Pages

Laporan Praktikum Pola Pembahasan Tanah

I. ACARA IV : Pola Pembasahan Tanah
II. HARI/TANGGAL : Rabu, 17 Oktober 2018
III. TUJUAN : 
  1. Mempelajari proses gerakan air  dalam tanah setelah adanya proses infiltrasi.
  2. Dapat mengetahui bagaimana perbedaaan gambar gerakan air dengan media yang berbeda.
IV. DASAR TEORI
     Pola pembasahan tanah adalah gambaran bagian tanah yang basah pada saat tertentu. Bagian yang basah tersebut merupakan daerah yang sudah dicapai oleh gerakan air dalam tanah selama pemberian air. Metode – metode ditujukan guna pemberian air dapat secara uniform distribusinya pada permukaan tanah. Gaya yang paling dominan pada gerakan aliran air didalam tanah adalah gaya grafitasi. Selama periode proses evaporasi dan transpirasi, gradien gaya tekan lebih besar dari gaya grafitasi. Sehingga gerakan akan terbentuk vertikal kearah bawah. Gerakan air ke arah vertikal lebih dominan daripada gerakan ke arah horizontal yang ditandai dengan jarak pembasahan kearah vertikal lebih lebar daripada jarak pembasahan ke arah horizontal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada tanah bertekstur kasar seperti pasiran akan membentuk pola pembasahan tanah yang cenderung ke arah horizontall. Pada kondisi tersebut, gaya gravitasi lebih kecil daripada gaya adhesi dan kohesi atau dengan kata lain potensial matrik tanah pasiran lebih besar daripada potensial gravitasinya (Anonim, 2009).
     Salah satu kendala produksi tanaman di lahan kering adalah terbatasnya air untuk tanaman, terutama pada musim kemarau. Kendala ini terutama untuk budidaya tanaman sayuran semusim seperti sawi, selada, kangkung, bayam, bawang daun, dan lain-lain. Karena itu, lahan kering khususnya di musim kemarau lebih banyak diistirahatkan (bera). kondisi sumberdaya air pada sebagian besar daerah di Indonesia telah memasuki pada tingkat waspada sampai tingkat kritis, sedangkan kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lainnya terus meningkat. Oleh karena itu, ketersediaan sumberdaya air yang terbatas harus dimanfaatkan secara hemat (efisien) dan efektif terutama dalam bidang pertanian. Guna memanfaatkan jumlah air yang terbatas untuk budidaya tanaman sayuran di lahan kering diperlukan teknologi irigasi yang hemat air seperti irigasi tetes modern (komersial). Namun irigasi tetes modern (komersial) belum dapat diterapkan oleh petani karena harganya mahal yang belum terjangkau oleh petani, semua komponen-komponennya masih diimpor dan dalam pengoperasiannya diperlukan keahlian yang memadai (Hendra, 2014).
     Irigasi dan drainase saling berhubungan, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan,  pemanfaatan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Drainase merupakan kepentingan utama dalam reklamasi tanah yang beragam dan kerap kali yang terendam air. Bahkan jika hanya daerah itu yang telah diusahakan pertaniannya dipertimbangkan, drainase menguntungkan pertanian irigasi dan masyarakat umum dalam  banyak cara. Pemakaian air secara efisien pada daerah irigasi yang lebih tinggi mengurangi keperluan drainase dari tanah yang lebih rendah. Penggenangan dari daerah yang lebih rendah sejalan dengan limpahan sungai dengan saluran-saluran drainase alamiah selam periode aliran maksimum merupakan pembentuk sumber kelebihan air dalam daerah aliran air lembah tertentu dalam daerah kering dari berbagai arah. Drainase cukup meningkatkan susunan tanah dan menaikkan serta menyempurnakan produktivitas tanah. Drainase juga memperbaiki kesehatan lingkungan dan membuat daerah pemukiman lebih menarik. Keuntungan lain dari drainase yaitu mempunyai kapasitas penyaluran kelebihan yang cukup memuaskan, memudahkan pengerjaan dengan input yang relatif murah dan pengerjaannya dapat dengan mekanis/tenaga manusia (Afni, 2012).




V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
  1. Kotak kaca berskala : 2 buah
  2. Penetes air (emitter,sprayer,dll) : 2 buah
  3. Pena         : 1 buah
  4. Kertas milimeter         : 2 buah
  5. Stopwatch         : 1 buah

B. Bahan
  1. Tanah berdebu : secukupnya
  2. Tanah berpasir : secukupnya
  3. Air                 : 1000 ml

VI. CARA KERJA
A. Teoritis
  1. Memasukkan tanah kedalam kotak kaca berskala, kemudian diratakan.
  2. Meletakkan penetes (emitter/dripper) di tengah permukaan tanah.
  3. Menjalankan penetas.
  4. Membuat tanda pada kertas yang ditempatkan pada dinding kotak kaca berskala setiap 5 menit dan kelipatannya.
  5. Mencatat waktu dan ukurlah jarak pembasahannya kearah vertikal, horizontal dan diagonalnya.
  6. Mengisikan data pada tabel terlampir.
  7. Membuat grafik pola pembasahan pada kertas milimeter.



B. Skematis
  1. Dimasukkan tanah kedalam kotak kaca berskala, kemudian diratakan. 

  2. Diletakkan penetes (emitter/dripper) di tengah permukaan tanah. 

  3. Dijalankan penetas. 

  4. Dibuat tanda pada kertas yang ditempatkan pada dinding kotak kaca berskala setiap 5 menit dan kelipatannya. 

  5. Dicatat waktu dan ukurlah jarak pembasahannya kearah vertikal, horizontal dan diagonalnya. 

  6. Diisikan data pada tabel terlampir. 

  7. Dibuat grafik pola pembasahan pada kertas milimeter. 



VII. HASIL PENGAMATAN 
A. Tabel Pengamatan
1. Jenis tanah = Tanah berdebu


2. Jenis tanah = Tanah berpasir


B. Grafik Hasil Pengamatan
1. Tanah Berpasir 

2. Tanah Berdebu 

 




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. “Pola Pembasahan“. http://gdurl.com/TOuK/download;amp.html. Diakses pada 20 Oktober 2018, pukul 22.46 WIB.

Rahma, Afni. 2012. “Audit Sistem Irigasi”. https://www.academia.edu/5171940/ AUDIT.html. Diakses pada 20 Oktober  2018, pukul 22.54 WIB.

Yanto, Hendra. 2009. “Makalah Irigasi“. http://makalah-info.blogspot.com/2009/07/ irigasi.html. Diakses pada 20 Oktober 2018, pukul  22.43 WIB.