Pages

Laporan Praktikum Kadar Bahan Organik Tanah

I. Acara VI         : Kadar Bahan Organik Tanah
II. Tanggal Praktikum : Kamis, 04 April 2019
III. Tujuan         : Menetapkan kadar bahan organik tanah
IV. Metode         : Walkley & Black

V. Dasar Teori
     Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti. Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut. 
     Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik. Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
     Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan  bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah.Bahan organic lebih banyak di daerah  topsoil  dibandingkan di daerah subsoil, hal ini dikarenakan di daerah topsoil, kandungan bahan organik di bagian topsoil lebih tinggi dibandingkan di daerah subsoil. Hal ini disebabkan adanya aktivitas mikro organism dalam kegiatan proses pelapukan dan dekomposisi bahan orgaik dimana mikro organism aktif mendekomposisi pada daerah topsoil. Apabila semakin kedalam bawah tanah, maka aktivitas mikro organism akan semakin berkurang sehingga pada daerah subsoil akan memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah dibandingkan di daerah topsoil.




VI. Alat dan Bahan
A. Alat
  1. Labu takar 50 ml
  2. Pipet tetes
  3. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
  4. Pipet volume 5 ml
  5. Timbangan analistis
  6. Elenmeyer 100 atau 125 ml
  7. Buret dan statis
  8. Gelas ukur 25 atau 50 ml
  9. Sprayer

B. Bahan
  1. Contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm
  2. Aquadest
  3. Diphenylamine
  4. K2Cr2O7 IN
  5. H2SO4 pekat (min 96%)
  6. H3PO4 85%
  7. FeSO4 IN



VII. Cara Kerja
  1. Ditimbang contoh tanah seberat 1 N
  2. Dimasukkan dalam labu takar dan ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 IN dan 10    ml H2SO4 pekat.
  3. Dikocok dengan gerakan mendatar dan memutar. Warna harus tetap merah jingga. Kalau warna berubah menjadi biru atau hijau tambahkan lagi K2Cr2O7 IN dan H2SO4 dan setiap penambahan jumlahnya harus dicatat, penambahan blanko harus sama banyak.
  4. Diamkan kurang lebih 30 menit/sampai larutan dingin.
  5. Setelah dingin tambahkan 5 ml H3PO4 85%, dan 1 ml diphenylamine kemudian tambahkan aquadest sampai batas terra.
  6. Dikocok dengan cara membolak-balik sampai homogen dan dibiarkan mengendap.
  7. Diambil dengan pipet volume 5 ml larutan yang jernih, kemudian masukkan ke dalam elenmeyer dan tambahkan 15 ml aquadest.
  8. Kemudian dititrasi dengan FeSO4 hingga warna menjadi kehijauan, dan dicatat volume titrasinya (langkah 7 dan 8 diulangi 3 kali).



VIII. Hasil Analisis dan Perhitungan









DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. Isa, 1980. Klasifikasi dan Survey Tanah. Balai Penelitian Teh dan Kina: Bandung.
Darmawijaya, M. Isa, 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Foth, Henry D, 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.