Pages

Laporan Praktikum Perlindungan Hutan

ACARA I
PENGENALAN TUBUH SERANGGA


A. Tujuan
  1. Mengenal morfologi serangga sebagai hama pada tanaman hutan.
  2. Membedakan beberapa ordo serangga sebagai hama.

B. Tempat dan Tanggal
  1. Tempat : Laboratorium Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan
  2. Tanggal : 14 Januari ....

C. Alat dan Bahan
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. preparat

b) Bahan 
  1. Ordo Orthoptera
  2. Ordo Lepidoptera
  3. Ordo Dipteral
  4. Ordo Hymenoptera
  5. Ordo Homoptera
  6. Ordo Hemiptera
  7. Ordo Coleoptera
  8. Ordo Isoptera
  9. Ordo Onodota


D. Cara Kerja
1. Mengamati tubuh serangga belalang dari arah lateral. Memperhatikan tubuh yang beruas – ruas yang terdiri atas bagian kepala (caput), thorax, dan abdomen.

2. Menganalisa bagian kepala berupa alat – alat atau organ tubuh, yaitu antena majemuk, mata tunggal, frons, gena, vertex, occiput, clypeus, alat mulut(labrum, mandibulla, maxila, dan labium). 

3. Menganalisa bagian dada yang terdiri atas prothorax, mesothorax, dan metathorax.
a. Perhatikan adanya sepasang kaki pada setiap ruas, jika mempunyai dua pasang sayap, sayap tersebut berada pada meso dan metathorax.
b. Setiap ruas thrax terdiri atas tiga sklerit, yaitu sebelah dorsal disebut tergum, sebelah ventral disebut sternum. Dan sebelah lateral disebut pleuron.

4. Menganalisa bagian kaki, jumlahnya ada 3 pasang , setiap ruas kaki terdiri atas coxa, trochanter, femur, tibia, dan tarsus (perhatikan banyaknya ruas yang menyusun tarsus dan bagaimana susunannya) serta claw.

5. Menganalisa bagian abdomen, terdiri atas 11 ruas, ruas terakhir hanya terdiri dari alat tambahan, sehingga kebanyakan jumlah ruas abdomen ada 10 ruas. Skleriht dorsal disebut tergum, sklerit ventral disebut sternum, dan sklerit lateral disebut pleuron.


E. Hasil Pengamatan
1. Ordo Diptera 
a. Gambar Nyamuk
b. Arti : Dip = Dua, Ptera = Sayap
c. Tipe Mulut : Penjilat – Pengisap
d. Tipe Larva : Tidak berkaki
e. Tipe metamorfosis : Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur – Larva – Pupa - Imago
g. Tipe pupa : Coartacta
h. Arti penting : Predator
i. Contoh : Nyamuk


2. Ordo Isoptera
a. Gambar Laron
b. Arti : Isop = Sama, Ptera = Sayap
c. Tipe mulut : Penggigit – Pengunyah
d. Tipe larva : -
e. Tipe metamorfosis : Tidak Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur – Nimfa – Imago
g. Tipe pupa : -
h. Arti penting : Hama 
i. Contoh : Rayap, Laron


3. Ordo Orthoptera
a. Gambar Jangkrik
b. Arti : Ortho : Sama, Ptera = Sayap
c. Tipe mulut : Penggigit – Pengunyah
d. Tipe larva   : -
e. Tipe metamorfosis : Tidak Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur – Nimfa – Imago
g. Tipe pupa : -
h. Arti penting : Predator dan Hama pada Tanaman
i. Contoh : Belalang


4. Ordo Lepidoptera
a. Gambar Ngengat
b. Arti : Lepido : Sisik ; Ptera : Sayap
c. Tipe mulut : Penghisap
d. Tipe larva : Polipoda
e. Tipe metamorfosis : Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur→Larva→Pupa→Imago
g. Tipe pupa : Obtecta
h. Arti penting : Larva → Hama , Imago → Penyerbuk
i. Contoh Lain : Kupu - Kupu


5. Ordo Hymenoptera
a. Gambar Tawon
b. Arti : Hymeno : Membran ; Ptera : Sayap
c. Tipe mulut : Penggigit
d. Tipe Larva : Veriform
e. Tipe metamorfosis : Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur→Larva→Pupa→Imago
g. Tipe pupa : Eksarat
h. Arti penting : Parasit, Predator, Penyerbuk
i. Contoh Lain : Lebah, Semut Hitam


6. Ordo Homoptera
a. Gambar Kutu Daun
b. Arti : Homo : Seperti ; Ptera : Sayap
c. Tipe mulut : Penghisap
d. Tipe larva :  -
e. Tipe metamorfosis : Tidak Sempurna
f. Fase metamorphosis : Telur→Nimpha→Imago
g. Tipe pupa :  -
h. Arti penting : Hama 
i. Contoh Lain : Wereng Coklat


7. Ordo Hemiptera
a. Gambar Walang Sangit
b. Arti : Hemi : Setengah ; Ptera : Sayap
c. Tipe mulut : Penusuk dan Penghisap
d. Tipe larva : -
e. Tipe metamorfosis : Tidak sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur→Nimpha→Imago
g. Tipe pupa : -
h. Arti penting : Hama predator dan Vector Penyakit
i. Contoh lain : Kepik Hijau


8. Ordo Coleoptera
a. Gambar Kumbang Beras
b. Arti : coleo : Sarung pedang, Ptera : Sayap
c. Tipe mulut : Penggigit - Pengunyah
d. Tipe larva : Olygopoda
e. Tipe metamorfosis : Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur→Larva→Pupa→Imago
g. Tipe pupa : Libora
h. Arti penting : Hama Perusak Akar dan Predator
i. Contoh lain : Kumbang Gasing


9. Ordo Odonata
a. Gambar Capung Jarum
b. Arti : Bergigi
c. Tipe mulut : Penggigit Pengunyah
d. Tipe larva : -
e. Tipe metamorfosis : Tidak Sempurna
f. Fase metamorfosis : Telur→Nimpha→Imago
g. Tipe pupa : -
h. Arti penting : Predator Serangga 
i. Contoh Lain : Capung


F. Pembahasan
     Pada praktikum perlindungan hutan acara Pengenalan Tubuh Serangga ini praktikan melakukan pengamatan pada beberapa ordo serangga. Adapun beberapa ordo yang diamata meliputi Ordo Orthoptera, Ordo Lepidoptera ,Ordo Diptera , Ordo Hymenoptera, Ordo Homoptera, Ordo Hemiptera, Ordo Coleoptera, Ordo Isoptera Pertama-tama praktikan menyiapkan alat dan bahan seperti preparat serangga dari beberapa ordo yang diberi sebelumnya, buku-buku acuan pustaka, alat tulis dan kertas isian untuk laporan sementara. Lalu praktikan melakukan pengamatan pada preparat yang sudah diberikan adapun aspek yang diamati meliputi Arti ordo,Tipe mulut, Tipe larva, Tipe metamorphosis, Fase metamorphosis, Tipe pupa, Contoh dan Arti penting, Arti Ordo ini juga bisa menjadi acuan untuk mengetahui morfologi serangga yang di amati teruama morfologi pada sayap serangga, tipe mulut diamati untuk mengetahui jenis makanan yang serangga tersebut konsumsi, tipe larva terdapat berbagai macam namun untuk serangga yang metamorfosisnya tidak sempurna tidak mengalami fase larva jadi fase setelah telur yaitu langsung nimpha lalu imago, untuk fase metamorphosis juga sama untuk ordo yang metamorphosis nya tidak sempuran fase nya yaitu Telur→Nimpha→Imago sedangkan yang sempurna Telur→Larva→Pupa→Imago, praktikan  melakukan identifikasi melalui kunci determinasi yang sudah di siapkan , Teknik pembacaan kunci determinasi pada praktikum ini dilakukan dengan pembacaan mulai dari bawah ke atas atau dengan cara melihat ordo lalu meneruskan lewat angka-angka sebelumnya, hal ini digunakan untuk mempercepat pekerjaan karena waktu yang terbatas saat praktikum, hal ini juga dikarenakan seranga yang diidentifikasi sudah diketahui jenis ordonya. Setelah data ditemukan lalu praktikan melakukan pencatatan pada laporan sementara yang nntinya dipakai sebagai acuanuntuk pembuatan laporan yang sesungguhnya 


G. Kesimpulan
Pada praktikum acara I tentang pengenalan tubuh serangga dapat disimpulkan bahwa :
  1. Arti nama bisa menunjukan tipe morfologi serangga pada sayap.
  2. Serangga yang merupakan hama tanaman terdapat pada ordo Isoptera Orthoptera,dan Ordo Coleoptera.
  3. Tipe metamorfosis serangga tidak sempurna adalah telur – nimfa – imago sedangkan tipe metamorfosis serangga sempurna yaitu Telur→Larva→Pupa→Imago
  4. Pada serangga yang  metamorphosis nya tidak sempurna tidak mengalami fase larva





DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Perlindungan Tanaman. 2018. Diktat Pengantar Praktikum Ilmu Hama Tanaman I. Sekolah Tinggi Pertanian. Yogyakarta.

Prijono, Agus. 2018. Penuntun dan Petunjuk Praktikum Ilmu Hama dan penyakit hutan Hutan. Institut Pertanian Stiper. Yogyakarta.

Sulthoni, A dan Subyanto. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.

Sumardi dan S.M Widyastuti. 2004. Dasar – Dasar Perlindungan Hutan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah (Dekomposer)

ACARA VI
Dekomposer

A. TUJUAN
Mengetahui bagaimana cara pembuatan dekomposer dengan baik.

B. TINJAUAN PUSTAKA 
     Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memakan organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain. Pengurai membantu siklus nutrisi kembali ke ekosistem lainnya. Dekomposer membuat tanah kaya dengan menambahkan senyawa organik dengan itu. Zat seperti karbon, air dan nitrogen dikembalikan ke ekosistem melalui tindakan pengurai. Yang termasuk contoh pengurai (dekomposer) adalah serangga, cacing tanah, bakteri, jamur, belatung, lactobacteria, kecoa, ragi, siput, lumut, dan actinomycetes. Dekomposer disebut juga dengan organisme pemakan bangkai/organisme detritivor. Dekomposer adalah organisme yang memakan organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain. Dekomposer atau pengurai adalah pembantu dalam mengembalikan ekosistem siklus nutrisi. Fungsi dari dekomposer adalah pengurai dalam suatu ekosistem karena menguraikan makhluk hidup yang telah mati dan menguraikan makanan.


     Dekomposer merupakan makhluk hidup yang mendapatkan energi dengan cara menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati. Selain pengurai, didalam komponen biotik menurut cara hidupnya ada juga produsen dan konsumen. Produsen artinya penghasil, produsen bisa menghasilkan makanannya sendiri dengan cara berfotosintesis. Dekomposer memiliki fungsi penting dalam sebuah ekosistem. Hewan atau tumbuhan yang sudah mati akan diuraikan dan dikembalikan ke tanah menjadi unsur hara atau zat anorganik yang penting untuk pertumbuhan dan kegiatan penguraian akan menghasilkan gas karbondioksida yang sangat bermanfaat dalam proses fotositesis. Dekomposer memperoleh nutrisi dan energi dengan memecah organisme yang sudah mati dan kotoran hewan. Melalui proses ini, pengurai melepaskan nutrisi, seperit karbon dan nitrogen kembali ke lingkungan. Nutrisi ini di daur ulang kembali pada ekosistem membuat produsen bisa memanfaatkannya. Kemudian diteruskan ke organisme lain pada saat mereka dimakan atau dikonsumsi. Banyak nutrisi ini didaur ulang kembali pada dalam tanah, sehingga mereka bisa diambil oleh akar tanaman.


C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat : 
  1. Ember 
  2. Saringan untuk menyaring sari buah
  3. Kain kasa untuk penutup ember
  4. Tali sebagai pengikat kain ember
  5. Blender 

b) Bahan : 
  1. Pepaya 
  2. Gula merah
  3. Air leri
  4. Air
  5. EM4




D. CARA KERJA
1. Pepaya dicacah kemudian diblender hingga halus


2. Gula merah dicacah sampai lembut sebelum dicampur dengan pepaya

3. Dituang papaya yang telah di blender


4. Disaring hasil blenderan pepaya hingga tersisa ampas pepaya

5. Kemudian ditambahkan air cucian beras secukupnya


6. Ditambah air secukupnya

7. Menambahkan dedak dan diaduk


8. Menyaring kembali MOL

9. Menambahkan EM4


10. Menyaring kembali MOL 

11. Ditutup menggunakan saringan 
         

E. HASIL PENGAMATAN
Hasil Dari Dekomposer setelah 3 pekan
  1. Warna : Kuning kecoklatan
  2. Aroma : Aroma berbau busuk, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, MOL  sudah jadi dan siap untuk diaplikasikan.










DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Panduan Praktikum Pemupukan dan Kesuburan Tanah. Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.

Ardra. 2015. “Fungsi Dekomposer”. Diakses pada 18 September 2019, pukul 20.00 WIB.

Dio. 2011. “Pengertian Dekomposer“. Dalam https://www.temukanpengertian.com. Diakses pada 20 September 2019, pukul 20.44 WIB.

Laporan Praktikum Pembuatan Kompos

ACARA V
Pembuatan Kompos
 
A. TUJUAN 
Mampu membuat kompos dengan bahan dasar kotoran kandang.

B. TINJAUAN PUSTAKA 
     Kompos merupakan pupuk alami (organik) yang dapat dibuat dari bahan-bahan hijau dan bahan organik lainnya yang ditambahkan dengan sengaja sehingga proses pembusukan akan lebih cepat. Hasil dekomposisi atau fermentasi bahan-bahan organik seperti sisa hewan, tanaman, dan limbah organik lainnya dapat menghasilkan kompos yang dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah, menambah daya ikat air terhadap tanah, dan memperbaiki sifat-sifat tanah lainnya. Pupuk kompos mengandung unsur-unsur hara mineral yang baik untuk tanaman serta meningkatkan bahan organik dalam tanah. Pembuatan pupuk ini pun dapat dibuat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan dengan harga pembuatan yang relatif murah. Pemanfaatan limbah-limbah pertanian atau sampah organik untuk bahan baku pembuatan pupuk ini sangat menguntungkan dengan tidak adanya modal yang besar untuk pembuatannya.


     Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus atau kompos. Proses pengomposan melibatkan sejumlah organisme tanah termasuk bakteri, jamur, protozoa, aktinomycetes, cacing tanah, dan serangga (Simamora dan Salundik, 2006). Menurut Indriani (2008) pengomposan merupakan peruraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur termofilik (temperatur yang tinggi) dengan hasil akhir bahan yang cukup bagus untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan.



C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Cangkul
  2. Gembor
  3. Ember
  4. Karung
  5. Ayakan
  6. Termometer suhu
  7. Stik ph
  8. Botol aqua gelas
  9. Alat tulis

b) Bahan :
  1. Kotoran kandang sapi
  2. Arang sekam
  3. Daun- daunan layu
  4. Dedak
  5. Dolomite
  6. Urea
  7. Decomposer(EM4, stardek, biang kompos,)
  8. Air


D. CARA KERJA
a) Pembuatan Kompos Aerob dan Anaerob
1. Menyiapkan lahan 1 meter persegi untuk tempat pengomposan untuk Aerob sedangkan Anaerob di dalam tong.
2. Membuat gundukan bahan kompos setinggi 60 cm yang terdiri dari 6 lapisan. Masing-masing lapisan setebal 10 cm, berselang – seling antara kotoran kandang dan bahan pengkaya unsur.

        
3.Tambahkan air secukupnya sehingga kadar lengas tumpukan mencapai sekitar 50%
4. Setelah selesai dicampr dan di buat gunduaan pembuatan kompos Aerob di tutup menggunakan karung

      
5. Melakukan pengamatan setiap minggu, selama 6 minggu parameter yang di amati adalah suhu, tekstur, warna, aroma dan pH.
6. Kompos akan matang sekitar 4-6 minggu. Kompos diayak dengan ayakan. Bahan yang tidak lolos mata saringan dikomposkan kembali.



E. HASIL PENGAMATAN
Untuk mengetahui hasil dari kompos yang telah kira buat dan telah kita amati, kita  dapat melakukan pengamatan ini dengan cara di antaranya yaitu :
1. Kompos Aerob

Deskripsi Hasil Kompos Aerob
  1. Tekstur : agak lembek
  2. Warna : Coklat tua
  3. Aroma : Agak Bau
  4. Suhu : 28OC
  5. PH         : 5

2. Kompos AnAerob


Deskripsi Hasil Kompos AnAerob
  1. Tekstur : Gembur 
  2. Warna : Cokelat
  3. Aroma : Bau
  4. Suhu : 27OC
  5. PH         : 7

3. Bioreaktor Kompos

 


Deskripsi Hasil Bioreaktor Kompos
  1. Belatung  : Ada banyak
  2. Warna : Coklat tua
  3. Aroma : Bau 
  4. Kekerasan bahan : lembek


DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2014. “Pengertian Kompos, dan Jenis Kompos”. Dalam  https://foresteract.com/kompos/. Diakses pada 18 September 2019, pukul 20.50 WIB.
Anonim 2. 2015. “Kompos dan Pengomposan”. Dalam  http://belajar-di-rumah.blogspot.com/2012/10/kompos-dan-pengomposan.html. Diakses pada 18 September 2019, pukul 22.10 WIB.
Anonim 3. 2019. Panduan Praktikum Pemupukan dan Kesuburan Tanah. Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.

Laporan Praktikum Aplikasi Pupuk

ACARA III
Aplikasi Pupuk

A. TUJUAN
  1. Menghitung kebutuhan pupuk.   
  2. Melakukan pemupukan pada tanman dengan berbagai metode.

B. TINJAUAN PUSTAKA 
     Pemupukan bertujuan memberikan tambahan nutrisi pada tanah, yang secara langsung maupun tidak langsung akan diserap oleh tanaman untuk metabolismenya. Nutrisi yang dibutuhkan terdiri dari makronutrien seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dan mikronutrien seperti unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng dan lainnya. Pemupukan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui akar dan daun. Pemupukan melalui akar bertujuan memberikan unsur hara pada tanah untuk kebutuhan tanaman. Pada umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara disebar (broadcasting), ditempatkan dalam lubang (spot placement), larikan atau barisan (ring placement). Sedangkan melalui daun, pemupukan dilakukan secara penyemprotan (spraying). Aplikasi pemupukan pada tanaman semusim dan tahunan berbeda. Pada tanaman semusim seperti kacang-kacangan, sayuran, padi, jagung, dan lainnya menggunakan metode pemupukan secara disebar, dalam lubang, atau larikan. Sedangkan pada tanaman tahunan seperti tanaman buah-buahan, kopi, teh, kakao, kelapa, dan lainnya menggunakan metode ring placement. 


