Pages

Laporan Praktikum Kadar Lengas Tanah

I. ACARA III         : Kadar Lengas Tanah
II. HARI, TANGGAL : Jum’at, 26 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Pengenalan dan pengamatan kadar lengas tanah dengan metode Gravimetri dan Soil Tester. 
  2. Dapat mempraktekkan metode Gravimetri dan Soil Tester.

IV. DASAR TEORI
     Tanah merupakan salah satu media tanam yang umum digunakan untuk pembudidayaan tanaman. Tanah digunakan oleh tanaman untuk sarana tumbuh kembang karena dapat menyimpan berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam dunia pertanian, pengetahuan tentang kadar lengas di dalam tanah sangat penting. Hal ini dikarenakan melalui keberadaan lengas inilah kemudian penyerapaan unsur hara dan respirasi pada tanaman dapat terjadi. Lengas dapat dikatakan sebagai pori-pori tanah yang mengikat air. Pori-pori ini kemudian dapat diisi atau sebagai sarana untuk penyimpanan air dan berbagai unsur hara bermanfaat lainya. Keberadaan pori juga membuat tanah lebih remah sehingga pergerakan pertumbuhan akar akan lebih baik. Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas osmosis, matrik, dan kapiler. Peningkatan permukaan jenis dan kerapatan muatan elektrostatik tanah sejalan dengan peningkatan kakas osmosis, matrik, dan kapiler. Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air, keberadaan gravitasi bumi, dan tekanan osmosis jika tanah dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi. Lengas tanah juga dapat diartikan sebagai kelembaban tanah yaitu air yang terikat secara adsorbtif pada pori-pori tanah. Sedangkan keberadaan lengas tanah dapat dipengaruhi oleh potensi air, akar tanaman dan juga suhu. Penyerapan air oleh akar tanaman tergantung pada kelembaban tanah atau lengas tanah (Anonim. 2017).
     Lengas tanah dapat disebut sebagai uap air yang terdapat pada pori-pori tanah. lengas tanah juga memiliki tegangan yang menentukan seberapa banyak air yang dapat diserap oleh tumbuhan. Metode untuk mengukur kelengasan tanah (kandungan air tanah) digunakan  metode gravimetri. Pada beberapa kandungan lengas tanah yang digunakan sebagai medium tumbuh tanaman. Selain menggunakan metode gravimetri untuk mengetahui kadr lengas tanah juga dapat digunakan perhitungan indeks kelembaban tanah, karena proses penguapan air pada suatu benda sangat bertimbal balik terhadap kelembaban udara. Kadar lengas tanah digunakan untuk menentukan jadwal pengairan pada lahan sawah atau irigasi. Untuk menentukan kelengasan tanah dapat digunakan penghitungan evapotranspirasi dan presipitas pada tanah. Pengukura juga dapat dlakukan dengan mengetahui suhu tanah. Sehingga kadar lengas dapat diketahui melalui besarnya suhu, tekstur, struktur, dan besar kecilnya pori tanah. Sedangkan kadar lengas sendiri merupakan kadar kelembaban atau air yang terkandung dalam tanah ataiu diantara pori tanah itu sendiri (Zahra, 2017).
     Salah satu manfaat nilai berat isi tanah, yaitu untuk menghitung porositas. Untuk menghitung porositas kita harus mengetaui berat jenis partikelnya terlebih dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis, yaitu untuk menentukan perhitungan ruang pori dalam tanah. Untuk menghitung ruang pori dalam tanah, kita harus mengetahui berat isi tanah terlebih dahulu. Seperti halnya pada tanah berpasir, tanah ini sering digunakan dalam pembuatan lapangan sepak bola yang memerlukan penyerapan air lebih cepat namun tidak untuk media pembudidayaan tanaman. Grafik pengaruh pengolahan tanah terhadap berat isi pada 3 minggu setelah tanam Pengolahan lahan sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah. Tanah yang berstruktur mantap berat isinya juga akan tinggi. Itu dikarenakan tanah tersebut memiliki kerapatan yang tinggi, sehinga akar dari tumbuhan atau tanaman tesebut akan sulit menembus atau memecah tanah dan air akan sulit untuk meresap kedalam tanah, sehingga air akan mudah tergenang di atas permukaan tanah (Genja. 2017).



