Pages

Laporan Praktikum Propagasi Vegetatif (Cangkok)

ACARA II
CANGKOK


A. TUJUAN
  1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik mencangkok tanaman dengan benar.
  2. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pencangkokkan.
  3. Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan cangkok.

B. TINJAUAN PUSTAKA
     Dalam kehidupan sehari-hari tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi dan berkembang biak. Ada beberapa species tanaman yang berkembang biak dengan cara generatif dan ada juga yang berkembang biak dengan cara vegetatif. Berbagai jenis tanaman sama-sama berkembang biak, tapi tanaman berkembang biak dengan cara yang berbeda-beda. Perbanyakan tanaman juga memiliki beberapa jenis cara, diantaranya adalah perbanyakan secara generatif maupun vegetatif.
     Mencangkok adalah cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara merangsang pertumbuhan akar pada batang/cabang yang masih menjadi satu dengan induknya. Berdasarkan letak cangkokan dibedakan menjadi 2 yaitu, di tanah (Ground Layerage) dan diatas tanah (Air Layerage). Kelebihan dari cangkok adalah cepat menghasilkan dan sifat/genetik sama dengan induknya. Sedangkan kekurangan dari cangkok adalah bentuk pohon induk rusak, hasil pohon induk turun, tidak bisa produksi anakan secara masal, biasanya struktur perakaran kurang baik, sering kali gagal, dan bentuk pohon anakan hasil cangkok sukar dibentuk.




     Tanaman induk yang akan dicangkok dipilih karena karakternya yang diinginkan. Tanaman induk diusahkan setelah dicangkok tidak mati sehingga dapat berkembang kembali dan menjadi tanaman induk untuk dicangkok di kemudian hari lainnya. Reproduksi secara vegetatif adalah pembentukan individu baru tanpa adanya peleburan dua sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi secara vegetatif dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan alami dan perkembangbiakan buatan.
     Perkembangbiakan vegetatif alami adalah perkembangbiakan yang terjadi secara alami tanpa memerlukan buatan manusia. Adapun reproduksi vegetatif alami pada tumbuhan rendah dikelompokkan menjadi, membelah diri, membentuk tunas, dan membentuk spora. Sedangkan perkembangbiakan alami pada tumbuhan tinggi dikelompokan menjadi akar tinggal (rhizoma), umbi lapis, umbi batang, geragih, tunas dan tunas adventif. Perkembangbiakan secara vegetatif buatan ialah perkembangbiakan yang sengaja dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk kesejahteraan manusia. Adapun perkembangbiakan secara vegetatif buatan macamnya adalah menyetek, menyambung, merunduk dan kultur jaringan.  
 
C. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Belakang Fakultas Pertanian INSTIPER Yogyakarta
  2. Tanggal : 31 Januari 2020

D. ALAT DAN BAHAN
a) Alat 
  1. Sekop
  2. Plastik
  3. Pisau
  4. Tali raffia
  5. Kamera

b) Bahan
  1. Tanaman Jambu Air (Syzygium aquaeum)
  2. Tanah



E. CARA KERJA
  1. Memilih cabang pohon yang akan dicangkok.
  2. Menguliti kulit cabang dengan pisau sepanjang 3-4 cm.
  3. Membersihkan cabang pohon yang telah dikuliti dari getah/lendir.
  4. Mengikat plastic pada cabang pohon yang dikuliti selanjutnya diisi dengan media/tanah sampai menutupi seluruh seluruh bagian cabang yang dikuliti dan diikat kembali agar tanah tidak jatuh dari plastik.
  5. Mengamati perkembangan cangkok selama 28 hari.


F. HASIL DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini praktikan melaksanakan kegiatan bertema cangkong , cangkok sendiri adalah cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara merangsang pertumbuhan akar pada batang/cabang yang masih menjadi satu dengan induknya.tanaman yang praktikan gunakan yaitu tanaman jambu air (Syzygium aquaeum) yang berlokasi di balik gedung fakultas pertanian, adapun Tahapan pada kegiatan mencangkok ini meliputi :
Gambar 2.1. Memilih cabang yang akan dicangkok 




     Pertama praktikan mencari dan memilih cabang sehat dan pertumbuhannya baik. Tujuan dari pemilihan cabang yaitu agar tanaman yang didapat dari hasil pencangkokan dapat memiliki kualitas dan pertumbuhan yang baik
Gambar 2.2.Menyayat kulit cabang dan membersihkan Lendir pada cabang jambu air yang dibuka kulit luarnya

     Kegiatan Kedua yaitu menyayat kulit cabang secara hati-hati dan rapi sepanjang kurang lebih 3-4 cm serta membersihkan lendir/getah yang menempel pada cabang yang akan dicangkok. Menyayat kulit dan menghilangkan lendir/getah pada cabang karena kambium berfungsi sebagai media untuk transport  makanan bagi tumbuhan, jika kambium masih ada maka bagian tangkai yang dicangkok akan membentuk kulit kembali yang membuat cangkok gagal.
Gambar 2.3. Plastik yang diikat pada cabang dengan media berupa Tanah



     Membuat media pada plastic yang sudah disiapkan yang berisi tanah. Tanah yang digunakan sebagai media cangkok harus memiliki kelembaban yang cukup dimana proporsi air dan udara di dalam nya seimbang, lalu mengikat pada cabang yang tadi disayat. Media ini berfungsi sebagai media tumbuh akar dari tanaman yang akan dicangkok. Mengikat kembali cangkok dan menunggu sampai cabang mengeluarkan akar selama kurang lebih 28 hari . Tujuan mengikat kembali plastik yang telah berisi tanah adalah agar tanah dapat menempel pada media. pengikatan dengan menggunakan plastik harus benar-benar kuat agar tidak menghambat pertumbuhan jaringan .
Gambar 2.4. Cangkok yang sudah jadi dan menunggu keluarnya akar

     Mengikat kembali cangkok dan menunggu sampai cabang mengeluarkan akar selama kurang lebih 28 hari . Tujuan mengikat kembali plastik yang telah berisi tanah adalah agar tanah dapat menempel pada media. pengikatan dengan menggunakan plastik harus benar-benar kuat agar tidak menghambat pertumbuhan jaringan. Cangkok yang telah diamati setelah 28 hari menunjukan tidak adanya pertumbuhan akar pada batang. Hanya kalus yang tumbuh. Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah diri secara terus menerus, beberapa dugaan yang membuat hasil cangkong gagal yaitu pengikatan pada plastic yang kurang kencang sehingga air hujan dapat masuk kedalam bagian tanaman yang dilukai, tidak bersihnya saat membersihkan cambium dan lendir sehingga cambium menutup kembali luka sehingga cangkok gagal. Dan kurang nya penyiraman bisa jadi factor kegagalan karena cangkok an harus lembab.
Gambar 2.5. Akar tidak keluar pada bagian cabang yang dicangkok namun hanya kalus yang terdapat pada cabang
 



G. KESIMPULAN
     Berdasarkan hasil Praktikum acara II mengenai Cangkok  pada kuliah Propagasi vegetasi, praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
  1. Mencangkok adalah cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara merangsang pertumbuhan akar pada batang/cabang yang masih menjadi satu dengan induknya.
  2. Dalam mencangkok kita hanya perlu penyayat kulit luar dan cambium dan merangsang pertumbuhan akar baru dari luka yang dibuat, lalu membalut dengan media (tanah, cocopit, dll) disiram dan di rawat, hingga akhir nya dipotong dan menjadi tanaman baru.
  3. Pengikatan pada plastik yang kurang kencang sehingga air hujan dapat masuk kedalam bagian tanaman yang dilukai, tidak bersihnya saat membersihkan cambium dan lendir sehingga cambium menutup kembali luka sehingga cangkok gagal, dan kurang nya penyiraman bisa jadi faktor kegagalan karena cangkok an harus lembab).







DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Surodjo, Taat. 2020. Cangkok (Layerage). Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.
Anonim. 2018. Mencangkok. Dalam Https://id.scribd.coom/document/346990839/ Laporan-Hasil-Mencangkok.html. Diakses pada 02 Maret 2020, pukul 19.45 WIB.

Laporan Praktikum Pembiakkan Vegetatif Alami

ACARA I
PEMBIAKAN VEGETATIF ALAMI
 
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui ciri pertumbuhan/tanaman yang berbiak vegetative secara alami.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Arboretum dan Kebun Praktek
  2. Tanggal : 24 Januari 2020

C. TINJAUAN PUSTAKA/DASAR TEORI
     Makhluk hidup dapat berkembangbiak dengan berbagai cara. Misalnya tumbuh-tumbuhan berkembangbiak dengan biji, stek, atau tunas. Perkembangbiakan tumbuhan yang beranekaragam itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu cara generatif atau cara kawin dengan cara pembuahan, dan cara vegetatif atau cara tanpa pembuahan. Perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan adalah perkembangbiakan yang tidak diawali dengan pembuahan. Pembuahan adalah suatu peristiwa peleburan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Perkembangbiakan vegetatif ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu perkembangbiakan vegetatif alami dan buatan Perkembangbiakan vegetatif alami meliputi: 



  1. Akar Rimpang/Rhizoma Akar rimpang adalah bagian batang yang berada didalam tanah bertunas. Tunas dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Contoh : jahe, kunyit, lengkuas, dan alang-alang. 
  2. Tunas Daun (Adventif) Tunas daun adalah tepi daun terdapat tunas (bertunas). Tunas dapat menjadi tumbuhan baru. Contohnya : cocor bebek. 
  3. Umbi Batang Umbi batang adalah umbi yang ada tunasnya. Tunas tumbuh menjadi tumbuhan baru. Contohnya : kentang, gembili, dan ubi jalar. 
  4. Umbi Lapis adalah umbi yang berlapis-lapis ditengahnya terdapat tunas. Tunas tumbuh menjadi tumbuhan baru. Contohnya: bawang putih dan bawang merah
  5. Tunas Perkembangbiakan dengan tunas. Contohnya : pisang, bambu, dan tebu
  6. Spora Perkembangbiakan dengan spora. Contohnya : jamur dan tumbuhan paku.
  7. Umbi Akar Umbi akar adalah akar yang menggembung untuk menyimpan cadangan makanan. Contohnya : dahlia dan singkong. 
  8. Geragih/Stolon Geragih adalah batang yang menjalar diatas atau dibawah permukaan tanah. Batang bertunas dan tunas tumbuh menjadi tumbuhan baru.



D. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Sekop
  3. Kamera

b) Bahan 
  1. Tanaman bambu 
  2. Tanaman sereh wangi
  3. Tanaman alang-alang
  4. Tanaman pisang
  5. Tanaman tebu
  6. Gulma rumput teki
  7. Tanaman talas 

E. CARA KERJA
  1. Mengamati sistem perkembangbiakan yang terjadi pada tanaman   tebu, pisang, alang-alang, sereh wangi, bambu, talas, dan rumput teki.
  2. Mengambil gambar perkembangbiakan yang terjadi pada masing-masing tanaman.
  3. Mencatat karakteristik tanaman dengan table yang ada




F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan


2. Dokumentasi dan Pembahasan
Gambar 1.1 Gambar sekop kecil
     Sekop digunakan untuk menggali tanah dalam mengangkat tumbuhan agar organ akar tumbuhan lebih terjaga dan tidak rusak bagian tanaman.



Gambar 1.2 Satu rumpun tumbuhan pisang utuh beserta Tunas
     Pisang (Musa parasidica) adalah salah satu jenis tumbuhan monokotil yang tumbuh dan berkembangbiak vegetatif seacara alami dengan menggunakan tunas tunas. Spesies pisang yaitu Musa parasidica, dengan famili Musaceae (Suku pisang-pisangan), dan kelas Liliopsida (monokotil). Tunas yang ada di sekitar pisang ada 2 tunas di sekelilingnya.

Gambar 1.3 Satu rumpun Bambu
     Bambu (Dendro calamus asper) berkembangbiak secara vegetatif alami yaitu menggunakan  tunas, bambu masuk kedalam famili (Poaceae) atau suku rumput- rumputan tumbuhan ini termasuk kedalam kelas (liliopsida) atau tumbuhan monokotil dengan jumlah 2 batang dalam satu rumpun.


Gambar 1.4 Satu rumpun  Tumbuhan  Tebu
     Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tumbuhan Monokotil/Liliopsida yang masih masuk kedalam suku rumput-rumputan/Poaceae terdapat 3 batang dalam satu rumpun yang kami temukan dilapangan, tumbuhan ini berkembang biak secara vegetative dengan menggunakan tunas yang terdapat di bagian batang.

Gambar 1.5 Satu rumpun  Tumbuhan  Sereh wangi
     Sereh wangi (Cymbopogon citratus) termasuk tumbuhan monokotil (Liliopsida), tumbuhan ini termasuk kedalam family poaceae atau rumput-rumputan, meskipun sama seperti bamboo dan tebu dalam family poaceae tapi tumbuhan ini berkembang biak dengan mengunakan Rhizoma atau akar rimpang, pada bagian akar nya menyambung kan setiap bagian badan tumbuhan.dilapangan kami menemukan sereh wangi dengan jumlah 3 batang dalam satu rumpun. rhizome berfungsi sebagai batang juga sekaligus sebagai menjadi tempat penyimpanan produk metabolism dan juga cadangan makanan.



Gambar 1.6 Tumbuhan Talas
     Talas (Colocasia esculenta. L) tumbuhan dalam family  Araceae atau talas- talasan, asuk ke dalam kelas magnoliopsida, memiliki system perkembang biakan menggunakan Tuber, tuber sendiri memiliki fungsi sebagai penyimpan cadangan makanan seperti rhizoma. tanaman ini masuk kelas Magnoliopsida atau bisa masuk tanaman monokotil. Talas saat kami temukan dilapangan memiliki jumlah lima batang dalam satu rumpun

                 
Gambar 1.7 Tumbuhan Alang-Alang
     Alang-Alang (Imperata cylindrical) merupakan tumbuhan jenis rumput-rumputan (Poaceae) termasuk kedalam tumbuhan monokotil (Liliopsida), tumbuhan ini memiliki cara bekembang biak alami nya yaitu akar rimpang yang terdapat pada bagian penghubung antar batang dibagian akar, alang-alang saat dilapangan kami menemukan dengan jumlah batang 3dalam satu rumpun.



Gambar 1.8 Rumput Teki
     Rumput Teki (Cyperus rotundus) merupakan tumbuhan yang masuk kedalam family Cyperaceae termasuk kedalam tumbuhan monokotil (Liliopsida), tumbuhan ini memiliki cara bekembang biak alami yaitu Stolon.dalam satu rumpun saat kami temukan dilapangan menemukan jumlah 3 batang, stolon juga memiliki fungsi sebagai pengangkut air pada tanaman rumput teki.


G. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada acara I tentang perkembangbiakan vegetatif, maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
  1. Pisang, tebu, dan bambu berkembangbiak secara vegetatif alami yatu tunas yang tumbuh disekitar tanaman.
  2. Alang–alang dan sereh wangi berkembangbiak secara vegetatif alami yaitu akar rimpang.
  3. Rumput teki berkembangbiak secara vegetatif berupa stolon.
  4. Tanaman yang berkambangbiak secara vegetatif berupa umbi batang atau tuber yaitu talas.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Perkembangbiakanvegetatif. Dalam   http.propagasi/com. Diakses pada 28 Januari 2020, pukul 21.30 WIB.  
Anonim. 2011. Jenis-jenis Perkembangbiakan Vegetatif.  Dalam https://www.gurupendidikan.co.id/perkembangbiakan-vegetatif. Diakses pada 28 januari 2020, pukul 21.45 WIB.
Anonim. 2009. Pengertian Vegetatif Alami. Dalam  www.mistamajahp.com/materi Biologi. Diakses pada 28 januari 2020, pukul 22.00 WIB.

Laporan Praktikum Pengenalan Tanaman Mimba dan Mindi

ACARA VIII
PENGENALAN TANAMAN MIMBA DAN  MINDI

A. TUJUAN
Mengetahui tanaman pengendalian hama sebagai tanaman pencampur tanaman pokok.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Ilmu Hama Hutan
  2. Tanggal : 04 Oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat 
  1. Alat tulis

b) Bahan
  1. Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
  2. Tanaman Mindi (Melia azedarach)



D. PEMBAHASAN
     Pada praktikum Acara VIII yang berjudul Pengenalan Tanaman Mimba Dan Mindi. Pada praktikum ini praktikan di kenalkan pada pestisida nabati secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami/nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Pestisida ini juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), saat diaplikasikan,  akan membunuh hama saat itu juga dan setelah hamanya mati, residunya akan hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisda  sehingga aman dikonsumsi manusia. Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar.Pestisida organik ini mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman pertanian dan perkebunan umumnya seperti kutu, ulat, belalang dan sebagainya. 
     Manfaat dan Keunggulan pestisida alami, antara lain: Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan). Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam. Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.




     Bahan yang digunakan adalah mimba (Azadirachta indica) dan Mindi (Melia azedarach). Mindi (Melia azedarah) adalah salah satu bahan utama pestisida nabati, sebab memiliki kandungan yang sama dengan mimba (Azadirachta indica) yaitu azadirachtin dan meliantriol,  triol, dan salanin. Kandungan bahan aktif pada daun mindi adalah flavone glicoside, quercitrin dan kaemferol. Selain itu, ia juga mengandung protein yang tinggi yang bersifat insektisidal dan bersifat penolak terhadap nematoda dan juga Mindi dapat digunakan untuk pestisida nabati, untuk mengusir atau penolak hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan menghambat perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan racun perut bagi serangga sasaran. Mindi mirip dengan mimba, demikian pula racun yang dikandungnya, meskipun racun mindi tidak sekuat kandungan racun mimba. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk pestisida nabati adalah buah/biji, kulit batang, dan daunnya. Biji memiliki kandungan racun yang paling banyak. 
     Ekstrak daun mindi dibuat dengan menumbuk dan memeras daun mindi. Mimba (Azadirachta indica) merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati)  yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Bagian tanaman mimba yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida. Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. 
     Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Selain bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga. sebagai senyawa aktif utama. Bahan ini sudah banyak dipakai dikalangan masyarakat karena tumbuhan ini mudah di budidayakan dan pertumbuhan kedua tanaman ini yaitu cepat tumbuh, tumbuhan ini pun murah jika dijadikan sebagai bahan pestisida karena pembuatan sendiri namun saat pembuatannya membutuhkan waktu yang banyak.




E. KESIMPULAN
     Dari praktikum Acara VIII yang berjudul Pengenelan Tanaman Mimba dan Mindi dapat disimpulkan bahwa:
  1. Mindi (Melia azedarah) adalah salah satu bahan utama pestisida nabati, mengandung protein yang tinggi yang bersifat insektisidal dan bersifat penolak terhadap nematoda dan untuk mengusir atau penolak hama, menghambat hama untuk bertelur, insektisida, dan menghambat perkembangan cendawan Mindi juga mengandung racun kontak dan racun perut bagi serangga sasaranKandungan bahan aktif pada daun mindi adalah flavone glicoside, quercitrin dan kaemferol. Ekstrak daun mindi dibuat dengan menumbuk dan memeras daun mindi. 
  2. Mimba (Azadirachta indica) merupakan salah satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati)  yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, biji dan daun mimba mengandung azadirachtinmeliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. 
  3. Keuntungan pestisida alami yaitu mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan). Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Dapat membunuh hama/penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb. Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam. Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumberdaya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri. Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Penggunaan dalam dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Mimba Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. Dalam  http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/mimba-pestisida-nabati-ramah-lingkungan/  Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 23.11 WIB. 
Anonim. 2010. Tanaman Pestisida Nabati: Mindi (Melia azedarah L.). Dalam https://isroi.com/2010/07/31/tanaman-pestisida-nabati-mindi-melia-azedarah-l/. Diakses pada 11 Maret 2019, pukul 11.21 WIB. 
Prijono, Agus. 2019. Penuntun dan Petunjuk Praktikum Ilmu Hama dan penyakit hutan Hutan. Institut Pertanian Stiper. Yogyakarta.
Sumardi dan S.M Widyastuti. 2004. Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Laporan Praktikum Pengenalan Musuh Alami Serangga

ACARA VII
PENGENALAN MUSUH ALAMI (Predator)

A. TUJUAN
Mengenal predator serangga.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Hama Hutan
  2. Tanggal : 18 oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Kertas HVS

b) Bahan
  1. Tanaman lamtoro ( Leucaena leucocephala)
  2. Tanaman gamal (Gliricidia sepium)
  3. Tanaman murbei ( Morus alba)
  4. Tanaman ketapang (Terminalia catappa)
  5. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
  6. Tanaman mahoni ( Swietenia macrophylla)
  7. Tanaman kruing (Dipterocarpus)
  8. Tanaman pulai (Alstonia scholaris)
  9. Tanaman meranti (Shorea sp)
  10. Tanaman jambu mawar (Syzgium jambos)




D. DASAR TEORI
     Serangga merupaka kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat popuasi yang sangat tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat yang tinggi ditentukan oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas), dan daya tahannya terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Serangga hama mempunyai musuh alami yang memakan serangga hama disebut predator. Sedangkan serangga hama yang dimangsa disebut pre. Predator serangga haman tidak hanya pada phylum arthopoda saja seperti belalang sembah, laba – laba, capung. Namun juga dari jenis burung, dan hewan pemakan serangga lainnya.
     Kehadiran predator ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena dapat mengendalikan jumlah serangga hama di hutan. Manusia juga sering mengembangbiakan berbagai jenis predator serangga hama dan melepaskannya di hutan sebagai upaya pengendalian hutan. Pengendalian serangga hama hutan sendiri bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang terjadi pada taanaman hutan atau hasil hutan. Tujuan pengendalian dapat dicapai melalui pendekatan teknik silvilkutur. Kerusakan hutan dapat terjadi oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup didalamnya dengan memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat berkembang dan sumber makanan.
     Cara lain untuk pengendalian hama adalah dengan cara menginfeksikan penyakit pada hama betina atau jantan dan melepaskan serangga hama yang telah terinfeksi tersebut ke dalam hutan agar menularkan serangga – serangga yang lain. Biasanya pada serangga betina zat yang dimanfaatkan adalah feromon yang dihasilkan serangga. Feromon merupakan substansi kimia yang diskresikan ke dalam suatu lingkungan oleh suatu individu yang mempengaruhi perilaku individu yang lain pada species yang sama. Feromon seksual biasanya diproduksi betina bertindak sebagai penarik sek dan diproduksi oleh jantan sebagai  perangsang sek.




E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mencari tanaman yang terserang hama.
  3. Mengamati jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
  4. Mengamati jenis predator yang memangsa hama yang menyerang tanaman tersebut.
  5. Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan dalan laporan sementara.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hama dan predator masing – masing tanaman


2. Foto hama dan predator

G. PEMBAHASAN
      Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) praktikan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum, adapun alat untuk pengamatan yaitu kertas hvs dan alat tulis, kemudian bahan yang dimiliki yaitu tanaman lamtoro, sengon, pulai, meranti, jambu mawar, gamal, murbei, ketapang, lamtoro, kruing, dan pulai. Kemudian melakukan pengamatan pada tanaman tersebut dan mencatat hama apa yang menyerang tanaman kemudian jenis predator yang ada pada tanaman , hama pada masing – masing tanaman ada yang sama dan berbeda, seperti hama tanaman lamtoro dan mahoni sama yaitu ulat namun oredator yang menyerang hama berbeda, hama yang menyerang tanaman paling banyak yaitu ulat namun pada tanaman murbei hama yang menyerang yaitu belalang dan burung sebagai predatornya, kemudian tanaman sengon terdapat hama kutu penghisap daun. Semut juga sebagian predator yang menyerang hama seperti ulat pada tanaman yang diamati. Hama menyerang bagian tanaman seperti daun dan batang, seperti hama ulat penggulung daun yang menyerang bagian daun dan predator yang ditemukan adalah semut merah. 
     Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Predator  adalah organisme yang hidup bebas sepanjang hidupnya, membunuh mangsa, biasanya lebih besar dari mangsanya, dan memerlukan lebih dari satu mangsa untuk menyelesaikan perkembangannya. Predator alami juga sering dibudidayakan untuk mengendalikan hama yang menyerang pohon hutan, penerapan membasmi hama dengan predator alami lebih ramah lingkungan. 




H. KESIMPULAN 
     Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) dapat disimpulkan bahwa :
  1. Predator adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian.
  2. Contoh hama yang menyerang tanaman lamtoro adalah ulat, predatornya yaitu kepik dari family pentatomidae.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. ”Cahaya untuk serangga” . Dalam https://kuliah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 21.00 WIB. 
Ilham. 2015. “Faktor – faktor lingkunga serangga”. Dalam https://ilham-agt08blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 20.00 WIB.
Nur, 2014. “Lingkungan serangga”.  Dalam https://nurrr.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, Pukul 21.07 WIB.

Laporan Praktikum Mengenal Predator Serangga

ACARA VII
PENGENALAN MUSUH ALAMI (Predator)

A. TUJUAN
Mengenal predator serangga.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Hama Hutan
  2. Tanggal   : 18 oktober 2019

C. ALAT DAN LOKASI PLOT
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Kertas HVS

b) Bahan
  1. Tanaman lamtoro ( Leucaena leucocephala)
  2. Tanaman gamal (Gliricidia sepium)
  3. Tanaman murbei ( Morus alba)
  4. Tanaman ketapang (Terminalia catappa)
  5. Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)
  6. Tanaman mahoni ( Swietenia macrophylla)
  7. Tanaman kruing (Dipterocarpus)
  8. Tanaman pulai (Alstonia scholaris)
  9. Tanaman meranti (Shorea sp)
  10. Tanaman jambu mawar (Syzgium jambos)



