Pages

Laporan Praktikum Identifikasi Pupuk

ACARA I
IDENTIFIKASI PUPUK

A. TUJUAN
  1. Mengenal berbagai jenis pupuk dan mengidentifikasi sifat-sifat pupuk.

B. TINJAUAN PUSTAKA
     Pupuk adalah  bahan  yang diberikan pada system tanaman dengan tujuan untuk memperoleh kenaikan hasil yang setinggi-tingginya baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengertian tanaman-medium meliputi : media tanah, media air, media pasir, media agar, dan media lainnya. Pupuk dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan dan jumlah unsur hara, reaksi kimia maupun fisiologis, senyawa, bentuk dan pembuatannya. Berdasarkan bentuk fasanya pupuk dibedakan atas pupuk padat, pupuk cair dan pupuk  gas. Pupuk padat dapat dikelompokkan berdasarkan bentuknya, yaitu : 1) pupuk berbentuk serbuk halus, tepung atau Kristal (missal ZA atau Ammonium sulfat), 2) pupuk berbentuk butiran halus atau granule (missal Urea), 3) Pupuk berbentuk butiran kasar ( missal TSP ), dan 4) Pupuk berbentuk briket (Misal urea briket). Pupuk berfasa cair biasanya disimpan dalam botol atau drum atau tanki (missal : larutan urea, wuxal, ammonia cair). Pupuk berfasa gas biasanya disimpan dalam tanki bertekanan (missal : ammonia atau NH3 ).

     Berdasarkan senyawanya, pupuk digolongkan menjadi 2, yaitu : 1) Pupuk organic (contoh : ZA, Urea, TSP, KCL atau MOP). Berdasarkan pembuatannya, pupuk digolongkan menjadi 2 phosphate /RP atau batuan fosfat), dan 2) pupuk anorganik (contoh : Urea, ZA, KCL). Berdasarkan kandungan unsur haranya, pupuk dikelompokkan menjadi : 1> Pupuk N, yaitu pupuk yang mengandung nitrogen (contoh : Urea (46-0-0), ZA (21-0-0) atau ammonium sulfat), 2> pupuk P yaitu pupuk yang mengandung fosfat (contoh : TSP (0-46-0), ESP (0-16-0), 3> pupuk K yaitu pupuk yang mengandung kalium ( Contoh : KCL atau MOP (0-0-60), ZK atau kalium sulfat (0-0-50).
     Pupuk berdasarkan metode pelepasan haranya dibedakan atas : 1) pelepasan hara cepat, yaitu pupuk yang dapat segera diserao tanaman karena mudah larut (missal : Urea, ZA) dan 2) pupuk pelepasan hara lambat (slow release fertilizer) yaitu pupuk yang lambat diserap tanaman karena kelarutannya rendah (missal : batuan fosfat atau RP, pupuk kompos, sulfur coated urea). Berdasarkan reaksi fisiologinya, pupuk dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1> pupuk fisiologinya masam, yaitu pupuk yang akan meningkatkan kemasaman tanah atau menurunkan PH tanah (contoh : NaNO3 atau natrium nitrat), dan 3. Pupuk fisiologis netral,  yaitu pupuk yang apabila diapliaksikan ke dalam tanah tidak menyebabkan perubahan kemasaman atau kebasaan tanah (missal NH4NO3 atau ammonium nitrat).

C. ALAT DAN BAHAN
1) Alat 
  1. Alat Tulis
2) Bahan
  1. Pupuk Urea
  2. Pupuk ZA
  3. Pupuk  TSP,
  4. Pupuk SP-36
  5. Pupuk PN Prill
  6. Pupuk KCL
  7. Pupuk ZK
  8. Pupuk POC Nasa
  9. Pupuk N dan P
  10. Pupul NPK
  11. Pupuk kandang
  12. Dolomite
  13. Pupuk MKP
  14. Pupuk SNN

D. CARA KERJA
Pupuk dan label yang tersedia diamati, kemudian dicatat hal-hal berikut :
  1. Sifat fisik : bentuk, ukuran butir, warna higroskopisitas dan kelarutan.
  2. Sifat kmia : senyawa kimia, kadar hara, sifat fisiologis tau kemasaman pupuk.
  3. Kemasaman pupuk, produksen, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa.
  4. Aplikasi : cara aplikasi & takaran (konsentrasu, dosis  pengguananya)
  5. Keterangan lain yang dianggap perlu.

E. HASIL PENGAMATAN









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Panduan Praktikum Pemupukan dan Kesuburan Tanah.Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.

Anonim. 2016. “Pemupukan”. Dalam https://www.materipertanian.com. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2019, pukul 20.10 WIB.

Agustian. 2016. “Pemupukan”. Dalam  https://www.agrina-online.com/pemupukan. com. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2019, pukul 20.27 WIB.

Laporan Praktikum GPS dan Teknis Pindah Petak Ukur

ACARA VI
GPS dan Teknis Pindah Petak Ukur

A. Tujuan
  1. Mahasiswa mampu mengoperasikan GPS menuju petak ukur dilapangan.
  2. Mahasiswa mampu memahami teknis dalam berpindah dari suatu petak. 

B. Tempat dan Tanggal
  1. Tempat : Ruang C.306 Fakultas Kehutanan
  2. Tanggal : 21 Januari 2019

C. Alat dan Bahan 
1). Alat:
  1. Alat tulis
  2. Penggaris
  3. Kalkulator
  4. Busur derajat

2). Bahan:
  1. Peta Petak 90 BDH Playen, KPH D.I. Yogyakarta (skala 1:10.000)
  2. Kertas Kalkir
  3. Kertas milimeter blok

D. Dasar Teori
     Kegiatan utama dalam inventarisasi hutan salah satunya adalah sampling dan sensus. Sampling merupakan pengambilan dan penganalisaan secara sebagian dari seluruh total populasi dengan tujuan agar data yang didapat dapat mewakili data populasi yang ada. Sensus adalah cara pengambilan dan penganalisaan data yang dilakukan secara menyeluruh, artinya tanpa melakukan pendugaan terhadap data populasi. Dalam teknik sampling juga dibedakan atas teknik sampling dengan unit contoh berukuran sama dan teknik sampling dengan unit contoh berbeda ukuran. Teknik sampling atau teknik pengambilan contoh yang menggunakan ukuran contoh sama dibedakan atas Simple Random Sampling (SRS), Systematic Sampling, dan Stratified Sampling. Simple random sampling dan Systematic sampling umumnya dipakai pada hutan yang homogen, seperti hutan tanaman. Pada hutan heterogen, biasanya menggunakan metode stratified sampling. Teknik ini menggunakan ukuran contoh yang sama, misalkan semua plot contohnya seluas 0,1 hektar.


     Seringkali dalam melakukan teknik sampling inventarisasi hutan terhambat oleh faktor-faktor geografis sehingga tidak memungkinkan pengambilan contoh dengan ukuran sama. Oleh sebab itu, dibuat teknik sampling dengan unit contoh berbeda ukuran. Teknik ini terdiri atas metode Tree Sampling dan Line Sampling (LS). Tree sampling atau sering disebut juga n-tree distance sampling biasanya digunakan untuk hutan homogen. Pengambilan contoh pada teknik ini didasarkan atas karakteristik dari sejumlah pohon (n-tree), misal 3-tree, 10-tree, dan sebagainya. Prinsip teknik ini adalah mengukur jumlah pohon yang sama pada tiap plot contoh. Teknik tree sampling  ini termasuk dalam kategori “distance sampling” karena pada pohon ke-n yang merupakan pohon terjauh dilakukan pengukuran panjang dari titik plot contoh. Keuntungan dari teknik ini adalah lebih sederhana dan cepat dalam kegiatan sampling di lapangan, sedangkan kelemahan teknik ini adalah bersifat bias untuk tegakan yang bergerombol. Line sampling adalah teknik sampling dengan unit contoh berbentuk jalur (line/ strip/ transect). Jalur yang dibuat biasanya memotong garis kontur agar lebih mudah melihat karakteristik vegetasi berdasarkan ketinggian. Metode ini juga biasa digunakan di hutan alam. Jenis line sampling yang biasa digunakan adalah systematic line sampling with random start. Keuntungan dari metode sampling ini adalah tidak memakan waktu banyak dan memiliki lebih sedikit border line tree. Kekurangan dari metode ini adalah kesalahan mudah terjadi karena ketidaksamaan lebar jalur dan jumlah unit contoh lebih sedikit sehingga derajat bebasnya pun kecil yang berakibat pada tingkat Sampling Error yang tinggi.

 
E. Cara Kerja
1. Menyediakan peta suatu area yang akan diinventarisasi.

2. Memindahkan peta petak / anak petak yang akan diinventarisasi ke kertas kalkir dengan pensil, beri keterangan arah mata angin, skala peta, nomor petak/anak petak, tahun tanam, luas anak petak, intensitas sampling, jari – jari petak ukur, kelas hutan.

3. Menghitung luas petak ukur, jumlah petak ukur dan jarak antar petak ukur.


4. Memindahkan peta kedalam kertas milimeter blok dalam bentuk sumbu absis dan ordinat.


5. Menentukan jarak (mm) sumbu absis dan ordinat dari petak ukur dari petak yang akan diinventarisasi.

6. Menghitung dan menentukan koordinat X dan Y secara random untuk menghasilkan petak ukur pertama inventarisasi.


7. Mengeplotkan petak ukur kedalam petak/anak petak secara sistematik.
  • Penentuan petak ukur dengan samplinh with random start artinya penempatan petak ukur awal dilakukan secara randomisasi kemudian petak ukur lainnya disusun secara sistematik terhadap petak ukur awal dengan jarak antar petak ukur tertentu.
  • Memasukkan hasil perhitungan titik koordinat x dan y kedalam milimeter blok.
  • Menentukan titik petak ukur lainnya pada kertas milimeter blok sesuai dengan jarak antar petak ukur hasil perhitungan.
  • Memindahkan titik-titik petak ukur dari kertas milimeter blok ke dalam peta petak/anak petak dimana seluruh titik harus berada didalam kawasan petak/anak petak

8. Menentuan titik ikat.
  • Menentukan petak ukur terdekat pal HM.
  • Membuat garis bujur sesuai arah utara.
  • Menentukan Panjang antara pal HM dengan titik petak ukur pertama pada peta petak /anak petak

9. Menentukan jarak  dan derajat dari petak ukur pertama hingga petak ukur terakhir.
a. Menentukan jarak antara pal HM dengan petak ukur maupun antar petak ukur.
  • Mengukur jarak antara pal hm dengan petak ukur maupun antar petak ukur pada peta.
  • Mengonversi jarak pada peta menjadi jarak di lapangan dengan bantuan skala peta yang telah diketahui.
b. Menentukan letak petak selanjutnya menggunakan GPS
  • Mencatat koordinat X dan Y petak ukur yang sedang di inventarisasi.
  • Menambahkan jarak antara petak ukur yang telah dihitung kedalam koordinat setiap petak yang akan dituju sesuai dengan arah mata angin dari lokasi titik petak ukur pada petak /anak petak. 

F. Hasil Pengamatan
1. Menentukan titik awal dan membuat garis bujur. 
Gambar 6.1 Proses membuat titik awal dan garis bujur.

2. Menghitung koordinat antar plot.
Gambar 6.2 Proses menghitung koordinat.


G. Pembahasan
Pada praktikum acara VI kali ini yang berjudul  GPS dan teknis pindah petak ukur ini membahas tentang teknik pemindahan dan cara menghitung perpindahan dari Pu satu ke Pu lainya hal ini dengan melihat arah petak dari etak sebelum nya dilakukan dengan cara menghitung koordinat yang sudah diberi , adap un koordinat awal yang diberi yaitu x:0436536 y:9142032 lalu dari titik awal ini posisi selanjutnya yaitu ke arah utara untuk menuju utara memiliki rumus koordinat x tetap dan koordinat y nya ditambah 200 dan koordinat titik kedua yaitu x:0436536 y:9142232 lalu untuk menuju titik kedua itu kearah timur dengan rumus koordinat x ditambah 200 dan y tetap dan hasilnya x:0436736 y:9142232 plot ketiga mengarah timur juga jadi rumusnya hampir sama x ditambah 200 x:0436936 y:9142232 setelah itu plot selanjutnya mengarah utara yang dimana rumusnya sama seperti yang awal y ditambah 200 x:0436936 y:9142432 sama juga pu selanjutnya mengarah uata maka y ditambah 200 x:0436936 y:9142632 lalu untuk menuju pu 7 ini karena posisi nya miringmengguna kan rumus phitagoras dengan menentukan garis tegak dan miring nya.


H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini dan hasil pengamatan yang ada pada acara VI maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Setiap perpindahan plot rata-rata koordinat ditambah 200 karena jarak antar plot 200 m.
  2. Teknis perpindahan dengan GPS ini memudahkan kerja saat dilapangan.
  3. GPS (Global Positioning System) adalah alat navigasi yang mempermudah teknis pekerjaan inventarisasi.






DAFTAR PUSTAKA
Ayhu,aldhi.2015. “Laporan lengkap praktikum inventarisasi sudah 2015”. Dalam https://aldhiayhu.blogspot.com/2015/05/laporan-lengkap-inventarisasi-sdh-2015.html. Diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pada pukul 21.05 WIB.

Ardiansyah.Tomi. “Inventarisasi Hutan: Teknik Sampling dengan Unit Contoh Berbeda Ukuran” Dalam  https://foresteract.com/inventarisasi-hutan-teknik-sampling-unit-contoh-berbeda-ukuran/ l. Diakses pada tanggal 16 Januari 2019 pada pukul 22.35 WIB.

Wahyudiono, Sugeng.2019.”Petunjuk Praktikum Inventarisasi Hutan”. INSTIPER Yogyakarta.

Laporan Praktikum Menghitung Etat Tebangan Tahunan

ACARA XII
Menghitung Etat Tebangan Tahunan / AAC (Annual Allowable Cut)

A. Tujuan
  1. Menghitung potensi produksi hutan alam.
  2. Mengetahui struktur dan komposisi hutan alam.
  3. Menentukan AAC (Annual Alowable Cut) atau jatah tebang tahunan.

B. Tempat dan Tanggal
  1. Tempat : Ruang C. 301 Fakultas Kehutanan
  2. Tanggal : 11 Maret ....

C. Alat dan Bahan
1). Alat
  1. Alat tulis
  2. Penggaris
  3. Kalkulator

2). Bahan 
  1. Petak jalur inventarisasi hutan alam
  2. LHC (Laporan Hasil Cruising) hutan alam

D. Dasar Teori
     Etat adalah jatah tebangan tahunan (JPT) yang diperkenankan dan disesuaikan dengan rotasi atau daur tebang yang telah ditetapkan. Etat dibagi menjadi dua, yaitu etat luas dan etat volume. Perhitungan etat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni luas efektif sisa areal virgin forest dibagi sisa daur (alternatif I) atau luas areal efektif  untuk produksi dibagi dengan lama daur tebang (alternatif II). Sedangkan etat volume adalah etat luas dikalikan dengan potensi rata rata per hektar untuk jenis niagawi yang berdiameter 50 cm keatas. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Untuk mengetahui fakta mengenai sumber daya hutan, maka perlu dilakukan inventarisasi hutan. para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) wajib melakukan inventarisasi hutan. Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Advertisement Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar hutan.


E. Cara Kerja
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Menyediakan data hasil inventarisasi tegakan pada hutan alam / LHC (Laporan Hasil Cruising).
  3. Menghitung AAC dengan rumus sebagai berikut :

F. Hasil Pengamatan 

G. Pembahasan
     Pada praktikum inventarisasi hutan kali ini yang berjudul Menghitung Ettat Tebangan Tahunan / AAC (Annual Allowable Cut). pada praktikum kali ini praktikan melakukan kegiatan penghitung potensi produksi hutan alam. Mengetahui struktur dan komposisi hutan alam dan menentukan AAC (Annual Alowable Cut) atau jatah tebang tahunan pada kegiatan ini praktikan mengacu pada Pasal 21 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang Izin Pemanfaatan Kayu, Etat sendiri adalah jatah tebangan tahunan (JPT) yang diperkenankan dan disesuaikan dengan rotasi atau daur tebang yang telah ditetapkan. Adapun data yang diambil yaitu data dari perkembangan data inventarisasi diacara sebelum nya. Ada tiga jenis kayu yang didata yaitu data komersil satu , data pohon komersil dua (kayu rimba campuran dan daya kayu komersil tiga (data pohon kayu dilindungi) lalu berdasarkan perhitungan komersil 1 berjumlah 20 dan 200 dengan volume per petak yaitu 28,6218 m^3/Petak     dengan AAC atau jatah tebanganya yaitu 0,3169.


H. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisinya dapat disimpulkan:
  1. Etat adalah jatah tebangan tahunan (JPT) yang diperkenankan dan disesuaikan dengan rotasi atau daur tebang yang telah ditetapkan.
  2. Jatah tebang pada areal tersebut yaitu 34,786 m^3/Petak dan besaran AAC nya atau jatah tebanganya yaitu 0,3169.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Inventarisasi Hutan Alam”. Dalam http://forester-untad.blogspot. com/2015/02/laporan-lengkap-inventrisasi-hutan.html. Diakses pada tanggal 12 maret pukul 23.20 WIB.

Anonim. 2012. “Penentuan Ettat”. Dalam http://kemakmuranberkah.co.id/index.php/ unit-manajemen-hutan/penentuan-etat. Diakses pada tanggal 12 maret 2019 pukul 22.15 WIB.

Wahyudiono, Sugeng. 2019. ”Petunjuk Praktikum Inventarisasi Hutan”. INSTIPER Yogyakarta.

Laporan Praktikum Pelaksanaan dan Pengisian Rintisan Inventarisasi Hutan Alam

ACARA XI
Pelaksanaan dan Pengisian Rintisan Inventarisasi Hutan Alam


A. Tujuan
  1. Mengetahui persiapan pelaksanaan inventarisasi hutan alam.
  2. Mengetahui cara pelaksanaan inventarisasi di lapangan pada hutan alam.
  3. Mengetahui komposisi tegakan pada hutan alam.
  4. Mengetahui potensi produksi pada hutan alam.
  5. Mengetahui cara pengisian LHC (Laporan Hasil Cruising).

B. Tempat dan Tanggal
  1. Tempat : Ruang C 301 Fakultas Kehutanan
  2. Tanggal : 11 Maret .....

C. Alat dan Bahan
1) Alat
  1. Alat tulis
  2. Penggaris
  3. Kalkulator
  4. Busur derajat
  5. Christen meter
  6. Galah tinggi 4 meter
  7. Kompas 

2) Bahan
  1. Peta Petak arboretum Fakultas Kehutanan
D. Dasar Teori
     Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Untuk mengetahui fakta mengenai sumber daya hutan, maka perlu dilakukan inventarisasi hutan. para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) wajib melakukan inventarisasi hutan.
    Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil. Hirarki inventarisasi hutan adalah Inventarisasi hutan tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah, Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai, Inventarisasi hutan tingkat Unit Pengelolaan.
     Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan pada sebagian besar inventarisasi sumber – sumber alam, secara ekonomis tidak mungkin mengukur seluruh populasi yang ada, karena memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Sebagai alternatif lain diadakan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dapat dipercaya dalam penaksiran populasi dengan metode yang sesuai. Pengambilan sampel di bidang kehutanan terutama pada tegakan hutan yang cukup luas merupakan hal yang mutlak dalam penaksiran nilai hutan tersebut.


     Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih dahulu.  Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi. Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan perbandingan antara jumlah contoh dengan jumlah populasi seluruhnya tergantung dari besar kecilnya intensitas sampling tergantung pada tingkat kecermatan yang di inginkan dan heterogenitas dari populasi yang di hadapi.
     Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak / non-random sampling / non-probability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memeberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan non-random sampling atau non-probability sampling adalah setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan jalan setapak. Sedangkan lainnya, karena jauh, tidak dipilih, artinya kemungkinannya nol.
 

E. Cara Kerja
  1. Menyediakan peta suatu area yang akan diinventarisasi.
  2. Menentukan intensitas sampling sebesar 100% dari petak yang akan diinventarisasi.
  3. Memindahkan peta area kedalam kertas kalkir
  4. Membuat jalur Cruising dengan ketentuan lebar jalur 20 meter dari utara ke selatan dengan jarak anatar jalur adalah 400 meter apabila digunakan dalam pelaksanaan RKT (Rencana Kerja Tahunan), dan apabila digunakan dalam ITSP (Intensitas Tegakan Sebelum Tebangan) dilakukan dengan intensitas sampling 100%.
  5. Membagi jalur menjadi 2 bagian sama lebar sebesar 10 meter.
  6. Menetukan jalur inventarisasi selebar 20 meter kearah utara dan selatan dan membaginya kedalam 2 jalur dengan lebar 10 meter .
  7. Memindahkan peta kedalam kertas kalkir dengan skala peta yang sama.
  8. Membuat jalur cruising dengan lebar 20 m kearah utara dan selatan yang mencakup seluruh kawasan hutan.
  9. Membidik arah jalur dengan menggunakan kompas serta menarik/menandai jalur dengan menggunakan tali tambang atau dengan membuat patok untuk membuat garis proyeksi.
  10. Memberi nomor pada pohon yang diinventarisasi dari kiri kekanan, dan menentukan letaknyna dengan mengukur jerak pohon dari garis tengah.
  11. Melakukan pendataan jenis pohon sesuai kelompok serta melakukan pengukuran tinggi dan diameter pohon dan membuat rekapitulasi volime berdasarkan jenis dan kelas diametenya (0-10 cm), (20 cm up). Tandai pohon yang akan ditebang dengan menggunakna tag place warna merah atau tanda lainnya sesuai dengan kriteria pohon yang dikehendaki.
  12. Menuliskan informasi pohon berupa : Jenis Pohon/Kode Pohon, Diameter dan Tinggi pada tag plate.
  13. Memilih potensi masing-masing jenis berdasarkan kelas diameter dan jumlah potensi/volume yang berdiameter 20 cm keatas dan memasukan datanya kedalam LHC (Laporan Hasil Cruising)/Tally sheet.
  14. Menyediakan data hasil inventarisasi tegakan pada hutan alam/ LHC (Laporan Hasil Cruising).
  15. Menghitung AAC dengan rumus:



F. Hasil Pengamatan
1. Perencanaan pembuatan jalur inventarisasi
Keterangan :
a. Nama Petak : Arboretun Fakultas Kehutanan
b. Luas petak = 0,26 Ha
c. Lebar Jalur = 20 meter
d. Metode sampling = Line/ Strip/ trasect sampling
e. IS (%)         = 100%
f. Skala peta = 1 : 667


G. Pembahasan
     Pada praktikum inventarisasi hutan kali yang berjudul Pelaksanaan dan Pengisian Rintisan Inventarisasi Hutan Alam ini praktikan melakukan kegiatan perencanaan untuk jalur dalam kegiatan inventarisasi hutan alam . pada kegiatan ini praktikan mengacu pada Pasal 21 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang Izin Pemanfaatan Kayu,pada praktikum ini plot yang dibuat berupa plot transek jalur atau jalur dengan lebar 20 meter dimana titik tengah berada di meter ke 10 dan jarak antar jalur sejauh 200 m. Dengan metode penginventarisasiannya dilakukan dengan membagi jalur menjadi dua bagian dengan masing-masing selebar 10 meter. Kemudian jika pendataan dilakukan untuk kayu komersial maka inventarisasi dilakukan 100% sementara bila inventarisasi dilakukan untuk analisis vegetasi dilakukan dengan prosentase 5%. Oleh karena itu pada perencanaan pembuatan jalur inventarisasi pertama-tama praktikan membuat garis khayal pada bagian pojok peta agar arah jalur lurus lalu praktikan  membagi areal lahan dengan lebar 20 meter yang kemudian akan di bagi lagi menjadi dua bagian sama besar dengan lebar 10 meter,  dalam membuat garis jalur harus mengarah keutara dan tidak mengikuti bentuk kawasan.
     Pada kegiatan invetarisasi kali ini praktikan mengambil beberapa data dilapangan meliputi data pohon, diameter,tinggi dan lokasi pohon dengan po atau jarak dari awal jalur menuju lokasi pohon di batas tengah dan Ka/Ki  atau jarak dari po menuju lokasi pohon, lalu setelah data terambil semua praktikan menghitung volume dan mengurutkan pohon dari po terdekat sampai yang terbesar dan menghitung total keseluruhan data.


H. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisinya dapat disimpulkan:
  1. Pembuatan jalur inventarisasi pada hutan alam, dilakukan dengan membuat jalur selebar 20 meter dan antar jalur berjarak 400 meter.
  2. Jalur yang telah dibuat akan dibagi menjadi dua bagian sama besar dengan lebar 10 meter. 
  3. Po merupakan jarak dari titik awal menuju garis lurus pohon sementara ka/ki yaitu jarak antara garis tengah dengan pohon baik sebelah kiri maupun kanan.



DAFTAR PUSTAKA

Dinamik, Arif Bobi. 2009. Teknik Peta Peta Kompas Azimuth dan Back Azimut. Dalam https://arifbobidinamik.wordpress.com/2009/06/04/teknik-peta-kompas-azimuth-dan-back-azimuthresectionintersectionkoreksi-sudut/. Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 19.30 WIB.

Malassam, Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Inventarisasi Hutan. Dalam https://unhas.ac.id/fahutan/index.php/id/riset-a-kerjasama/ karya-ilmiah/buku’ajar.html?download=5%3 Ainventarisasi-hutan/. Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 18:15 WIB.

Manhut. 2016. Inventarisasi Hutan. Dalam http://manhut.fahutan.ipb. ac.od/2016/04/inventarisasi-hutan/ Diakses pada 11 Maret 2019 pukul 18:10 WIB.

Simon, Hasan. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Simon, Hasan. 1987. Manual Inventore Hutan. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

Wahyudiono, Sugeng. 2019. Petunjuk Praktikum Inventarisasi Hutan. INSTIPER : Yogyakarta.

Laporan Praktimum Menentukan dan Menggambar Jalur Inventarisasi Pada Hutan Alam

ACARA X
Menentukan dan Menggambar Jalur Inventarisasi Pada Hutan Alam

A. Tujuan
Mahasiswa mampu merencanakan pembuatan jalur dalam inventarisasi

B. Tempat dan Tanggal
  1. Tempat : Ruang C 301 Fakultas Kehutanan
  2. Tanggal   : 4 Maret 2019
C. Alat dan Bahan
1) Alat
  1. Alat tulis
  2. Penggaris

2) Bahan
Peta petak arboretum Fakultas Kehutanan 

D. Dasar Teori
     Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Untuk mengetahui fakta mengenai sumber daya hutan, maka perlu dilakukan inventarisasi hutan. Para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) wajib melakukan inventarisasi hutan.
     Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut. Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil. Hirarki inventarisasi hutan adalah Inventarisasi hutan tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah, Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai, Inventarisasi hutan tingkat Unit Pengelolaan.
     Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan
Pada sebagian besar inventarisasi sumber – sumber alam, secara ekonomis tidak mungkin mengukur seluruh populasi yang ada, karena memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Sebagai alternatif lain diadakan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dapat dipercaya dalam penaksiran populasi dengan metode yang sesuai. Pengambilan sampel di bidang kehutanan terutama pada tegakan hutan yang cukup luas merupakan hal yang mutlak dalam penaksiran nilai hutan tersebut.


     Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih dahulu.  Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi. Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan perbandingan antara jumlah contoh dengan jumlah populasi seluruhnya tergantung dari besar kecilnya intensitas sampling tergantung pada tingkat kecermatan yang di inginkan dan heterogenitas dari populasi yang di hadapi.
     Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak / non-random sampling/non-probability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memeberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan non-random sampling atau non-probability sampling adalah setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan jalan setapak. Sedangkan lainnya, karena jauh, tidak dipilih, artinya kemungkinannya nol.
 

E. Cara Kerja
  1. Menyediakan peta suatu area yang akan diinventarisasi.
  2. Menentukan intensitas sampling sebesar 100% dari petak yang akan diinventarisasi.
  3. Memindahkan peta area kedalam kertas kalkir
  4. Membuat jalur Cruising dengan ketentuan lebar jalur 20 meter dari utara ke selatan dengan jarak anatar jalur adalah 400 meter apabila digunakan dalam pelaksanaan RKT (Rencana Kerja Tahunan), dan apabila digunakan dalam ITSP (Intensitas Tegakan Sebelum Tebangan) dilakukan dengan intensitas sampling 100%.
  5. Membagi jalur menjadi 2 bagian sama lebar sebesar 10 meter.

F. Hasil Pengamatan
1. Membuat jalur Cruising dengan ketentuan lebar jalur 20 meter dari utara ke selatan dengan jarak anatar jalur adalah 400 meter apabila digunakan dalam pelaksanaan RKT (Rencana Kerja Tahunan), dan apabila digunakan dalam ITSP (Intensitas Tegakan Sebelum Tebangan) dilakukan dengan intensitas sampling 100%.
Gambar 1. Membagi area dalam jalur 20 meter dengan jarak antar jalur 400 meter


2. Membagi jalur menjadi 2 bagian sama lebar sebesar 10 meter.
Gambar 2. Membagi jalur menjadi dua bagian dengan lebar 10 meter


G. Pembahasan
     Pada praktikum inventarisasi hutan kali yang berjudul menentukan dan menggambar jalur inventarisasi hutan alam ini praktikan melakukan kegiatan perencanaan untuk jalur dalam kegiatan inventarisasi hutan alam . pada kegiatan ini praktikan mengacu pada Pasal 21 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang Izin Pemanfaatan Kayu,pada praktikum ini plot yang dibuat berupa plot transek jalur atau jalur dengan lebar 20 meter dimana titik tengah berada di meter ke 10 dan jarak antar jalur sejauh 200 m. Dengan metode penginventarisasiannya dilakukan dengan membagi jalur menjadi dua bagian dengan masing-masing selebar 10 meter. Dan jika pendataan dilakukan untuk kayu komersial maka inventarisasi dilakukan 100% sementara bila inventarisasi dilakukan untuk analisis vegetasi dilakukan dengan prosentase 5%. Oleh karena itu pada perencanaan pembuatan jalur inventarisasi pertama-tama praktikan membuat garis khayal pada bagian pojok peta agar arah jalur lurus lalu praktikan  membagi areal lahan dengan lebar 20 meter yang kemudian akan di bagi lagi menjadi dua bagian sama besar dengan lebar 10 meter,  dalam membuat garis jalur harus mengarah keutara dan tidak mengikuti bentuk kawasan.


H. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisinya dapat disimpulkan:
  1. Pembuatan jalur inventarisasi pada hutan alam, dilakukan dengan membuat jalur selebar 20 meter dan antar jalur berjarak 200 meter.
  2. Jalur yang telah dibuat akan dibagi menjadi dua bagian sama besar dengan lebar 10 meter.  





DAFTAR PUSTAKA
Dinamik, Arif Bobi. 2009. Teknik Peta Peta Kompas Azimuth dan Back Azimut. Dalam https://arifbobidinamik.wordpress.com/2009/06/04/teknik-peta-kompas-azimuth-dan-back-azimuthresectionintersectionkoreksi-sudut/. Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 19.30 WIB.

Malassam, Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Inventarisasi Hutan. Dalam https://unhas.ac.id/fahutan/index.php/id/riset-a-kerjasama/ karya-ilmiah/buku’ajar.html?download=5%3 Ainventarisasi-hutan/. Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 18:15 WIB.

Manhut. 2016. Inventarisasi Hutan. Dalam http://manhut.fahutan.ipb. ac.od/2016/04/inventarisasi-hutan/ Diakses pada 11 Maret 2019 pukul 18:10 WIB.

Simon, Hasan. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Simon, Hasan. 1987. Manual Inventore Hutan. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

Wahyudiono, Sugeng. 2019. Petunjuk Praktikum Inventarisasi Hutan. INSTIPER : Yogyakarta.

