Pages

Laporan Praktikum Mengukur Kesadahan Non Karbonat

I. JUDUL ACARA IV : Pengukuran kadar Karbonat (CO3) dan Bikarbonat 
              (HCO3) Atau mengukur Kesadahan Non Karbonat
II. HARI,TANGGAL   : Kamis, 11 April 2019
III. TUJUAN   :
  1. Mengetahui kadar CO3 yang terkandung pada sample air.
  2. Mengetahui kadar HCO3 yang terkandung pada sample air.

IV. DASAR TEORI
     Ion karbonat yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan secara asidimetri, dengan larutan HCl sebagai standar. Penambahan larutan HCl ke dalam larutan yang mengandung campuran ion karbonat dan bikarbonat. Dalam hal ini, reaksi terjadi dalam dua langkah, yakni yang pertama merupakan perubahan dari ion karbonat menjadi ion bikarbonat, maka pH larutan kira – kira 8,2. Setelah langkah petama berlangsung sempurna, maka ion bikarbonat yang terdapat dalam larutan yang diselidiki berasal dari ion bikarbonat mula - mula dan berasal dari perubahan tersebut. Penambahan HCl lebih lanjut akan merubah semua ion bikarbonat menjadi asam karbonat. HCO3- + H3O  → H2CO3  + H2O Kesempurnaan reaksi ini dapat diselidiki dengan bantuan indikator metyl orange ( trayek pH antara 3,1 dan 4,4 ). Prosedur di atas juga dapat dipakai untuk penentuan kandungan bikarbonat dan karbonat dalam air.  Ion karbonat dan bikarbonat adalah salah satu bagian dari golongan basa. Umumnya ion - ion ini banyak ditemukan pada batu kapur atau batu tulis yang digunakan sebagai campuran bahan - bahan bangunan. Dalam penentuan kadar ion karbonat dan ion bikarbonat dalam suatu cuplikan, digunakan metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan salah satu bagian analisis volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi netralisasi. Titrasi asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan asam sebagai larutan standar (Yoga, 2016).
     Kesadahan air (hardness) adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Sedang pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3 (Anonim, 2013).
     Air merupakan pelarut yang sangat baik, sehingga di alam umumnya  berada dalam keadaan tidak murni. Air alam mengandung berbagai jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta mengandung mikroorganisme. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu kesehatan, air dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar jika terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia. Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai ke tingkat tertentu dan membuat air tidak berfungsi lagi sesuai dengan tujuan  penggunaannya (Gita, 2019).



V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Labu Erlenmeyer : 3 unit
  2. Gelas ukur 100 ml : 1 buah
  3. Pipet volume : 1 buah
  4. Buret : 1 buah

B. Bahan
  1. Sample air selokan : 25 ml
  2. Sample air sungai : 25 ml
  3. Larutan H2SO4 0,050 N         : 10 ml
  4. Larutan Indikator PP : 3 tetes 
  5. Larutan indikator metyl orange (MO) : 2 tetes
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Menyiapkan sample air sebanyak 25 ml, masukkan kedalam labu erlenmayer.
  2. Menambahkan beberapa tetes larutan indikator PP sebanyak 3 tetes.
  3. Menambahkan 2 tetes larutan metyl orange ke dalam tiap sample
  4. Melakukan titrasi dengan larutan H2SO4 sampai warna berubah menjadi jingga catat volume yang di inginkan.



B. Skematis
  1. Disiapkan sample air sebanyak 25 ml, pada labu erlenmeyer dan di beri tanda. 

  2. Ditambahkan beberapa tetes larutan indikator PP kedalam sample sebanyak 3 tetes. 

  3. Ditambah larutan metyl orange kedalam sample 2 tetes. 

  4. Dititrasi sample tersebut dengan larutan H2SO4 standar sampai sample berubah warna dan catat volume larutan yang terpakai sampai sample berubah warna. 



VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Analisa Hardness dalam Air. http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/ 04/analisa-hardness-dalam-air.html. Diakses 13 April 2019, pukul 14.08 WIB.

Pambayun, Gita.  2019. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi EDTA. https://www.academia.edu/9180678/Penentuan_Kadar_Kesadahan_Air_ dengan_Metode_Titrasi_EDTA.html. Diakses 13 April 2019, pukul 14.17 WIB.

Wananda, Yoga.  2016. Laporan Kualitas Air Pengukuran Kadar. http://yoga wananda.blogspot.com/2016/04/laporan-kualitas-air-pengukuran-kadar.html. Diakses 13 April 2019,  pukul 13.59 WIB.