D. DASAR TEORI
     Serangga merupakam kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat popuasi yang sangat tinggi. Perkembangan populasi hama hingga mencapai tingkat yang tinggi ditentukan oleh potensi reproduksi, kemampuan mempertahankan diri (sintas), dan daya tahannya terhadap kondisi lingkungan hidupnya. Serangga hama mempunyai musuh alami yang memakan serangga hama disebut predator. Sedangkan serangga hama yang dimangsa disebut pre. Predator serangga haman tidak hanya pada phylum arthopoda saja seperti belalang sembah, laba – laba, capung. Namun juga dari jenis burung, dan hewan pemakan serangga lainnya.
     Kehadiran predator ini sangat menguntungkan bagi manusia, karena dapat mengendalikan jumlah serangga hama di hutan. Manusia juga sering mengembangbiakan berbagai jenis predator serangga hama dan melepaskannya di hutan sebagai upaya pengendalian hutan. Pengendalian serangga hama hutan sendiri bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang terjadi pada taanaman hutan atau hasil hutan. Tujuan pengendalian dapat dicapai melalui pendekatan teknik silvilkutur. Kerusakan hutan dapat terjadi oleh adanya aktivitas berbagai serangga yang hidup didalamnya dengan memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat berkembang dan sumber makanan.
     Cara lain untuk pengendalian hama adalah dengan cara menginfeksikan penyakit pada hama betina atau jantan dan melepaskan serangga hama yang telah terinfeksi tersebut ke dalam hutan agar menularkan serangga – serangga yang lain. Biasanya pada serangga betina zat yang dimanfaatkan adalah feromon yang dihasilkan serangga. Feromon merupakan substansi kimia yang diskresikan ke dalam suatu lingkungan oleh suatu individu yang mempengaruhi perilaku individu yang lain pada species yang sama. Feromon seksual biasanya diproduksi betina bertindak sebagai penarik sek dan diproduksi oleh jantan sebagai  perangsang sek.




E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mencari tanaman yang terserang hama.
  3. Mengamati jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.
  4. Mengamati jenis predator yang memangsa hama yang menyerang tanaman tersebut.
  5. Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan dalan laporan sementara.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hama dan predator masing – masing tanaman



2. Foto hama dan predator









G. PEMBAHASAN
     Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) praktikan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum, adapun alat untuk pengamatan yaitu kertas hvs dan alat tulis, kemudian bahan yang dimiliki yaitu tanaman lamtoro, sengon, pulai, meranti, jambu mawar, gamal, murbei, ketapang, lamtoro, kruing, dan pulai. Kemudian melakukan pengamatan pada tanaman tersebut dan mencatat hama apa yang menyerang tanaman kemudian jenis predator yang ada pada tanaman , hama pada masing – masing tanaman ada yang sama dan berbeda, seperti hama tanaman lamtoro dan mahoni sama yaitu ulat namun oredator yang menyerang hama berbeda, hama yang menyerang tanaman paling banyak yaitu ulat namun pada tanaman murbei hama yang menyerang yaitu belalang dan burung sebagai predatornya, kemudian tanaman sengon terdapat hama kutu penghisap daun. Semut juga sebagian predator yang menyerang hama seperti ulat pada tanaman yang diamati. Hama menyerang bagian tanaman seperti daun dan batang, seperti hama ulat penggulung daun yang menyerang bagian daun dan predator yang ditemukan adalah semut merah. 
     Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Predator  adalah organisme yang hidup bebas sepanjang hidupnya, membunuh mangsa, biasanya lebih besar dari mangsanya, dan memerlukan lebih dari satu mangsa untuk menyelesaikan perkembangannya. Predator alami juga sering dibudidayakan untuk mengendalikan hama yang menyerang pohon hutan, penerapan membasmi hama dengan predator alami lebih ramah lingkungan. 




H. KESIMPULAN 
     Pada praktikum acara VII tentang pengenalan musuh alami (predator) dapat disimpulkan bahwa :
  1. Predator adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian.
  2. Contoh hama yang menyerang tanaman lamtoro adalah ulat, predatornya yaitu kepik dari family pentatomidae.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015.”Cahaya untuk serangga”. httpsk://kuliah.blogspot.com.html. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, pukul 21.00 WIB. 
Ilham. 2015. “faktor – faktor lingkunga serangga”. https://ilham-agt08blogspot.com. html. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, pukul 20.00 WIB.
Nur, 2014. “Lingkungan serangga”.  https://nurrr.wordpress.com.html. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, pukul 21.07 WIB.