V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Alat pengambil tanah (ring sampel): 1 buah
  2. Oven : 1 unit
  3. Timbangan analitis : 1 unit
  4. Soil tester : 1 unit
  5. Cawan : 6 buah

B. Bahan
  1. Sampel tanah terolah kedalaman 10 cm : secukupnya
  2. Sampel tanah terolah kedalaman 20 cm : secukupnya
  3. Sampel tanah terolah kedalaman 30 cm : secukupnya
  4. Sampel tanah tidak terolah kedalaman 10 cm : secukupnya
  5. Sampel tanah tidak terolah kedalaman 20 cm : secukupnya
  6. Sampel tanah tidak terolah kedalaman 30 cm : secukupnya


VI. CARA KERJA
A. Teoritis
1. Metode Gravimetri
  1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
  2. Menimbang berat cawan yang kosong (a gram).
  3. Mengambil sampel tanah yang terolah dengan ring kedalaman 10 cm, 20 cm, dan 30 cm.
  4. Mengambil sampel tanah tidak terolah dengan ring pada kedalaman 10 cm, 20 cm dan 30 cm.
  5. Memasukkan masing-masing sampel tanah ke dalam cawan, 3 cawan untuk tanah yang terolah, 3 cawan yang tidak terolah.
  6. Menimbang cawan + contoh tanah (b gram).
  7. Memasukkan cawan + contoh tanah ke dalam oven, dikeringkan dengan suhu 1050C  selama 24 jam.
  8. Mengambil keenam cawan yang sudah selesai di oven.
  9. Menimbang cawan + contoh tanah setelah di oven (c gram).
        Perhitungan :
        Kadar lengas = (b-c)/(c-a) x 100%

2. Soil Tester
  1. Membersihkan alat soil tester dengan air dan kemudian dikeringkan dengan air.
  2. Memasukkan alat tersebut ke dalam tanah, catat pH dan kadar air.
  3. Melakukan hal tersebut ke 5 titik tempat.
  4. Mencatat data ke tabel pengamatan.



B. Skematis
1. Metode Gravimetri
  1. Disiapkan alat yang digunakan dan menimbang berat cawan yang kosong (a gram). 

  2. Diambil sampel tanah yang terolah dan tanah tidak terolah dengan ring kedalaman 10 cm, 20 cm, dan 30 cm lalu di masukkan kedalam cawan. 

  3. Menimbang cawan + contoh tanah (b gram). 

  4. Memasukkan cawan + contoh tanah ke dalam oven, dikeringkan dengan suhu 1050C  selama 24 jam. 

  5. Mengambil keenam cawan yang sudah selesai di oven. 

  6. Ditimbang cawan + contoh tanah tersebut (c gram). 


2. Soil Tester
  1. Dibersihkan alat soil tester dengan air dan kemudian dikeringkan dengan air. 

  2. Dimasukkan alat tersebut ke dalam tanah, catat pH dan kadar air lalu masukkan kedalam tabel pengamatan. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Soil Tester
1. Tabel Pengamatan


2. Gravimetri
a. Tanah Terolah



b. Tanah Tidak Terolah

B. Grafik Hasil Pengamatan
1. Kadar lengas tanah terolah

2. Kadar lengas tanah tak terolah






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. “Pengertian dan Definisi Lengas Tanah“. http://agroteknologi.id/ pengertian-dan-definisi-lengas-tanah/.html. Diakses pada 30 Oktober 2018, pukul 13.19 WIB.

Genja. 2017. “Makalah Irigasi“. https://genjaku15.blogspot.com/2015/10/kadar-lengas-tanah.html. Diakses pada 30 Oktober 2018, pukul  13.33 WIB.

Syfazha, Zahra. 2017. “Penetapan Kadar Lengas Tanah”. https://sitifatimatus zahro blog.wordpress.com/2017/11/09/penetapan-kadar-lengas-tanah/.html. Diakses pada 30 Oktober  2018, pukul 13.25WIB.

Laporan Praktikum Evapotranspirasi Langsung (Aktual)

I. ACARA III         : Evapotranspirasi Langsung (Aktual)
II. HARI, TANGGAL : Rabu, 24 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Mengetahui pengukuran  evapotranspirasi secara langsung.
  2. Mengetahui pengaruh evapotranspirasi terhadap kadar lengas tanah.

IV. DASAR TEORI
     Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun. Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air. Evapotranspirasi dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air karena adanya vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi secara signifikan. Karena air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar, tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah mentranspirasikan air lebih banyak. Tanaman semak umumnya mentranspirasikan air lebih sedikit dari tanaman berkayu karena semak tidak memiliki akar yang sedalam tanaman kayu, dan daun yang posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman konifer meski memiliki daun yang tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari tanaman berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal musim semi (Anonim, 2018).
     Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Pepra, 2012).
     Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial yang memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan yang bersangkutan. Sehingga evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration (Freddie, 2013).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Pot bunga` : 3 buah
  2. Timbangan : 1 unit
  3. Alat tulis         : 1 unit

B. Bahan
  1. Tanah debuan : secukupnya
  2. Air         : secukupnya
  3. Bunga : 1 buah


VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
  2. Menimbang tiap-tiap pot kosong dan dibuat tabel.
  3. Mencatat hasil penimbangan tiap-tiap pot.
  4. Memberikan perlakuan yang berbeda pada tiap-tiap pot.
  5. Memberikan perlakuan pada pot 1 dengan menutup lubang pada bagian bawah.
  6. Memberikan perlakuan pada pot 2 dengan memberika tanaman pada pot tersebut.
  7. Membiarkan pot 3 dengan perlakuan berlubang pada bagian bawah tanpa tanaman.
  8. Mengisi tiap-tiap pot dengan tanah debu.
  9. Menimbang tiap-tiap pot beserta tanah debu kering, kemudian dicatat hasil penimbangannya.
  10. Mengisi pot dengan air hingga jenuh, kemudian menimbang pot tersebut dan catat hasilnya.
  11. Menghitung besarnya evapotranspirasi tanaman selama 4 hari dipanaskan dibawah sinar matahari.
  12. Mencatat perubahan berat pot setiap harinya.



B. Skematis
  1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan meniimbang tiap-tiap pot kosong serta dibuat tabel mencatat hasil penimbangan tiap-tiap pot. 

  2. Diberikan perlakuan pada pot 1 dengan menutup lubang pada bagian bawah. 

  3. Diberikan perlakuan pada pot 2 dengan memberika tanaman pada pot tersebut. 

  4. Dibiarkan pot 3 dengan perlakuan berlubang pada bagian bawah tanpa tanaman. 

  5. Ditimbang tiap-tiap pot beserta tanah debu kering, kemudian dicatat hasil penimbangannya. 

  6. Diisi pot dengan air hingga jenuh, kemudian menimbang pot tersebut dan catat hasilnya. 

  7. Dihitung besarnya evapotranspirasi tanaman selama 4 hari dipanaskan dibawah sinar matahari Mencatat perubahan berat pot setiap harinya. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Hasil pengamatan dan perhitungan
1. Hasil penimbangan

2. Hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan evapotranspirasi
Keterangan :
Pot 1 : Evaporasi
Pot 2 : Perkolasi + Transpirasi (tanaman)
Pot 3 : Perkolasi + Evaporasi
3. Hasil perhitungan 
Keterangan :
a : Berat pot kosong
b : Berat pot + tanah basah/jenuh
c : Berat pot + tanah basah (setelah evapotranspirasi)
Kadar lengas =  (b-c)/(c-a) x 100%




B. Grafik hasil pengamatan
1. Kadar lengas pot 1


2. Kadar lengas pot 2


3. Kadar lengas pot 3



 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. “Evapotranspirasi“. https://id.wikipedia.org/wiki/Evapotranspirasi. html. Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul 01.29 WIB.