Laporan Praktikum Pengenalan Peraturan Inventarisasi Pada Hutan Alam

ACARA IX
Pengenalan Peraturan Inventarisasi Pada Hutan Alam

A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengenal peraturan inventarisasi pada hutan alam

B. Tempat dan Tanggal
  1. Tempat : Ruang C.301 Fakultas Kehutanan
  2. Tanggal : 28 Januari 2019

C. Alat dan Bahan 
1) Alat
  1. Alat tulis
  2. Penggaris

2) Bahan
Data Sekunder


D. Dasar Teori
     Kegiatan utama dalam inventarisasi hutan salah satunya adalah sampling dan sensus. Sampling merupakan pengambilan dan penganalisaan secara sebagian dari seluruh total populasi dengan tujuan agar data yang didapat dapat mewakili data populasi yang ada. Sensus adalah cara pengambilan dan penganalisaan data yang dilakukan secara menyeluruh, artinya tanpa melakukan pendugaan terhadap data populasi. Dalam teknik sampling juga dibedakan atas teknik sampling dengan unit contoh berukuran sama dan teknik sampling dengan unit contoh berbeda ukuran. Teknik sampling atau teknik pengambilan contoh yang menggunakan ukuran contoh sama dibedakan atas Simple Random Sampling (SRS), Systematic Sampling, dan Stratified Sampling. Simple random sampling dan Systematic sampling umumnya dipakai pada hutan yang homogen, seperti hutan tanaman. Pada hutan heterogen, biasanya menggunakan metode stratified sampling. Teknik ini menggunakan ukuran contoh yang sama, misalkan semua plot contohnya seluas 0,1 hektar. Seringkali dalam melakukan teknik sampling inventarisasi hutan terhambat oleh faktor-faktor geografis sehingga tidak memungkinkan pengambilan contoh dengan ukuran sama. Oleh sebab itu, dibuat teknik sampling dengan unit contoh berbeda ukuran. Teknik ini terdiri atas metode Tree Sampling dan Line Sampling (LS). Tree sampling atau sering disebut juga n-tree distance sampling biasanya digunakan untuk hutan homogen. 


     Pengambilan contoh pada teknik ini didasarkan atas karakteristik dari sejumlah pohon (n-tree), misal 3-tree, 10-tree, dan sebagainya. Prinsip teknik ini adalah mengukur jumlah pohon yang sama pada tiap plot contoh. Teknik tree sampling  ini termasuk dalam kategori “distance sampling” karena pada pohon ke-n yang merupakan pohon terjauh dilakukan pengukuran panjang dari titik plot contoh. Keuntungan dari teknik ini adalah lebih sederhana dan cepat dalam kegiatan sampling di lapangan, sedangkan kelemahan teknik ini adalah bersifat bias untuk tegakan yang bergerombol. Line sampling adalah teknik sampling dengan unit contoh berbentuk jalur (line/ strip/ transect). Jalur yang dibuat biasanya memotong garis kontur agar lebih mudah melihat karakteristik vegetasi berdasarkan ketinggian. Metode ini juga biasa digunakan di hutan alam. Jenis line sampling yang biasa digunakan adalah systematic line sampling with random start. Keuntungan dari metode sampling ini adalah tidak memakan waktu banyak dan memiliki lebih sedikit border line tree. Kekurangan dari metode ini adalah kesalahan mudah terjadi karena ketidaksamaan lebar jalur dan jumlah unit contoh lebih sedikit sehingga derajat bebasnya pun kecil yang berakibat pada tingkat Sampling Error yang tinggi.

 
E. Cara Kerja
  1. Melaksanakan kegiatan inventarisasi dengan menggunakan metode/teknik line sampling (line/strip/transect).
  2. Pelaksanaan timber cruising pada areal yang di ukur dengan intensitas sampling 5% dari luas total lahan (Berdasarkan Pasal 21 ayat 1 huruf (a) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang izin pemanfaatan kayu).
  3. Ketentuan jalur yang dibuat selebar 20 meter dengan jarak antar jalur 400 m.

F. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan kegiatan inventarisasi tegakan pada hutan alam dengan menggunakan beberapa ketentuan yang berlaku pada peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Pasal 21 ayat 1 huruf (a) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014tentang izin pemanfaatan kayu
Ketentuan Inventarisasi :
a. Sistem Sampling : Sampling Jalur (Line sampling/transect)
b. Informasi jalur :  IS 5 %
Lebar jalur : 20 meter
Jarak antar jalur : 400 meter 
c. Contoh skema perencanaan kegiatan inventarisasi pada hutan alam
Gambar 1. Skema sampling dengan  jalur  inventarisasi pada hutan alam

Gambar 2. Skema jalur inventarisasi


d. Perhitungan jumlah jalur 

2. Perdirjen P.1 Tahun 2017 Juknis Inventarisasi Di KPHL dan KPHP
a. Skema perencanaan kegiatan inventarisasi hutan alam dengan bentuk kluster/cluster dengan menggunakan sistem sampling : Systematic sampling with random start.
Gambar 3. Desain sampling pada inventarisasi hutan alam 

b. Ketentuan plot dalam sistem sampling tersebut :
Luas kluster : 3 Km × 3 Km
Luas Plot : 100 m × 100 m

Plot inventarisasi hutan pada hutan lahan kering berbentuk persegi dengan ukuran 100 m x 100 m yang di dalamnya terdapat plot berbentuk lingkaran sebanyak 5 buah yang ditempatkan pada setiap sudut klaster dan di tengah klaster dengan masing-masing luas plot 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) sehingga luas satu klaster adalah  0,5 ha.
Gambar 4. Skema plot dan subplot pada sistem sampling with random start