Berikut ialah cara-cara pemupukan pada tanaman budidaya yang umum digunakan:
1. Broadcasting 
Pemupukan dengan cara disebar dilakukan apabila jarak tanam rapat dan teratur dalam barisan, contohnya tanaman padi. Selain itu cara ini cocok dilakukan untuk tanaman yang mempunyai akar dangkal, tanah cukup subur, dan dosis tinggi atau takaran pemupukan yang banyak. Cara ini dapat pula dilakukan pada waktu pengolahan lahan dengan memberikan pupuk kandang sebelum tanam pada area tanam. Keuntungan memberi pupuk secara broadcasting yaitu lebih hemat waktu dan tenaga kerja serta mudah diaplikasikan untuk pemupukan tanaman budidaya, sedangkan kelemahan pemupukan secara disebar ialah berpotensi terjadinya penguapan atau volatilisasi ammonium (NH4) menjadi bentuk gas ammonia (NH3), memacu pertumbuhan gulma.
2. Ring placement  atau circle.
Pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Ring placement umumnya digunakan untuk tanaman tahunan dengan ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dapat dilakukan apabila jarak tanaman tidak rapat, kesuburan tanah rendah dan perkembangan akar tanaman yang sedikit. Keuntungan aplikasi secara larikan atau barisan ialah pengambilan hara pupuk oleh tanaman lebih mudah dan kehilangan hara pupuk dapat di kurangi, sedangkan untuk kelemahan aplikasi ini kesuburan tanah rendah jika jumlah pupuk sedikit dan persebaran pupuk tidak merata.


3. Spot placement atau tugal.
Caranya di samping tanaman dibuat lubang sedalam kurang lebih 5-10 cm, kemudian pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut, setelah itu ditutup dengan tanah. Aplikasi pupuk secara spot placement dapat dilakukan apabila jarak tanam cukup lebar. Pemupukan pada tanaman jagung dapat menggunakan metode ini. Keuntungan memberi pupuk secara spot placement yaitu pupuk tidak mudah menguap dan aplikasi langsung ke dalam tanah dekat dengan akar tanaman. Kelemahannya ialah waktu yang diperlukan cukup lama, takaran pupuk diatur agar seragam tiap lubangnya.

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat 
  1. Cangkul
  2. Gembor 

b) Bahan
  1. Pupuk Urea
  2. Pupuk SP – 36
  3. Pohon mangga
  4. Pohon mindi 

D. CARA KERJA
a). Metode broadcasting
  1. Menentukan kebutuhan pupuk SP – 36 untuk satu tanaman.
  2. Melakukan pemupukan secara merata ke seluruh lahan dengan cara disebar.
  3. Menyiram tanaman dengan gembor.
b). Metode ring placement
  1. Menentukan kebutuhan pupuk untuk satu tanaman.
  2. Membuat parit sedalam 10 – 15 cm mengelilingi tanaman selebar tajuk terluar.
  3. Menaburkan pupuk dalam parit secara merata lalu ditutup dengan tanah.
  4. Menyiram tanaman dengan gembor.
c). Metode spot placement
  1. Menentukan kebutuhan pupuk untuk satu tanaman.
  2. Membuat lubang dalam baris tanaman sedalam 10 cm dengan tugal atau cangkul sebanyak empat lubang.
  3. Memasukkan pupuk ke dalam lubang, dan menutup kembali dengan tanah.
  4. Menyiram tanaman dengan gembor.

E. HASIL PENGAMATAN




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Panduan Praktikum Pemupukan dan Kesuburan Tanah.Institut Pertanian STIPER Yogyakarta.

Anonim. 2016. “Berbagai Cara Pemupukan Tanaman Budidaya”. Dalam  https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Berbagai-Cara-Pemupukan-Tanaman-Budidaya. Diakses pada tanggal 17 Agustus 2019, pukul 20.50 WIB.

Anonim. 2015. “Aplikasi Pemupukan dalam Tanaman”. Dalam  https://id.scribd.com/doc/116144681/aplikasi-pemupukan. Diakses pada tanggal 17 Agustus 2019, pukul 20.55 WIB.