I. JUDUL ACARA I : Menghitung Indeks Erosivitas Hujan (EI10)
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 02 November 2019
III. TUJUAN :
- Mahasiswa dapat menghitung indeks erosivitas hujan dengan rumus bols.
- Mahasiswa dapat memahami hubungan curah hujan dengan erosivitas hujan.
IV. DASAR TEORI
Erosivitas merupakan daya hujan untuk menimbulkan erosi pada tanah. Erosivitas sangat menentukan jumlah tanah yang tererosi, jumlah tanah yang tererosi berbanding lurus dengan erosivitas. Erosi merupakan hal yang sederhana sangat sederhana dan sudah pasti akan terjadi di alam. Indeks erosivitas hujan juga bisa diperkirakan (diprediksi) menggunakan formula empiris yang telah dikemukakan oleh bols (1978) menggunakan data hujan tahunan, hari hujan dan hujan maksimum rerata pertahun (Anonim, 2018).
Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula. Curah hujan merupakan variabel hujan yang sangat diperhitungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Pada praktikum kali ini dilakukan penghitungan curah hujan, komponen- komponen yang dinilai yaitu, Erosivitas hujan harian , erosivitas hujan bulanan, dan erosivitas hujan tahunan. Sebelum melangkah jauh, dari data yang diperoleh, rata – rata curah hujan pertahun untuk kurun waktu 2001 hingga 2002, didapat curah hujan sebesar 1895-3492,1 mm/tahun, dengan kondisi curah hujan seperti ini maka dapat diketahui bahwa data merupakan data curah hujan untuk daerah sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi karena curah hujan rata- rata berkisar antar 1000-3000 mm/tahun (Yondang,2014).
Curah Hujan ini berarti, jika air hujan yang turun tidak terinfiltrasi, terintersepsi atau dimanfaatkan oleh organisme, maka daerah dengan curah hujan 1895-3492,1mm/tahun ini akan tergenang air setinggi 1,895 meter atau 3,4921 meter. Dengan curah hujan yang termasuk cukup tinggi ini seharusnya diperlukan penanganan erosi yang lebih serius, karena daerah tersebut menjadi daerah rawan erosi, semakin banyak hujan yang turun maka akan semakin banyak partikel tanah yang terpisah yang akan menutup pori tanah serta memicu timbulnya run off dengan kekuatan yang lebih besar. Semakin banyak tanah yang berpindah maka kesuburan ditempat tanah yang berpindah itu akan semakin berkurang. Dengan kesuburan tanah yang rendah otomatis mengakibatkan pemanfaatan lahan yang kurang. Jika diketahui suatu daerah memiliki curah hujan yang cukup tinggi, dapat juga digunakan ilmu penataan unit lahan yang benar. Untuk daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi hendaknya mengoptimalkan keberadaan vegetasi sebagai penghambat run off dan memperkecil kemungkinan erosi. Unit lahan yang baik dikembangkan pada kondisi tanah dengan curah hujan yang tinggi adalah untuk tegalan, persawahan atau perkebunan. Dengan adanya vegetasi yang menutupi tanah, potensi terjadinya erosi akan berkurang. Unit lahan terbuka akan sangat berpotensi terjadinya Erosi. Sebaiknya lahan- lahan yang terbuka segera direklamasi ataupun ditanami agar potensi erosi berkurang (Ardhana, 2016).
V. ALAT DAN BAHAN
- Data curah hujan (mm)
- Laptop (Software Microsoft Excel)
- Alat tulis
VI. CARA KERJA
- Menentukan dan merata – ratakan curah hujan rata – rata bulanan (cm)
- Menentukan dan merata – ratakan jumlah hari hujan rata – rata per bulan (hari).
- Menentukan dan merata – ratakan curah hujan maksimal (cm).
- Menghitung erosivitas hujan.
- Membuat grafik rata – rata curah hujan per bulan.
- Membuat grafik rata – rata erosivitas hujan.
VII. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil Pengamatan
1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan (cm)
2. HHRM (hari)
3. CHMAX
4. Erosivitas Hujan
B. Grafik Hasil Pengamatan
1. Curah Hujan Rata-rata Bulanan (cm)
2. HHRM (Hari)
3. CHMAX
4. Perbandingan Rata-rata Curah Hujan () dan Erosivitas Hujan (EI30)
C. Hasil perhitungan
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Praktikum Acara I tentang Erosivitas Hujan ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2018. Acara I ini bertujuan untuk menghitung indeks erosivitas hujan dengan rumus bols dan memahami hubungan curah hujan dengan erosivitas hujan. Data yang dipersiapkan pada acara ini adalah data curah hujan dari tahun 1990. Data curah hujan yang dipakai adalah data jumlah curah hujan bulanan, data jumlah hari hujan, dan curah hujan maksimumnya.
Erosivtas hujan adalah kemampuan air untuk menimbulkan erosi bagi tanah. semakin banyak aliran air yang runoff maka akan banyak pula tanah yang tererosi. Dari hasil praktikum didapatkan nilai Erosivitas untuk masing-masing tahun, dari tahun 1990 – 1996 secara berurutan adalah sebagai berikut 308,54, 226,54, 261,22, 286,33, 24,11, 68,48, 11,81, 3,98, 1,67, 25,73, 222,65, 225,62. Dari hasil tersebut factor yang mempengaruhi dari erosivitas adalah curah hujan didaerah tersebut, jumlah hari hujannya, dan curah hujan maksimalnya.
Semakn tinggi angka erosivitas hujannya makan akan berdampak kepada tanah, terutama untuk kesuburannya. Hal itu terjadi karena terkelupasnya lapisan tanah akibat terbawa oleh aliran air yang jatuh ke tanah. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak erosivitas ini, aitu dengan penggalakan reboisasi, pembangunan serapan, pembuatan rorak, ataupun dengan pembutan tersering pada lahan mring.
Kendala yang alami selama praktikum ini berlangsung adalah pada wakyunya. Praktikum ini dilaksanakan setelah ujian akhir semester sehingga kurang efektif, selain itu tidak adanya pengambilan data secara langsung sehingga kurang bisa memahami.
IX. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu :
- Erosivitas merupakan kemampuan tanah untuk menyebabkan erosi.
- Dari hasil praktikum didapatkan nilai Erosivitas untuk masing-masing tahun, dari tahun 1990 – 1996 secara berurutan adalah sebagai berikut 308,54, 226,54, 261,22, 286,33, 24,11, 68,48, 11,81, 3,98, 1,67, 25,73, 222,65, 225,62.
- Erosivitas yang tiggi dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dikarenakan terkelupasnya lapisan atas tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. “Modul Praktikum Konservasi Tanah dan Air”. Yogyakarta : Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
Ardhana, Anandio. 2016. “Rumus dan Faktor Erosivitas Hujan”. Diakses pada 08 Desember 2019, pukul 23.01 WIB.
Yondang, Arifson. 2014. Diakses pada 08 Desember 2019, pukul 23.15 WIB.