Pages

Laporan Praktikum Aspek Biologis Serangga (Metamorfosa)

ACARA VI
ASPEK BIOLOGIS SERANGGA (Metamorfosa)

A. TUJUAN 
Mempelajari aspek biologis serangga/hama (Metamorfosa).

B. DASAR TEORI
     Pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik. Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. 




     Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
     Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama. Serangan penyebab penyakit dapat mengganggu fungsi fisiologis, di antaranya dalam proses yaitu pembentukan cadangan bahan dalam bentuk biji, akar dan tunas, pertumbuhan juvenil baik pada semai maupun perkembangan tunas, perpanjangan akar dalam usaha untuk mendapatkan air dan mineral, transportasi air, fotosintesis & translokasi fotosintat untuk dimanfaatkan oleh sel.  




C. PEMBAHASAN
     Pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetic. kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
     Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama.




D. KESIMPULAN
     Berdasarkan praktikum kali ini dan data yang diperoleh, praktikan dapat menyimpulkan bahwa:
  1. Pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
  2. Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama.
  3. Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen, patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi, patogen dapat diinokulasikan di spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. ”Pengendalian Hama”. https://ejurnal.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 19.00 WIB.
Anonim. 2014.  “Aspek Biologi Pada Serangga”. https://jurnal.kehutanan.go.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 19.50 WIB.
Porsiman. ”Aspek Biologis Serangga/Hama”. http://porisman-primata.blogspot. co.id/2013/06/hama-hutan.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 Pukul 17.36 WIB.

Laporan Praktikum Aspek Biologi Serangga

ACARA V
ASPEK BIOLOGI SERANGGA (PERILAKU SERANGGA)

A. TUJUAN
Mempelajari perilaku serangga dalam hubungannya dengan cahaya dan suhu

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Ilmu Hama Hutan
  2. Tanggal : 11 Oktober 2019

C. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
  1. Kertas HVS
  2. Alat tulis
  3. Lampu 10 watt
  4. Toples

b) Bahan
  1. Es Batu
  2. Semut
  3. Lalat 



D. PEMBAHASAN
     Praktikum acara V membahas tentang “Aspek Biologi Serangga”, yang dikhususkan pada perilaku serangga. Faktor fisik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah suhu, cahaya/sinar, hujan, kelembaban, dan angin. Faktor fisik tersebut dapat juga menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga. Namun pada praktikum ini hanya digunakan 2 faktor saja yaitu faktor suhu dan cahaya. Pengamatan dilakukan tiap 5 menit sekali dalam 1 jam. Adapun perlakuan yang diberikan pada serangga adalah diberi cahaya dari lampu 10 watt, diberi es batu, dan kontrol.
     Pada perlakuan es batu, lalat bergerak seperti biasa hingga menit ke-25. Pada menit ke-27, pergerakan lalat mulai berkurang dan menjadi sangat sedikit sebagai respon dari lalat terhadap suhu dingin dari es batu. Pada menit ke-30, lalat tidak bergerak lagi dan kemudian mati. Kemudian pada perlakuan cahaya lampu 10 watt, mulai dari waktu 5-10 menit lalat hanya bergerak sedikit, lalat terbang ke tempat tertentu kemudian diam. Lalu menit ke 15 lalat diam lagi lalu bergerak sekeliling toples walaupun tidak lama. Kemudian pada menit ke-20 lalat mulai berjalan ke sisi dinding toples. Pada menit ke-25 lalat mulai terbang ke berbagai arah, sebagai respon dari adanya panas yang dirasakan oleh lalat. Pada menit ke-30 hingga menit ke-55, lalat lebih aktif bergerak dan terbang ke segala arah terus-menerus dan menunjukkan gejala stress. 
     Pada menit ke-60 lalat semakin stress dan bergerak terus ke segala arah karena tidak adaptif lagi dengan suhu panas pada toples, panas pada lampu menyebabkan lalat bergerak lebih cepat setiap 5 menit sekali karena stress atau tidak kuat dengan panas yang dihasilkan cahaya lampu 10 watt. Pada perlakuan kontrol, lalat tetap bergerak biasa saja hingga menit ke-60 karena suhu pada toples standar, tidak panas juga tidak dingin. Dapat dikatakan, bahwa ada atau tidaknya cahaya mempengaruhi kehidupan serangga, suhu yang tinggi dan suhu yang rendah mempengaruhi kehidupan serangga menyebabkan aktivitas serangga menjadi menurun dan bahkan menyebabkan kematian pada serangga. Serangga juga lebih aktif di tempat terang daripada gelap.




E. KESIMPULAN
     Berdasarkan praktikum acara V dan data yang diperoleh, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa :
  1. Faktor fisik yang mempengaruhi kehidupan serangga berupa suhu, kelembaban, cahaya, hujan, dan angin.
  2. Serangga lebih aktif bergerak pada tempat yang terang daripada yang gelap.
  3. Serangga pada perlakuan lampu 10 watt mati pada menit ke 60 karena suhu di toples terlalu panas dan menyebabkan serangga mati.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. “Faktor pada serangga“. Dalam http://.madekindunia.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 14.44 WIB.
Anonim. 2019. Petunjuk Praktikum Ilmu Hama dan Penyakit Hutan. Institut Pertanian Stiper : Yogyakarta.
Bakri. 2011. “Kondisi serangga sesuai tempatnya”. Dalam http://bakri07. blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul 17.50 WIB.

Laporan Praktikum Ekologi Serangga

ACARA IV
EKOLOGI SERANGGA (Berbagai Habitat)

A. TUJUAN
Mengetahui kehadiran serangga pada tipe atau bentuk habitat yang berbeda.

B. TEMPAT DAN TANGGAL
  1. Tempat : Laboratorium Hama Hutan
  2. Tanggal   : 11 oktober 2019

C. ALAT DAN LOKASI PLOT
a) Alat
  1. Alat tulis
  2. Kertas HVS
  3. Tali rafia
  4. Gunting
  5. Potongan kayu / bambu

b) Lokasi Plot
  1. Di lahan terbuka
  2. Di lahan arboretum ternaungi
  3. Di arboretum terkena cahaya



D. DASAR TEORI
     Aktivitas hidup maupun pertumbuhan populasi serangga (hama) dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu daya biotic (BP) dan resistensi lingkungan (ER). BP merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh serangga yang mendorong populasi serangga menjadi banyka pada kondisi lingkungan yang optimum dan dipengaruhi oleh daya reprosuksi dan daya survival. Daya reproduksi dipengaruhi oleh keperidian siklus hidup dan sex ratio. Apabila species serangga biseksual memiliki keperidian yang tinggi dalam siklus hidup yang pendek (sangat pendek), maka jumlah keturuanannya (populasi) pada periode tertentu menjadi sangat besar. Terlebih lagi apabila serangga tersebut bersifat pathenogenesis murni.
     ER merupakan faktor lingkungan biotis maupun abiotis yang bekerja melawan BP. ER dipengaruhi oleh  3 faktor, yaitu faktor fisis, faktor makanan, dan faktor abiotis. Faktor fisis meliputi suhu, cahaya, kelembaban udara, cuaca, angin, curah hujan dan lainnya yang dipengaruhi pada aktivitas hidup serangga. Faktor makanan meliputi kualitas makanan(kecocokan makanan) dan kuantitas makanan (jumlah makanan) yang tersedia mendukung serangga menyelesaikan siklus hidupnya. Faktor biotis meliputi predator, parasit dan patogen yang ketiganya dapat menghambat aktivitas serangga, bahkan dapat membunuh serangga yang menjadi mangsa (prey) maupun inang (host)-nya, dan kompetisi interspesifik maupun intraspesifik.
     Apabila faktor ER dalam lingkungan kuat maka faktor ini akan menghambat BP. Dan sebaliknya apabila faktor ER dalam lingkungan lemah maka faktor ini akan memungkinkan faktor BP untuk menjadi kuat.




E. CARA KERJA
  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Membuat plot ukuran 1 x 1 pada 3 tempat yang berbeda, yaitu lahan terbuka,  lahan arboretum yang ternaungi, dan lahan arboretum yang terkena cahaya.
  3. Mengamati dan mencatat serangga yang terdapat pada masing – masing plot.
  4. Mengamati aktivitas serangga, apakah sedang makan tanaman atau sedang istirahat.
  5. Menentukan serangga yang dominan dengan melihat jumlahnya.
  6. Melakukan pengamatan selama 4 hari berturut – turut, pagi, siang, dan sore.


F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan




2. Layout lahan pengamatan


3. Gambar lahan pengamatan

 


G. PEMBAHASAN
     Pada praktikum acara IV tentang ekologi serangga (pengaruh cahaya terhadap  kehadiran serangga pada tempat yang berbeda) praktikan menyiapkan plot berukuran 1 x 1 m untuk mengamati serangga yang berada di beberapa tempat yaitu lahan terbuka, lahan arboretum ternaungi, dan lahan arboretum terkena cahaya, kemudian mengamati selama 4 hari pagi, siang, dan sore apa saja serangga yang ada pada plot yang sudah dibuat berdasarkan lahan yang telah dibuat. Kehadiran serangga pada ketiga lahan yang dibuat berbeda – beda, karena lahan terbuka cenderung memiliki serangga seperti kepik dan semut, begitu juga dengan lahan arboretum yang ternanungi terdapat serangga seperti capung dan kupu – kupu, walaupun jumlahnya tidak banyak namun dominasi serangga setiap lahan ada, pada lahan arboretum terkena cahaya dominasi serangga siang hari pada hari pertama yaitu semut kemudian di hari kedua pagi hari didominasi kepik. Jumlah dan dominasi setiap waktu dapat berbeda – beda tergantung tempat dan waktu, pada setiap lahan dan di setiap waktu dominasi serangga seperti belalang selalu ada walaupun jumlahnya tidak banyak, kemudian semut juga selalu ada pada setiap lahan dan waktu. 
     Cahaya mempengaruhi keberadaan serangga karena serangga lebih banyak terdapat pada lahan yang terbuka dan terang pada praktikum kali ini, sehingga dominasi serangga pada lahan tersebut banyak dan mudah didapat. Seperti contohnya pada lahan terbuka selalu ada serangga seperti belalang, maupun kepik yang terbang atau bergerak pada lahan tersebut walaupun jumlahnya tidak tetap, namun setiap waktu selalu ada. Serangga yang terdapat di lahan ternaungi di arboretum lebih banyak seperti semut dan aneka macam serangga lain yang berbeda jenis tiap waktunya.




H. KESIMPULAN 
     Pada praktikum acara IV tentang ekologi serangga (pengaruh cahaya terhadap  kehadiran serangga pada tempat yang berbeda) dapat disimpulkan bahwa :
  1. Serangga pada setiap lahan pengamatan selalu ada walaupun jumlah dan jenisnya berbeda – beda.
  2. Jenis serangga yang paling dominan di lahan terbuka yaitu kepik.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. ”Cahaya untuk serangga”. Dalam https://kuliah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 21.00 WIB. 
Ilham. 2015. “Faktor-faktor lingkungan serangga”. Dalam https://ilham-agt08blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019 pukul 20.00 WIB.
Nur, 2014. “Lingkungan serangga”.  Dalam https://nurrr.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 oktober 2019, Pukul 21.07 WIB.