I. Acara II : Tekstur Tanah
II. Tanggal Praktikum : Selasa, 02 April 2019
III. Tujuan :
- Menentukan persentase fraksi-fraksi tanah pasir,debu, dan lempung.
- Menentukan klas tekstur tanah dengan menggunakan segitiga USDA
IV. Metode : Hidrometer
V. Dasar Teori
Tekstur tanah adalah klasifikasi secara kualitatif mengenai kondisi suatu tanah berdasarkan tekstur fisiknya. Pengujian dan penerapan tekstur tanah diterapkan di lapangan maupun di laboratorium. Kategori utama dari tekstur tanah yaitu tanah berpasir, liat atau lempung dan geluh atau lanau, berdasarkan distribusi ukuran partikel tanah yang didapatkan dengan pengayakan. Kualitas tekstur tanah yang didapatkan bisa digunakan untuk berbagai penerapan, misal komoditas pertanian yang cocok untuk ditanam hingga kondisi dan perubahan lingkungan.
Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm. Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama banyaknya. Dari ketiga bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu bagian saja belum dapat mencerminkan jenis tanah.
Lazimnya disebut dua bagian tanah yang terpenting. misalnya : tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan seterusnya. dimana bagian yang terbanyak disebut lebih dahulu. Pada segitiga tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan organik, walaupun kapur dan bahan organik sangat ikut menentukan sifat-sifat tanah. Jika kandungan ini besar maka perlu disebut juga, misalnya tanah mengandung 20% liat dan 10-30% kapur; selanjutnya disebut tanah liat berkapur. Bila setiap bagian merupakan perbandingan yang merata, disebut tanah yang baik. Umpamanya saja mengandung 50-70% pasir (halus dan kasar), 10-15% lempung, 5-10% liat, 1-5% kapur, 3-5% bahan organik. Tekstur tanah merupakan dasar dari kebanyakan sifat-sifat tanah. Susunan menurut besarnya butir-butir suatu jenis tanah biasanya dilihat pada grafik segitiga. Menurut besarnya tersusun dari butir-butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.
VI. Alat dan Bahan
A. Alat
- Bouyocushydrometer
- Pengaduk listrik (mixer)
- Tabung sedimentasi
- Bak sedimentasi
- Pengukur waktu (jam/stop watch)
- Thermometer
- Timbang ananalitis
- Gelas arloji
- Gelas piala 600 ml
- Pengaduk
- Kertas label
B. Bahan
- Tanah keringangin 2 mm
- Air
- larutan pendisprersi
VII. Cara Kerja
- Timbang 50 gram contoh tanah 2 mm masukkan kedalam gelas piala.
- Tambahkan 10 ml larutkan pendispersi dan 150 ml aquades.
- Aduklah sampai semua butiran tanah hancur dan merata (homogen).
- Biarkan tanah terendam selama semalam.
- Pindahkan larutan tanah kedalam tabung mixer, dan bilaslah gelas piala dengan aquades agar semua tanah terpindahkan, kemudian diaduk selama minimal 10 menit.
- Tuangkan dan cuci isinya hingga bersih kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan aquades sampai batas tera.
- Tabung ditutup (dengan tangan/plastik) kemudian dikocok 10 kali.
- Setelah 40 detik dimasukkan hydrometer dan diukur (R1). Kemudian dimasukkan thermometer kedalam tabung dan diukur (t1). Diamkan selama 2 jam.
- Setelah 2 jam dimasukkan kembali hydrometer dan diukur (R2). Kemudian dimasukkan termometer dan diukur lagi (t2).
- Angkat hydrometer perlahan-lahan dan dicuci.
VIII. Hasil Analisis dan Perhitungan
USDA : SANDY LOAM (PASIR)
DAFTAR PUSTAKA
Bale, Anwar. 1996. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber. Daya Lahan. UGM, Jogjakarta.