Dewa, Pepra. 2012. “Evapotranspirasi“. http://pepradewa.blogspot.com/2012/03/ evapotranspirasi.html. Diakses pada 31 Oktober 2018, pukul  01.35 WIB.

Freddie, 2013. “Waterbending Evapotranspiration”. https://syalaladumdum.word press.com/2013/02/27/waterbending-evapotranspiration/html. Diakses pada 31 Oktober  2018, pukul 01.44 WIB.

Laporan Praktikum Evapotranspirasi Potensial (Prediksi)

I. ACARA I         : Evapotranspirasi Potensial (Prediksi)
II. HARI, TANGGAL : Senin, 05 November 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Dapat mengetahui suhu rata-rata, kecepatan angin, RH/ kelembaban suatu daerah.
  2. Dapat mengetahui cara menganalisa data iklim.
  3. Mengetahui pengukuran evapotranspirasi

IV. DASAR TEORI
     Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Pepra, 2012).
     Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun. Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air. Evapotranspirasi dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air karena adanya vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi secara signifikan. Karena air ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar, tumbuhan yang akarnya menancap dalam ke bawah tanah mentranspirasikan air lebih banyak. Tanaman semak umumnya mentranspirasikan air lebih sedikit dari tanaman berkayu karena semak tidak memiliki akar yang sedalam tanaman kayu, dan daun yang posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman konifer meski memiliki daun yang tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari tanaman berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal musim semi (Anonim, 2018).
     Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor- faktor  tersebut pada PET. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan angin bertambah besar. Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses fotosíntesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan. Metode ini untuk memprakirakan besarnya evapotranspirasi potensial (PET) pada awalnya dikembangkan untuk memprakirakan besarnya konsumsi air irigasi di Amerika Serikat (Anonim, 2010).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Alat tulis         : 1 buah
  2. Penggaris : 1 buah

B. Bahan
  1. Data iklim BMKG
  2. Data Klimatologi


VI. CARA KERJA
A. Teoritis
a). Blaney-Criddle
  1. Menganalisis data iklim.
  2. Membuat tabel analisisa perhitungan.
  3. Menghitung P.
  4. Menghitung ETO*
  5. Data suhu rata-rata.
  6. Data tinggi tempat.
  7. Menghitung ETO* = P (0,46.T + 8)
  8. Menilai ETO* diplotkan pada grafik fig 1.
  9. Menilai biog berdasakan kelembaban.
  10. Tarik garis lurus dari ETO* memotong garis kecepatan angin.
  11. Tarik garis perpotongan kecepatan angin mendatar memotong ETO* prediksi.
  12. Pemilihan garis spasi 1, 2, 3 berdasarkan kecepatan angin rata-rata.



b). Radiasi
  1. Menganalisis data iklim.
  2. Membuat tabel analisisa perhitungan.
  3. Menghitung Rs dan Ra.
  4. Menghitung W
  5. Data suhu rata-rata.
  6. Data tinggi tempat.
  7. Menghitung W. Rs
  8. Menilai W. Rs diplotkan pada grafik fig 2.
  9. Menilai biog berdasakan kelembaban.
  10. Tarik garis lurus dari W. Rs memotong garis kecepatan angin.
  11. Tarik garis perpotongan kecepatan angin mendatar memotong ETO* prediksi.
  12. Pemilihan garis 1, 2, 3, 4 berdasarkan kecepatan angin rata-rata.


B. Skematis
a). Blaney-Criddle
  1. Dianalisis data iklim. 

  2. Dibuat tabel analisisa perhitungan. 

  3. Dihitung P dan ETO*. 

  4. Dinilai ETO* diplotkan pada grafik fig 1. 



b). Radiasi
  1. Dianalisis data iklim. 

  2. Dibuat tabel analisa perhitungan. 

  3. Dihitung Rs, Ra dan W. 

  4. Dihitung W. Rs kemudian dinilai W. Rs diplotkan pada grafik fig 2. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Metode Blaney-Criddle
Metode : Blaney-Criddle
Lokasi : Yogyakarta
Tinggi tempat : 115 m dpl
Letak lintang : 100 LS
Lama penyinaran aktual : 11,5 jam/hari
Kecepatan angin : 8,5 m/dt

1. Tabel hasil analisa data iklim 
2. Tabel hasil analisa dengan metode Blaney-Criddle 

3. Perhitungan




B. Metode Radiasi
Metode : Radiasi
Lokasi : Yogyakarta
Tinggi tempat : 115 mdpl
Letak lintang : 100 LS
Lama penyinaran aktual : 11,5 jam/hari
Kecepatan angin : 8,5 m/dt

1. Tabel hasil analisis data iklim




2. Perhitungan
a). Menghitung nilai Rs



b). Menghitung W



c). Menghitung ETO*





DAFTAR PUSTAKA
Anonim (a). 2018. “Evapotranspirasi“. https://id.wikipedia.org/wiki/Evapotranspirasi. html. Diakses pada 07 November 2018, pukul 00.40 WIB.

Anonim (b). 2010. “Evapotranspirasi”. http://n1692.wordpress.com/2010/12/18/ evapotranspirasi/html. Diakses pada 07 November  2018, pukul 00.47 WIB.

Dewa, Pepra. 2012. “Evapotranspirasi“. http://pepradewa.blogspot.com/2012/03/ evapotranspirasi.html. Diakses pada 06 November 2018, pukul  23.14 WIB.

Laporan Praktikum Global Positioning System (GPS)

I. ACARA VI         : Global Positioning System (GPS)
II. HARI, TANGGAL : Sabtu, 02 Februari 2019
III. TUJUAN      : Melatih mahasiswa didalam menggunakan alat dan bisa menjalankan aplikasi dari GPS.

IV. DASAR TEORI
     Global Positioning System (GPS) adalah sistem navigasi yang menggunakan satelit yang didesain agar dapat menyediakan posisi secara instan, kecepatan dan informasi waktu di hampir semua tempat di muka bumi, setiap saat dan dalam kondisi cuaca apapun. Sedangkan alat untuk menerima sinyal satelit yang dapat digunakan oleh pengguna secara umum dinamakan GPS Tracker atau GPS Tracking, dengan menggunakan alat ini maka dimungkinkan user dapat melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. Bagian yang paling penting dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang berada di orbit bumi atau yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini berjumlah 24 unit yang semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2 sistem lain yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment (bagian angkasa), dan GPS User Segment (bagian pengguna) (Anonim, 2015).
     Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem navigasi atau penentu posisi berbasis satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United States Department of Defense). Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca. Penentuan posisi GPS digambarkan dengan menggunakan nilai koordinat X dan Y atau garis bujur dan garis lintang ( longitude/latitude ). system ini digunakan untuk menentukan posisi pada permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. System ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima yang ada di bumi, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital (Aan, Firmansyah. 2014).
     Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi semacam sistem navigasi, kita bisa mengetahui berbagai hal dan dapat menemukan tempat-tempat yang ingin kita kunjungi meskipun tidak pernah mengetahui dimana tempat tersebut. Salah satu teknologi yang menggunakan sistem navigasi yang saat ini semakin berkembang adalah GPS. GPS lebih dikenal dengan nama Global Positioning System. Global Positioning System (GPS) merupakan sistem yang menggunakan bantuan satelit untuk mengetahui posisi atau letak suatu permukaan bumi. Semua hal bisa diketahui oleh sistem GPS. Dengan bantuan satelit untuk memantau posisi permukaan bumi, GPS bisa menjadi sistem yang bisa digunakan untuk mencari berbagai tempat dan lokasi yang tidak kita ketahui. GPS memiliki berbagai macam manfaat untuk berbagai bidang kehidupan (Al lillah, Nur, Hasanah. 2019).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. GPS : 1 Unit
  2. Komputer : 1 Unit
  3. Alat Tulis         : 1 Buah

B. Bahan
  1. Areal Grha INSTIPER Yogyakarta


VI. CARA KERJA
  1. Mempersiapkan alat gps terlebih dahulu (GPS Garmin).
  2. Kemudian mempelajari dan mengatur alat GPS sebelum di gunakan pada saat di lakukan pengukuran.
  3. Menentukan titik utama pada sudut area.
  4. Membuat titik – titik pada area.
  5. Memberi titik pada pada setiap sudut area.
  6. Memasukan data dari GPS ke komputer.
  7. Memeriksa titik yang dibuat, apakah sesuai dengan bentuk atau tidak.
  8. Membuat data pengamatan yang telah ada pada GPS, dan memindahkan ke dalam Microsoft Office Excel. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan


B. Gambar hasil pengolahan Software ArcGIS




VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kita membahas acara VI yaitu tentang GPS. Pemetaan suatu wilayah selain menggunakan theodolite (secara manual) dapat dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan GPS. GPS (Global Posisitioning Systems) merupakan sistem navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan dan segala sesuatu berkaitan dengan letak di bumi. 
Pemetaan menggunakan GPS dilakukan dengan melakukan penguncian koordinat terhadap titik-titik yang akan dipetakan. Receiver ditempatkan pada titik yang akan dipetakan. Receiver akan menerima data dari satelit yang terbaca menjadi koordinat. Koordinat inilah yang menjadi bahan untuk memetakan suatu wilayah. Titik-titik yang diambil biasanya merupakan titik titik terluar suatu bidang, misalnya dalam pemetaan gedung diambil titik-titik luar dari gedung. Diperoleh koordinat dari titik-titik yang diamati yaitu titik 1 dengan koordinat sumbu x sebesar 436638.00 dan sumbu z 9142150.00, titik 2 dengan koordinat sumbu x sebesar 436641.00 dan sumbu z 9142176.00, titik 3 dengan koordinat sumbu x sebesar 436647.00 dan sumbu z 9142204.00, titik 4 dengan koordinat sumbu x sebesar 436684.00 dan sumbu z 9142198.00, titik 5 dengan koordinat sumbu x sebesar 436748.65 dan sumbu z 9142178.72, titik 6 dengan koordinat sumbu x sebesar 436741.32 dan sumbu z 9142158.44, titik 7 dengan koordinat sumbu x sebesar 436713.75 dan sumbu z 9142165.77, titik 8 dengan koordinat sumbu x sebesar 436704.60 dan sumbu z 9142134.43, titik 9 dengan koordinat sumbu x sebesar 436699.42 dan sumbu z 9142114.16, titik 10 dengan koordinat sumbu x sebesar 436671.57 dan sumbu z 9142121.53. 
     Dalam pemetaan berbasis GPS selain dibutuhkan receiver dibutuhkan software pengolah data dari GPS. Dalam pemetaan ini digunakan softtware Map Source dan ArcGIS. Data-data koordinat pada GPS dimasukan ke dalam software Map Source, sehingga akan tampak titik-titik koordinat sesuai dengan tempat dilapangan.  Tujuan dimasukanya koordinat ke dalam Map Source agar data yang ada dalam GPS dapat diubah formatnya sesuai dengan format data pada ArcGIS. Data dari Map Source diubah formatnya menjadi DXF, sehingga dapat dilakukan pengeditan peta dalam ArcGIS.
     Pembuatan peta dalam ArcGIS dilakukan dengan menghubungkan titik-titik koordinat membentuk sebuah bidang/poligon. Dihitung luas menggunakan fitur calculate geometri pada ArcGIS sehingga diperoleh luas bidang yang dibuat peta. Untuk mendukung pembacaan peta ditambahkan legenda, skala dan mata angin, sehingga diperoleh peta sesuai dengan hasil pengamatan.
     Dalam pembuatan peta dengan GPS terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan. Keuntungan pembuatan peta denga GPS ialah lebih mudah dibandingkan menggunakan theodolite. Hal ini dikarenakan dengan GPS titik koordinat, ketinggian tempat akan secara otomatis muncul. Dengan begitu proses pembuatan peta akan lebih cepat. Namun terdapat kekurangan dari pemetaan dengan sistem GPS diantaranya data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini menyebabkan hasil pengukuran juga kurang akurat. Akurasi GPS hanya sekitar 6-2 meter. Pada tempat-tempat tertentu seperti di dekat bangunan besar, akurasi akan sulit diperoleh, karena sinyal sedikit terganggu dengan adanya gedung. Ada solusi untuk menaggulangi masalah ini diantaranya dengan melakukan pengulangan lebih dari 4 kali terhadap titik yang ditentukan koordinatnya. Dari banyaknya pengulangan dicari nilai rata-rata. Diharapkan nilai rata-rata inilah yang mendekati nilai akurat.




