Pages

Laporan Praktikum Pengenalan Stasiun Irigasi Otomatis

I. ACARA IV         : Pengenalan Stasiun Irigasi Otomatis
II. HARI, TANGGAL : Jum’at, 23 Agustus 2019
III. TUJUAN         :
  1. Dapat mengetahui cara kerja Irigasi Otomatis.
  2. Dapat mengetahui cara pengamatan Irigasi Otomatis.
  3. Dapat mengetahui tata letak dan pemasangan Irigasi Otomatis.

IV. DASAR TEORI
     Sistem pengairan merupakan salah satu sistem pokok yang memiliki nilai penting dalam penentuan berhasil atau tidaknya suatu produk tani dibudidayakan. Sistem pengairan yang baik tentunya akan meningkatkan produksi hasil tani karena asupan air yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi semakin tercukupi. Masalahnya, banyak petani yang masih mengandalkan sistem pengairan konvensional. Jumlah kadar air yang diberikan selama proses pengairan pun tidak ditentukan dengan rinci dan hanya mengandalkan perkiraan saja. Hal ini tentu secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas produk tani karena asupan air yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, saat ini, para ilmuwan pertanian sudah mulai aktif mengembangkan berbagai teknologi pertanian tepat guna di berbagai sektor pertanian, termasuk juga dalam mengatasi masalah pengairan. Salah satu teknologi yang mulai dikenalkan adalah sistem irigasi otomatis tanpa kabel, Wireless Sensor Network (WSN) (Anonim, 2019). 
     Para petani di Indonesia umumnya masih menggunakan sistem pengairan yang tradisional yaitu dengan cara mengamati kondisi lahan untuk mengatur pengairannya. Selain itu pengairan tradisional kurang memperhatikan efisiensi penggunaan air, disisi lain jumlah petani cenderung berkurang karena generasi muda kurang berminat menjadi petani. Karena itu dibutuhkan sistem irigasi yang otomatis untuk mengurangi kerja petani dan mengefisienkan penggunaan air serta ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan merancang sistem irigasi otomatis menggunakan Wireless Sensor Network (WSN) berbasis tenaga surya. Pada sistem ini digunakan sensor kelembaban tanah untuk mendeteksi kondisi lahan. Hasil deteksi dikirimkan ke server dan untuk menentukan pengaktifan valve saluran air. (Putranto et al. 2018).
     Kondisi sumberdaya air yang terbatas dan telah mengalami gangguan akibat perubahan iklim serta adanya degradasi lingkungan menyebabkan kebutuhan air untuk kepentingan pertanian semakin kompetitif. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air tanaman. Masalah kekurangan atau kelebihan air akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimum. Mengatasi masalah kekurangan air untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan air irigasi diperlukan penerapan teknologi pengelolaan irigasi yang efektif dan efisien, sehingga penggunaan air irigasi per satuan berat produk budidaya pertanian yang dihasilkan semakin kecil. Salah satu teknik pengelolaan irigasi yang efektif dan efisien adalah menjaga tinggi muka air di lahan sawah sesuai dengan yang diinginkan. Untuk itu, sistem irigasi pipa yang memanfaatkan teknologi otomatis berbasis tenaga surya menjadi satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan air irigasi di lahan pertanian (Sirait et al. 2015).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Pulpen : 1 Buah
  2. Buku : 1 Buah
  3. Laptop : 1 Buah
  4. Terminal         : 1 Buah

B. Bahan
  1. Modul : 1 Bundel
  2. Stasiun irigasi otomatis : 1 Set


VI. CARA KERJA
  1. Memperhatikan stasiun irigasi otomatis.
  2. Mencatat cara kerja dari stasiun irigasi otomatis.
  3. Mengambil gambar stasiun irigasi otomatis.



VII. HASIL PENGAMATAN 





VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum hidroklimatologi ini kita membahas tentang pengenalan Stasiun Irigasi Otomatis. Sistem irigasi otomatis yang satu ini menggunakan sistem kerja yang menghubungkan beberapa rangkaian yang nantinya akan dikontrol dengan sistem kontrol. Rangkaian alatnya sendiri dibagi ke dalam 2 macam yaitu rangkaian node sensor yang berfungsi untuk menghitung kelembaban tanah, rangkaian server gateway, dan sistem energi surya. Untuk bisa menjalankan teknologi kontrol irigasi otomatis ini, pengguna harus mengatur terlebih dahulu berapa nilai standar atau set point dari kelembaban tanah yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan penyiraman. 
     Teknologi stasiun irigasi otomatis adalah sekumpulan perangkat yang dibuat dari beberapa node yang dapat saling berkomunikasi melalui jaringan tanpa kabel. Kegunaan dari teknologi ini adalah kemampuannya dalam melakukan proses monitoring, penyajian informasi ke user, dan juga melakukan pengiriman data melalui sistem tertanam. Dengan begitu, kita dapat memberikan kadar air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman secara cepat dan otomatis. Untuk bisa menjalankan teknologi kontrol irigasi otomatis ini, pengguna harus mengatur terlebih dahulu berapa nilai standar atau set point dari kelembaban tanah yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan perkembangan produk tani. Sensor mesin irigasi biasanya sudah menunjukkan beberapa skala kelembaban tanah antara lain 0 – 300 untuk tanah kering, 300 – 700 untuk tanah lembab, dan 700 – 1023 untuk tanah basah.
     Mekanisme kerja dari teknologi irigasi nirkabel ini adalah dengan mengambil data sensor dari kelembaban tanah irigasi. Namun sebelumnya, alat ini sudah diatur terlebih dahulu untuk bisa menentukan berapa nilai kadar yang tepat untuk kelembaban tanah. Jika nilai kelembaban tanah sudah sesuai dengan nilai standar, maka mesin otomatis mati. Namun, jika nilai kelembaban tidak sesuai, maka mesin irigasi otomatis akan menyala. Jika kondisi tanah pertanian terdeteksi kering, maka Solenoid Valve akan membuka aliran air secara otomatis hingga tanah basah dan akan menutup secara otomatis jika kelembaban tanah telah mencapai nilai set point yang telah ditetapkan. Cara kerja ini akan terus berjalan secara otomatis sehingga kelembaban tanah akan selalu berada pada nilai optimal untuk perkembangan tanaman. 




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang kita telah dilaksanakan dan berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan maka dapat disimpulkan :
  1. Rangkaian sistem irigasi otomatis dibagi ke dalam 2 macam yaitu rangkaian node sensor yang berfungsi untuk menghitung kelembaban tanah, rangkaian server gateway, dan sistem energi surya. 
  2. Teknologi stasiun irigasi otomatis adalah sekumpulan perangkat yang dibuat dari beberapa node yang dapat saling berkomunikasi melalui jaringan tanpa kabel. 
  3. Mekanisme kerja dari teknologi irigasi nirkabel ini adalah dengan mengambil data sensor dari kelembaban tanah irigasi
  4. Sensor mesin irigasi memiliki skala kelembaban tanah antara lain 0 – 300 untuk tanah kering, 300 – 700 untuk tanah lembab, dan 700 – 1023 untuk tanah basah. 
  5. Jika nilai kelembaban tanah sudah sesuai dengan nilai standar, maka mesin otomatis mati. Namun, jika nilai kelembaban tidak sesuai, maka mesin irigasi otomatis akan menyala.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Sistem Irigasi Otomatis Tanpa Kabel. https://paktanidigital.com/ artikel/sistem-irigasi-otomatis-tanpa-kabel/#.XW0u3fkzbIU.html. Diakses pada 02 September 2019, Pukul  22.33 WIB.

Putranto, et al. 2015. Perancangan Sistem Irigasi Otomatis Dengan Wireless Sensor Network (Wsn) Berbasis Energi Surya. https://jurnal.umk.ac.id/ index.php/ simet/article/view/2407.html. Diakses pada 02 September 2019, Pukul 22.58 WIB.

Sirait, et al. 2015. Rancang Bangun Sistem Irigasi Pipa Otomatis Lahan Sawah Berbasis Tenaga Surya. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79352.html. Diakses pada 02 September 2019, Pukul 20.48 WIB.

No comments: