Pages

Laporan Praktikum Ilmu Tanah (Struktur Tanah)

I. Acara III         : Stuktur Tanah 
II. Tanggal Praktikum : Selasa, 02 April 2019
III. Tujuan         : 
  1. Untuk mengetahui kerapatan butir tanah (BJ)
  2. Untuk mengetahui kerapatan massa tanah (BV)

IV. Metode : Picnometri

V. Dasar Teori
     Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang bahan penyusunnya adalah mineral dan organik. Pengertian tanah sangat banyak tergantung cara pandang orang. Menurut Darmawijaya (1990), Tanah adalah sebagai akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagain besar permukaan palnet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Menurut Jooffe dan Marbut(1949), yang merupakan ahli tanah dari Amerika Serikat menyatakan bahwa tanah ialah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Struktur dapat berkembang dari butir-butir tunggal ataupun kondisi massif (pejal). Untuk butir-butir tunggal atau kondisi masif menjadi agregat-agregat, partikel-partikel tanah harus mengelompok. Di dalam pengelompokan partikel-partikel mehjadi agregat dan kemudian membentuk struktur yang mantap diperlukan “bahan perekat” berupa bahn-bahan yang bersifat koloid.
     Tubuh alam ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mieneral maupun organik yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil (mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
     Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. 
     Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.




VI. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Picnometer 25 ml
  2. Pengaduk
  3. Thermometer
  4. Sprayer

B. Bahan
  1. Contoh tanah kering angin 2 mm
  2. Air
  3. Alkohol/eter/spiritus

VII. Cara Kerja
A. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
  1. Ditimbang picnometer kosong, bersih, bersumbat (a gr).
  2. Diisi picnometer dengan air suling sampai penuh dengan sprayer (sampai garis tanda pada pipa kapiler dalam sumbatannya, kalau tidak ada garis tanda, maka sampai ujung atas pipa kapilernya). Dijaga jangan sampai ada gelembung udara dalam picnometer, dan air yang menempel di luar picnometer dibersihkan dengan tissue.
  3. Ditimbang picnometer penuh air (b gr).
  4. Diukur temperatur air dalam picnometer (t1 0C) dilihat daftar BJ. Berapa BJ air pada temperature tersebut (BJ1).
  5. Diisi picnometer dengan contoh tanah dengan menggunakan corong kecil seberat 5 gr.
  6. Dipasang sumbatnya dan ditimbang picnometer berisi tanah (c gr).
  7. Picnometer diisi air suling sampai kira-kira separuh, tanah diaduk-aduk kuat dengan kawat pengaduk halus untuk menghilangkan udara yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran gelembung-gelembung udara ini dapat dibantu dengan menggoncang-goncangkan picnometer.
  8. Setelah itu picnometer seisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang (sebelum kawat pengaduk dicabut dari dalam picnometer, perlu dibilas dengan sedikit air suling untuk membersihkan butiran-butiran tanah yang menghilang berikut kawat).
  9. Keesokan harinya, dihilangkan gelembung–gelembung udara yang mungkin masih tertinggal diulang lagi, kemudian dibiarkan sebentar untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu ditambahkan air suling hati–hati sampai penuh (seperti no. 2). Hal ini bermaksud agar suspensi tanah tidak teraduk, untuk menjaga agar tidak ada butiran-butiran tanah yang terikut dengan air kelebihan yang harus dihilangkan.
  10. Ditimbang picnometer berisi tanah dan air penuh (d gr). Diukur temperatur air dalam picnometer (± 20C) dilihat di daftar BJ, berapa BJ air pada temperature itu (BJ2).



B. Kerapatan Massa Tanah ( BV)
  1. Ambil sebongkah tanah sedemikian rupa sehingga dapat masuk kegelas ukur 100 ml dengan longgar, dibersihkan dengan hati-hati butir-butir tanah yang menempel lemah di permukaannya dengan kuas, lalu dengan hati-hati diikat dengan benang sehingga dapat digantung. Timbang bongkah tanah ini (a gr).
  2. Cairkan lilin dalam gelas piala sampai cair dan encer (sampai temperatur 60 0C). Setelah temperature lilin turun sampai 600C bongkah tanah seluruhnya dicelupkan dalam lilin sebentar, terus diangkat dan dibiarkan tergantung sampai lilin yang meliputinya membeku.
  3. Periksa apakah lapisan lilin merata menutupi seluruh permukaan bongkah tanah kalau masih ada yang belum tertutup sempurna pencelupan diulangi lagi. Setiap pencelupan suhu lilin harus 600C  kalau kurang lilin tidak menempel pada tanah, kalau lebih lilin dapat meresap kedalam pori-pori tanah.
  4. Timbang bongkah tanah yang dilapisi lilin (b gr).
  5. Isi gelas ukur dengan air sampai volume tertentu dengan tepat (P ml).
  6. Isi gelas ukur dengan air sampai volume tertentu dengan tepat (P ml).
  7. Isi pipet ukur air ditambahkan sampai permukaannya tepat digaris tanda volume tertentu (9 ml).
  8. Catat berapa ml air yang ditambahkan dari pipet ukur (r ml).



VIII. Hasil Analisis dan Perhitungan
1. Kerapatan butir tanah (BJ)
  • Picnometerkosong (a) = 21,543 gr
  • Picnoisi air penuh (b) = 46,516 gr
  • Suhu (T1) 25oC ; BJ1= 0,9971
  • Picno +tanah 5gr (c) = 28,508 gr
  • Picno + tanah + air penuh (d)= 38,613 gr
  • Suhu (T2)= 26oC ; BJ2 = 0,9968
  • KL 2 mm = 3,544 %

2. Kerapatan Massa Tanah (BV)
  • Berat bongkah tanah (a) = 1,572 gr
  • Berat bongkah dilapisi lillin (b) = 1,891 gr
  • Volume awal (p) = 15 ml
  • Volume akhir (q) = 17 ml
  • Jumlah air yang ditambahkan (r)= 0 m
  • Kl gumpalan = 9,654 %




DAFTAR PUSTAKA
Bale, Anwar. 1996. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber. Daya Lahan. UGM, Jogjakarta.

No comments: