Pages

Laporan Praktikum Survey dan Mapping (Pengguntingan)

I. ACARA III         : Pengguntingan
II. HARI, TANGGAL : Kamis, 11 Oktober 2018
III. TUJUAN         : 
  1. Melatih mahasiswa dalam menggunakan alat untuk dilapangkan.
  2. Melatih mahasiswa untuk memahami dalam pengukuran lapangan.
  3. Melatih mahasiswa untuk menghasilkan data dan penggamabran yang benar.

IV. DASAR TEORI
     Penguntingan adalah mengukur beda tinggi antara dua titik tempat dengan menggunakan garis visir horizontal. Penguntingan ini menggunakan alat optik theodolit atau pun waterpass, dengan demikian didapat pula perbedaan–perbedaan tinggi. Pada alat ini terdapat nivo yang dapat atau berguna untuk mengatur agar garis visir dari teropong horizontal dalm keadaan sejajar. Syarat penguntingan dalam pengukuran adalah garis visir dari teropong harus sejajar dengan garis dari nivo, garis arah nivo harus tegak lurus pada poros vertikal dan benang horizontal harus tegak lurus pada poros vertikal. Syarat ini begitu penting sekali agar penembakan dari satu ke titik yang lain mendapat hasil yang akurat. Didalam penguntingan dibedakan atas penguntingan tunggal dan penguntingan berikutan. Penguntingan tunggal adalah menentukan perbedaan tiggi dua titik. Alat penguntingan dipasang antara dua titik itu dan dalam menentukan beda antara dua titik dapat di lakukan dengan beberapa cara dalam penempatan alat diantaranya adalah penempatan alat ukur theodolit di atas salah satu titik dan alat ini yang dapat digunakan untuk membidik beberapa titik rambu yang akan dicari beda tingginya. Penempatan alat ukur theodolit diantara dua titik rambu sehingga dua titik rambu tersebut dapat diketahui beda tingginya (Yoga, Wananda. 2016).
     Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan sumber daya alam, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah dalam skala yang lebih detail merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat mendesak untuk disegerakan pengadaannya. Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya kebutuhan akan informasi yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan terpaksa mengadakan survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau terlambatnya Indonesia dalam memetakan seluruh wilayahnya untuk peta skala besar. Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan dengan garis ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur buatan manuasia seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya diatas muka bumi ini. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal (diidentifikasi) dan pada umumnya diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi sebenarnya. Peta topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi tersebut unsur-unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu dengan memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan umum untuk suatu pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah (Matt, Vince. 2017).
     Mengenai pengukuran melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan titik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol. Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan posisi keadaan planimetris diatas permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang hasilnya berupa peta topografi. Peta topografi mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka dasar (geometris/georefrensi) bagi pembuatan peta-peta lain (Fuan, Domin. 2017).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Theodolit         : 1 Unit
  2. Statif kaki tiga : 1 Unit
  3. Payung : 1 Buah
  4. Rambu ukur : 2 Unit
  5. Unting- unting : 1 Buah
  6. Roll meter : 1 Buah
  7. Laptop : 1 Unit
  8. Software

B. Bahan
  1. Lokasi
  2. Database


VI. CARA KERJA
  1. Meletakkan alat ukur theodolit pada statif dengan sekrup pengunci.
  2. Menyeimbangkan nivo
  3. Mengunci sudut vertikal dari arah utara astronomis adalah seabagi dasar horizontal (0).
  4. Meletakkan rambu-rambu didepan alat dan dibelakang alat, sejauh minimal 15 meter.
  5. Untuk melindungi alat theodolit dari sinar matahari maka sebaiknta alat dilindungi dengan payung.
  6. Melakukan pegamtan dengan cara membidik rambu dengan theodolit, melakukakn pembacaan benang atas, tengah dan bawah.
  7. Mengukur tinggi alat disetiap penempatan.
  8. Memindahkan alat theodolit sesuai dengan jalur yang sudah ditentukan oleh Co. Ass pembimbing untuk diukur beda tingginya sebanyak 7 kali perpindahan.
  9. Membuat dan menganalisa hasil percobaan menggunakan software pemetaan.