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
  1. Global Positioning System (GPS) merupakan sistem navigasi berbasis satelit yang dapat digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan dan segala sesuatu berkaitan dengan letak di bumi.
  2. Reciver merupakan suatu perangkat yang digunakan untuk menerima sinyal dari satelit.
  3. Diperoleh koordinat dari titik-titik yang diamati yaitu titik 1 dengan koordinat sumbu x sebesar 436638.00 dan sumbu z 9142150.00, titik 2 dengan koordinat sumbu x sebesar 436641.00 dan sumbu z 9142176.00, titik 3 dengan koordinat sumbu x sebesar 436647.00 dan sumbu z 9142204.00, titik 4 dengan koordinat sumbu x sebesar 436684.00 dan sumbu z 9142198.00, titik 5 dengan koordinat sumbu x sebesar 436748.65 dan sumbu z 9142178.72, titik 6 dengan koordinat sumbu x sebesar 436741.32 dan sumbu z 9142158.44, titik 7 dengan koordinat sumbu x sebesar 436713.75 dan sumbu z 9142165.77, titik 8 dengan koordinat sumbu x sebesar 436704.60 dan sumbu z 9142134.43, titik 9 dengan koordinat sumbu x sebesar 436699.42 dan sumbu z 9142114.16, titik 10 dengan koordinat sumbu x sebesar 436671.57 dan sumbu z 9142121.53. 
  4. Dalam pemetaan ini digunakan softtware Map Source dan ArcGIS.
  5. Tujuan dimasukanya koordinat ke dalam Map Source agar data yang ada dalam GPS dapat diubah formatnya sesuai dengan format data pada ArcGIS.
  6. Kekurangan dari pemetaan dengan sistem GPS diantaranya data yang diperoleh kurang akurat.
  7. Untuk menambah keakuratan data dilakukan pengulangan lebih dari 4 kali terhadap titik yang ditentukan koordinatnya.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Pengertian GPS Cara Kerja GPS Dan Fungsi GPS”. http:// www.mandalamaya.com/pengertian-gps-cara-kerja-gps-dan-fungsi-gps/.html. Diakses pada 30 Januari 2019, pukul 20.43 WIB.

Firmansyah, Aan. 2014. “Pengertian, Manfaat Dan Cara Kerja GPS”. http:// najwamedia.blogspot.com/2014/07/pengertian-manfaat-dan-cara-kerja-gps.html. Diakses pada 30 Januari 2019, pukul 20.52 WIB.

Hasanah, Nur, Al lilah. 2019. “Pengertian GPS”. https://www.nesabamedia.com/ pengertian-gps/.html. Diakses pada 30 Januari 2019, pukul 21.03 WIB.