Pada masing-masing plot lingkaran ukuran 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) dibuat lagi beberapa subplot pengamatan berbentuk lingkaran dengan ukuran sebagai berikut: 
  1. Sub plot jari-jari 1 m untuk pengamatan tingkat semai yaitu permudaan pohon dengan tinggi < 1,5 m. 
  2. Sub plot jari-jari 2 m untuk pengamatan tingkat pancang yaitu permudaan pohon dengan tinggi tinggi ≥ 1,5 m tetapi dbh (diameter at breast height) < 5 cm. 
  3. Sub plot jari-jari 5 m untuk pengamatan tingkat tiang yaitu pohon dengan dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 20 cm kecuali untuk hutan mangrove ukuran tiang adalah dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 10 cm.  
  4. Pada plot ini juga diamati rotan muda (belum siap panen) yaitu rotan yang mempunyai panjang batang dari leher akar ke daun hijau pertama (bebas pelepah) < 3 m. 
  5. Sub plot jari-jari 10 m untuk pengamatan hasil hutan bukan kayu seperti rotan dewasa (siap panen) yang mempunyai panjang batang ≥ 3 m, bambu, dan sagu, dll.  
  6. Sub plot jari-jari 17,8 m untuk pengamatan pohon yang mempunyai dbh ≥ 20 cm kecuali untuk hutan mangrove dbh ≥ 10 cm.

Penomoran plot dalam klaster adalah searah jarum jam dimana subplot nomor 1 berada pada sudut barat daya titik tengah plot dan subplot nomor 5 berada di titik tengah plot.


G. Pembahasan
     Pada praktikum acara IX kali ini yang berjudul  Pengenalan Peraturan Inventarisasi Pada  Hutan Ala mini praktikan mempelajari teknis-teknis perancanaan innventarisasi dihutan alam, hutan alam sendiri merupakan suatu areal hutan yang memiliki dominansi pohon heterogen yang tersebar dan tak teratur tegakan nya dalam melakukan inventarisasi dihutan ala mini praktikan meninjau ketetuan inventarisasi hutan alam yang terdapaat pada Pasal 21 ayat 1 huruf (a) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang izin pemanfaatan kayu yang dimana ketentuannya seperti Sampling Jalur (line sampling/transect), menggunakan IS 5 %, lebar jalur 20 meter dan jarak antar jalur 400 meter, lalu praktikan menghitung Panjang areal dilapangan , Jumlah jalur , Jumlah jalur ukur lalu praktikan  melakukan skema perencanaan dengan menggunkan system kluster yang berdasarkan P.1 Tahun Perdirjen 2017 Juknis Inventarisasi Di KPHL dan KPHP tentang Skema perencanaan kegiatan inventarisasi hutan alam dengan bentuk kluster/cluster dengan menggunakan sistem sampling : Systematic sampling with random start. Lalu praktikan menghitung Luas kluster : 3 Km × 3 Km, Luas Plot 100 m × 100 m,jadi pada peraturan ini terdapat plot berbentuk lingkaran sebanyak 5 buah yang ditempatkan pada setiap sudut klaster dan di tengah klaster dengan masing-masing luas plot 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) sehingga luas satu klaster adalah  0,5 ha. 


     Pada masing-masing plot lingkaran ukuran 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) dibuat lagi beberapa subplot pengamatan berbentuk lingkaran dengan ukuran sebagai berikut: Sub plot jari-jari 1 m untuk pengamatan tingkat semai yaitu permudaan pohon dengan tinggi < 1,5 m, Sub plot jari-jari 2 m untuk pengamatan tingkat pancang yaitu permudaan pohon dengan tinggi tinggi ≥ 1,5 m tetapi dbh (diameter at breast height) < 5 cm, Sub plot jari-jari 5 m untuk pengamatan tingkat tiang yaitu pohon dengan dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 20 cm kecuali untuk hutan mangrove ukuran tiang adalah dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 10 cm, Pada plot ini juga diamati rotan muda (belum siap panen) yaitu rotan yang mempunyai panjang batang dari leher akar ke daun hijau pertama (bebas pelepah) < 3 m, Sub plot jari-jari 10 m untuk pengamatan hasil hutan bukan kayu seperti rotan dewasa (siap panen) yang mempunyai panjang batang ≥ 3 m, bambu, dan sagu, dll.  , Sub plot jari-jari 17,8 m untuk pengamatan pohon yang mempunyai dbh ≥ 20 cm kecuali untuk hutan mangrove dbh ≥ 10 cm.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini dan hasil pengamatan yang ada pada acara IX maka dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan inventarisasi tegakan pada hutan alam dengan menggunakan beberapa ketentuan yang berlaku pada peraturan-peraturan Berdasarkan Pasal 21 ayat 1 huruf (a) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P26/Menhut-II/2014 tanggal 2 September 2014 tentang izin pemanfaatan kayu dan Perdirjen P.1 Tahun 2017 Juknis Inventarisasi Di KPHL dan KPHP.










DAFTAR PUSTAKA
Ayhu,aldhi.2015. “Laporan lengkap praktikum inventarisasi sudah 2015”. Dalam https://aldhiayhu.blogspot.com/2015/05/laporan-lengkap-inventarisasi-sdh-2015.html. Diakses pada tanggal 16 Januari 2019, pukul 21.05 WIB.

Ardiansyah.Tomi. “Inventarisasi Hutan: Teknik Sampling dengan Unit Contoh Berbeda Ukuran” Dalam  https://foresteract.com/inventarisasi-hutan-teknik-sampling-unit-contoh-berbeda-ukuran/ l. Diakses pada tanggal 16 Januari 2019, pukul 22.35 WIB.

Wahyudiono, Sugeng.2019.”Petunjuk Praktikum Inventarisasi Hutan”. INSTIPER Yogyakarta.