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel hasil pengamatan




B. Perhitungan 





VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
     Pada praktikum kali ini kita membahas tentang acara tiga yaitu tentang pengguntingan. Penguntingan di laksanakan untuk mengetahui beda tinggi antara titik satu dengan lainya. Data pada hasil pembahasan diperoleh dari pengamatan dan perhitungan pada titik titik yang telah ditentukan. Penguntingan dilakukan dengan theodolit. Untuk membaca sudut dari titik A ke B maka dilakukan penguncian sudut pada angka 00 dengan mengarahkan angka 0 pada pembatas sudut horizontal bagian atas lalu dikunci dengan sekrup pengunci horizontal bagian atas. Penguncian horizontal atas dilakukan saat teropong telah tepat mengarah ke rambu A. Untuk mengetahui selisih sudut A dan B maka sebelum di geser ke rambu B, maka dikunci sekrup horizontal bagian bawah tetapi sekrup pengunci bagian atas di lepas. Saat di geser tepat pada rambu B maka akan terbaca selisih sudut antara titik A dan B terhadap theodolit.   Dilakukan penguncian terhadap sumbu vertikal agar saat pengukuran arah tembak theodolit tidak melenceng ke atas maupun kebawah.  Theodolit diletakan pada titik patokan dan rambu diletakan pada titik yang lain.  Diamati batas atas dan batas bawah untuk koreksi batas tengah untuk mengetahui jarak antara 2 titik maupun perbedaan tinggi antara 2 titik. Perbedaan tinggi akan terdereksi dari perbedaan batas tengah. Sedangkan jarak didapatkan dari perbedaan batas atas dan batas bawah dikalikan 100. 
     Perbedaan tinggi antara titik-titik yang diamati diketahui dari perbedaan antara batas tengah muka dan batas tengah belakang. Perbedaan antara batas tengah titik A dan batas tengah titik B ialah perbedaan tinggi antara titik A dan titik B. Pengukuran sudut antara titik A dan B diperlukan agar arah titik yang diamati tidak melenceng.  Dihitung beda tinggi pada setiap pengamatan sehingga didapatkan pada data beda tinggi diantaranya beda tinggi antara titik A dan B pada station I sebesar (-0,67), beda tinggi antara titik A dan B pada station II sebesar (0,73), beda tinggi antara titik A dan B pada station III sebesar (0,82), beda tinggi antara titik A dan B pada station IV sebesar (0,07), beda tinggi antara titik A dan B pada station V sebesar (0,07), beda tinggi antara titik A dan B pada station VI sebesar (-0,1), beda tinggi antara titik A dan B pada station VII sebesar (-0,34) beda tinggi antara titik A dan B pada station VIII sebesar (0,08), beda tinggi antara titik A dan B pada station IX sebesar  (0,09), beda tinggi antara titik A dan B pada station X sebesar  (0,16).  Pada hasil perhitungan tanda negatif menunjukan bahwa kontur wilayah yang di ukur ketinggianya menurun. Sebaliknya bila diperoleh hasil positif maka hasil menunjukan bahwa ketinggian bertambah pada setiap pengukuran.
     Jarak diperoleh dari perhitungan antara batas atas dan batas bawah dikalikan 100.  Pada titik yang akan diukur jaraknya ditempatkan rambu ukur dan theodolit dibidikan ke arah rambu ukur. Terdapat beberapa hitungan dalam pengukuran diantaranya, perhitungan kesalahan, tinggi titik ukur dan tinggi titik terkoreksi. Perhitungan kesalahan ditujukan untuk mencari selisih antara ukuran di lapangan dengan ukuran yang sebenarnya. Perhitungan tinggi titik ukur ditujukan untuktuk mengetahui ketinggian titik, dengan cara menambahkan selisih ketinggian antara 2 titik dengan ketinggian sebelumnya. Tinggi titik terkoreksi digunakan untuk mengoreksi ketinggian yang telah diukur. Berdasarkan perhitungan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penguntingan dilakukan untuk mengetahui beda tinggi titik –titik yang ditentukan. Selain itu dalam penguntingan juga dapat dilakukan perhitungan jarak. 




IX. KESIMPULAN
     Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan tentang pengguntingan antara lain sebagai berikut :
  1. Penguntingan di laksanakan untuk mengetahui beda tinggi antara titik satu dengan lainya.
  2. Perbedaan tinggi antara titik-titik yang diamati diketahui dari perbedaan antara batas tengah muka dan batas tengah belakang.
  3. Perbedaan antara batas tengah titik A dan batas tengah titik B ialah perbedaan tinggi antara titik A dan titik B.
  4. Jarak diperoleh dari perhitungan antara batas atas dan batas bawah dikalikan 100.
  5. Dari perhitungan dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa penguntingan dilakukan untuk mengetahui beda tinggi titik –titik yang ditentukan. Selain itu dalam penguntingan juga dapat dilakukan perhitungan jarak.
  6. Tinggi titik terkoreksi digunakan untuk mengoreksi ketinggian yang telah diukur.




DAFTAR PUSTAKA
Wananda, Yoga. 2016. Laporan Survey Dan Mapping. http://yogawananda.blog spot.com/2016/04/laporan-survey-dan-mapping-penguntingan.html. Diakses pada 19 Desember 2018, pukul 00.48 WIB.

Vince, Matt. 2017. Laporan Survey Dan Pemetaan. https://boxvengeance.blog spot.com/2017/01/contoh-laporan-survey-dan-pemetaan.html. Diakses pada 19 Desember 2018, pukul 00.50 WIB.

Domin, Fuan. 2017. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah. https://www.academia. edu/26075062/laporan_paktikum_ilmu_ukur_tanah_II.html. Diakses pada 19 Desember 2018, pukul 00.50 WIB.