Organik Tanah
II. Tanggal Praktikum : Kamis, 04 April 2019
III. Tujuan         : Menetapkan kadar bahan organik tanah
IV. Metode         : Walkley & Black

V. Dasar Teori
     Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti. Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut. 
     Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik. Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
     Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan  bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah.Bahan organic lebih banyak di daerah  topsoil  dibandingkan di daerah subsoil, hal ini dikarenakan di daerah topsoil, kandungan bahan organik di bagian topsoil lebih tinggi dibandingkan di daerah subsoil. Hal ini disebabkan adanya aktivitas mikro organism dalam kegiatan proses pelapukan dan dekomposisi bahan orgaik dimana mikro organism aktif mendekomposisi pada daerah topsoil. Apabila semakin kedalam bawah tanah, maka aktivitas mikro organism akan semakin berkurang sehingga pada daerah subsoil akan memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah dibandingkan di daerah topsoil.




VI. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Labu takar 50 ml
  2. Pipet tetes
  3. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
  4. Pipet volume 5 ml
  5. Timbangan analistis
  6. Elenmeyer 100 atau 125 ml
  7. Buret dan statis
  8. Gelas ukur 25 atau 50 ml
  9. Sprayer

B. Bahan
  1. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm
  2. Aquadest
  3. Diphenylamine
  4. K2Cr2O7 IN
  5. H2SO4 pekat (min 96%)
  6. H3PO4 85%
  7. FeSO4 IN



VII. Cara Kerja
  1. Ditimbang contoh tanah seberat 1 N
  2. Dimasukkan dalam labu takar dan ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 IN dan 10    ml H2SO4 pekat.
  3. Dikocok dengan gerakan mendatar dan memutar. Warna harus tetap merah jingga. Kalau warna berubah menjadi biru atau hijau tambahkan lagi K2Cr2O7 IN dan H2SO4 dan setiap penambahan jumlahnya harus dicatat, penambahan blanko harus sama banyak.
  4. Diamkan kurang lebih 30 menit/sampai larutan dingin.
  5. Setelah dingin tambahkan 5 ml H3PO4 85%, dan 1 ml diphenylamine kemudian tambahkan aquadest sampai batas terra.
  6. Dikocok dengan cara membolak-balik sampai homogen dan dibiarkan mengendap.
  7. Diambil dengan pipet volume 5 ml larutan yang jernih, kemudian masukkan ke dalam elenmeyer dan tambahkan 15 ml aquadest.
  8. Kemudian dititrasi dengan FeSO4 hingga warna menjadi kehijauan, dan dicatat volume titrasinya (langkah 7 dan 8 diulangi 3 kali).



VIII. Hasil Analisis dan Perhitungan









DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. Isa, 1980. Klasifikasi dan Survey Tanah. Balai Penelitian Teh dan Kina: Bandung.
Darmawijaya, M. Isa, 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Foth, Henry D, 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Laporan Praktikum pH Tanah Colorimetris

I. Acara V         : pH Tanah Colorimetris
II. Tanggal Praktikum : Selasa, 02 April 2019
III. Tujuan         : 
  1. Menetapkan secara colorimetris dengan H2O (pH H2O)/pH actual.
  2. Menetapkan pH tanah secara colorimetris dengan KCL (pH KCL)/PH potensial.

IV. Metode         : Colorimetris

V. Dasar Teori
    Tanah adalah material bumi yang menjadi media tempat hidupnya organisme. Tanah digunakan sebagai tempat berpijak dan tumbuh. Tanaman adalah contoh makhluk hidup yang langsung berinteraksi dan bergantung hidup pada keadaan tanah. Secara umum, bagi tanaman tanah berfungsi untuk menopang tumbuh dan berdiri tegak tanaman itu sendiri. Selain itu, tanah berfungsi sebagai penyedia bahan makanan seperti unsur hara, mineral dan air. Tanah terbentuk secara alami melalui pelapukan bahan induk, seperti batu-batuan induk. Ilmu yang pembelajarannya mengenai proses pembentukan tanah dan manfaatnya adalah pedologi. Sedangkan proses pembentukan tanah serta unsur-unsur yang mempengaruhinya disebut Pedogenesis. 
     Unsur atau faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah, antara lain; iklim, topografi, bahan induk, waktu dan jasad hidup. Bagian-bagian tanah antara lain lapisan-lapisan tanah yang terbentuk atau tingkatan tanah, profil tanah; yaitu topsoil (tanam tempat dimana organisme tumbuh dan berkembang), sobsoil (tanah muda yang masih dalam tahap perkembangan, dan bahan induk tanah). Dalam tanah dikenal istilah kadar lengas tanah, yaitu kandungan kadar air dalam tanah yang akan dimanfaatkan oleh tanaman, kadar lengar ini dipengaruhi oleh besar kecilnya pori tanah. Tanah itu sendiri terdiri dari 3 fraksi, antara lain; pasir (fraksi yang paling kasar dan memiliki pori makro), debu (fraksi berukuran sedang), lempung (fraksi paling halus dan didominasi pori mikro). Apabila pori makro dominan maka derasenya baik sedangkan drainasenya buruk, dan sebaliknya. Tekstur geluh adalah tanah yang kadar ketiga fraksinya (pasir, debu, lempung) dalam keadaan seimbang.
     Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah dengan tekstur geluh dan berkomposisi; 20-30% air, 20-30% udara, 45% mineral dan 5% bahan organik. Tanah Vertisol adalah tanah-tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitama, bertekstur liat dengan kandungan 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung montmorilonit. Lempung ini sifatnya mudah mengembang di musim hujan. Gaya ini menyebabkan jalan mudah retak, bergelombang dan rusak. Tanah vertisol/grumusol memiliki kandungan bahan organik yang cenderung rendah (antara 1,5-4%), tetapi terdifusi sempurna pada lempunnya sehingga menyebabkan warna menjadi lebih gelap. Warna tanah vertisol dipengaruhi oleh kadar humus dan kadar kapurnya. Tanah yang kaya akan kapur dan karbon berwarna hitam.




VI. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Tabung reaksi
  2. pH Stik
  3. Sprayer
  4. Kertas label 

B. Bahan
  1. Contoh tanah kering angin/udara, dengan diameter : 0,5 mm. 
  2. Indicator universal
  3. Aquadest

VII. Cara Kerja
  1. Tabung reaksi diisi contoh tanah dan H2O (aquadest) dengan perbandingan 1:1 (± setinggi 2,5 cm:2,5 cm, sehingga tinggi tanah + aquadest menjadi 5 cm).
  2. Larutan dikocok hingga homogen dan dibiarkan mengendap lalu warna jernih di bagian atas dicatat, misalnya kuning.
  3. Dimasukkan pH stik dengan hati-hati dalam tabung reaksi (seluruh indikator stik tercelup dalam larutan jernih).
  4. pH stik kemudian dicocokan dengan balok komparator dan dicatat pH-nya.
  5. Ulangi langkah 1-4 dengan menggunakan KCl.



VIII. Hasil Analisis dan Perhitungan







DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D, 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediawiyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Notohadi Perwira, I & Sri Hastuti, 1987. Dasar-dasar Fedologi. Departemen Ilmu Tanah. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.