I. ACARA IV : Polygon
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 20 Oktober 2018
III. TUJUAN :
- Melatih mahasiswa agar dapat memahami ilmu ukur wilayah dilapangan dan dapat membuat peta polygon.
- Dapat memahami dan menggambar wilayah yang di ukur.
IV. DASAR TEORI
Polygon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y) di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon harus cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta (Anonim, 2012).
Dalam praktikum ilmu ukur wilayah pada acara poligon ini alat yang digunakan adalah theodolit dalam praktikum acara poligon dituntut ketelitian dan kecermatan dalam pengamatan dan dalam menentukan titik-titik yang diukur. Pengukuran pada acara poligon sangat berguna antara lain untuk pembuatan kerangka peta, pengukuran rencana jalan raya, jalan kereta api dan pengukuran irigasi. Pengukuran dalam poligon dapat dibagi beberapa bentuk yaitu yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka. Pada pengukuran poligon tertutup adalah titik sudut yang pertama sama dengan titik sudut yang terakhir. Pada pengukuran poligon terbuka adalah titik yang pertama tidak sama dengan titik terakhir. Sebelum mulai pengukuran pada acara poligon ini pertama-tama pengamat harus paham dan mengerti syarat-syarat penting poligon itu sendiri, pada poligon ada tiga syarat penting antara lain : Poligon bebas ( tidak terkait satu syarat ) yaitu didak memerlukan ketentuan letak yang ada didalam peta, maka tidak memerlukan hitungan-hitungan dalam pemetaanya. Cukup diukur panjang sisi dan besar sudut-sudut yang terbentuk dari hasil pengamatan. Pengukuran poligon terikat ( terikat oleh syarat ) yaitu harus memenuhi syarat-syarat antara lain suatu titik harus diketahui koordinatnya, maka dipilih sebuah titik tetap sebagai salah satu titik poligon yang pertama yang dipilih titik sayap. Pada pengukuran poligon juga didapati tahap-tahap dalam pengukuran poligon sebagai berikut : Perencanaan dari hasil pengukuran, Pengolahan data dari hasil pengukuran dan Penggambaran peta dari hasil data yang diperoleh pada saat pengamatan dan perhitungan ( Yoga Wananda 2016).
Polygon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik (Haidir Aly, 2014).
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
- Theodolite : 1 Unit
- Statif kaki tiga : 1 Unit
- Payung : 1 Buah
- Rambu ukur : 2 Unit
- Roll meter : 1 Buah
- Laptop : 1 Unit
B. Bahan
- Area kampus INSTIPER
- Database
VI. CARA KERJA
- Memasang theodolite pada statif yang sudah dipasang serta mengukur tinggi alat.
- Menyetel sekrup ABC agar theodolite benar-benar pada posisi horizontal.
- Alat mula-mula 00 kearah utara dan pengunci sudut horizontal dikunci.
- Sekrup pengunci horizontal dibuka kemudian mulai melakukan pengamatan dengan membidik rambu ukur serta membaca skala pada rambu ukur dan sudut vertikal dan sudut horizontal
- Melakukan pengamatan pada titik-titik yang diinginkan seperti dilakuakan pada point nomor 4.
- Pengamatan diulang sesuai dengan titik instrumen yang ada dengan rambu ukur pada titik-titik tersebut dan membaca besar sudut yang dibentuk, tinggi alat pada tiap serta mencatat data yang diperoleh.
- Mengamati melalui lensa pada theodolite dengan menggukan sekrup. Pengatur kasar dan halus apabila gambar belum kelihatan dengan jelas.
- Melakukan perhitungan dari data yang diperoleh pada hasil pengamatan atau praktikum dan menggambar peta sebagai hasil pengamatan dilapangan dari sudut-sudut yang terbentuk.
VII. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel hasil pengamatan
B. Perhitungan
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita membahas acara 4 yaitu tentang polygon. Metode polygon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.
Berdasarkan bentuknya poligon dibagi dalam dua bagian, diantaranya yaitu jenis polygon secara visual yang meliputi polygon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada satu titik yang sama. Poligon tertutup sering disebut polygon kring (kring poligon). Ditinjau dari segi pengkatannya (azimut dan koordinat), terdapat beberapa variasi seperti tanpa ikatan, terikat hanya azimut, terikat hanya koordinat, terikat azimut dan koordinat.
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan sama sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat poligon tertutup yang jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-2) 1000. Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk polygon tertutup. Satu-satunya kelemahan polygon tertutup yang sangat menonjol ialah bahwa bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan, dengan kata lain walaupun ada kesalahan tersebut, namun polygon tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti itu, yaitu kalau ada kesalahan frekuensi gelombang.
Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan frekuensi gelombang.
Pada polygon tertutup garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak. Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik awal. Polygon terbuka adalah polygon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan satu titik yang sama). Polygon terbuka ini dapat kita bagi lebih lanjut berdasarkan peningkatan pada titik-titik (kedua titik ujungnya). Ada dua macam peningkatan untuk polygon terbuka ini yaitu peningkatan azimut dan peningkatan koordinat.
Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat dibagi lebih lanjut menjadi tanpa ikatan sama sekali, pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali, pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali.
Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth, Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimuth, Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat , Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimut saja, Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat.
Setelah itu melakukan perhitungan jarak yang menggunakan rumus S = (BA – BB ) X 100, dan perhitungan beda tinggi alat menggunakan rusmus ∆ h = Tinggi Alat – Batas Tengah (BT), sedangkan dalam menentukan titik terukur menggunakan rumus h = 100 mdph ± ∆ h. setelah melakukan perhitungan maka hasilnya dicata/diketik didalam tabel seperti yang ada pada acara laporan polygon ini. Kendala pada praktikum ini ialah cuaca yang cukup panas sehingga cukup membuat kondisi saat praktikum tidak kondusif.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
- Pengukuran pada acara poligon sangat berguna antara lain untuk pembuatan kerangka peta, pengukuran rencana jalan raya, jalan kereta api dan pengukuran irigasi.
- Pengukuran dalam poligon dapat dibagi beberapa bentuk yaitu poligon tertutup dan poligon terbuka.
- Pada pengukuran poligon tertutup adalah titik sudut yang pertama sama dengan titik sudut yang terakhir. Pada pengukuran poligon terbuka adalah titik yang pertama tidak sama dengan titik terakhir.
- Pada polygon tertutup garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
- Kendala pada praktikum ini ialah cuaca yang cukup panas sehingga cukup membuat kondisi saat praktikum tidak kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Haidir. 2014. Pengukuran Poligon Dan Metode. http://geosurta.blogspot.com/ 2014/05/pengertian-poligon-dan-metode.html. Diakses pada 30 Desember 2018, pukul 18.47 WIB.
Anonim. 2012. Pengukuran Poligon. https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur- tanah/pengukuran-poligon.html. Diakses pada 30 Desember 2018, pukul 14.52 WIB.
Wananda, Yoga. 2016. Laporan Survey Dan Mapping Polygon. http://yoga wananda.blogspot.com/2016/04/laporan-survey-dan-mapping-poligon.html. Diakses pada 30 Desember 2018, pukul 00.58 WIB.
No comments:
Post a Comment