Pages

Contoh Essay Indonesia Emas 2045

Peran Teknologi Pertanian dalam Mencapai Swasembada Pangan 
dan Ekspor untuk Menuju Indonesia Emas 2045

Peran Teknologi Pertanian dalam Mencapai Swasembada Pangan dan Ekspor untuk Menuju Indonesia Emas 2045 demikian pejabat Direktorat Jenderal Industri Agro – Kementerian Perindustrian RI, Ir. Abdul Rochim, M.Si sampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Mahasiswa Teknologi Pertanian Indonesia (IMTPI). Dalam perkembangannya, pertanian menjadi aktor utama dalam menjaga stabilitas perekonomian negara, karena pertanian merupakan salah satu bidang penyumbang terbesar bagi devisa negara setelah minyak bumi dan gas. Indonesia dikenal sebagai negara agraris, namun dibalik itu semua terdapat banyak permasalahan-permasalahan pada sektor pertanian. Keprihatinan Abdul Rochim tersebut sangat beralasan karena permasalahan-permasalah pertanian antara lain : (1). konversi lahan tidak terkendali, banyak lahan pertanian diubah menjadi pemukiman dan gedung-gedung besar. (2). Perubahan iklim sering terjadi, akibat iklim yang sering berubah-ubah menyebabkan para petani kesulitan dalam menentukan masa tanam. (3). Daya saing produk rendah, produk-produk indonesia sangat banyak tapi kualitasnya rendah menyebabkan daya saing produk menjadi rendah. (4). Pemanfaatan teknologi rendah, teknologi sudah berkembang secara cepat tetapi kebanyakan petani masih memilih cara tradisional dalam melakukan setiap pekerjaannya. (5). Ketersediaan SDM trampil & berkomitment rendah, kurangnya minat para generasi muda untuk terjun ke duina pertanian menyebabkan kurangnya SDM yang trampil dan berkomitmen tinggi dalam menjalankan usaha pertanian. (6). Perubahan Mainset, para pemuda sekarang beranggapan bahwa bertani bukanlah suatu pekerjaan yang dapat mensejahterahkan padahal jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh pertanian akan mensejahterahkan kehidupan para petani. (7). Sarana produksi belum memadai, hasil bumi yang sangat melimpah tidak diikuti dengan sarana produksi yang memadai sehingga hasil bumi mentah kebanyakan di ekspor ke luar negeri dengan harga murah dan produk jadinya masuk kembali ke dalam negeri dengan harga yang mahal.
Tata niaga komoditas pertanian yang belum tertata dan sistematis sehingga menyebabkan produk-produk lokal tidak bisa bersaing dengan produk-produk dari luar negeri padahal hasil alam yang dihasilkan sangat melimpah tetapi output dari hasil alam itu selalu di ekspor, dan setiap tahunnya UMR terus naik namun kesejahteraan juga belum tercapai, apakah daya saing juga meningkat? Oleh karena itu, kita harus melihat perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan yang terjadi yaitu teknologi berkembang secara cepat namun tidak manfaatkan secara optimal.
Menurut Abdul Rochim teknologi sekarang ini berkembang secara cepat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, tanpa terkecuali teknologi pertanian. Teknologi pertanian merupakan solusi yang efektif dan inovatif dalam mencapai Development Goals (SDG) Menuju Indonesia Emas 2045. Peran teknologi pertanian sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang merupakan agenda global menggantikan Millennium Development Goals (MDGs), yang sudah mengubah wajah dunia dalam 15 tahun terakhir. Dunia yang semakin kompleks menempatkan agenda global ini menjadi kebutuhan seluruh dunia. Tujuan SDGs mencakup skala universal, dengan kerangka kerja yang utuh dalam membantu negara-negara di dunia menuju pembangunan berkelanjutan, melalui tiga pendekatan, yakni pembangunan ekonomi, keterbukaan dalam tatanan sosial, serta keberlangsungan lingkungan hidup.

Gambar 1. Target Waktu Swasembada Pangan
Sumber : Astu Unadi (BPP Mektan)

Inovasi teknologi sangat diperlukan dalam mengakselerasi percepatan pembangunan sektor industri agro, sebagai upaya dalam meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sesuai prioritas pembangunan nawacita serta dalam rangka percepatan penyebaran serta pemerataan pengembangan industri agro di daerah pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan bersama-sama mengatasi permasalahan yang menghambat, melalui fasilitasi perbaikan infrastruktur, akses bahan baku, sistem logistik dan distribusi, serta yang utama perbaikan teknologi (R & D) melalui hasil riset/inovasi (Abdul, Rochim. 2018). Oleh karena itu, peran teknologi menjadi sangat vital bagi kemajuan suatu negara, apabila negara tersebut dapat memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik maka akan terjadi perubahan besar dalam kondisi perekonomian dalam negara tersebut.
Abdul Rochim juga mengatakan Peran Teknologi Pertanian dalam Mencapai Swasembada Pangan dan Ekspor yang pertama yaitu Efisiensi sumber daya pertanian naik, Efisiensi sendiri meliputi Efisiensi Tenaga kerja, biaya tenaga kerja biasanya >50% dari biaya produksi sehingga keuntungan yang diperoleh semakin sedikit, namun apabila memanfaatkan teknologi dalam melakukan pekerjaan maka itu akan membantu mengurangi tenaga kerja sehingga keuntungan yang diperoleh bisa bertambah. Lalu Efisiensi waktu, apabila menggunakan teknologi dalam melakukan setiap pekerjaan itu akan memangkas waktu pekerjaan menjadi lebih cepat selesai dan meningkatkan indeks pendapatan yang kita hasilkan serta meningkatkan produktivitas dan produksi. Kemudian Efisiensi pupuk menyebabkan terjadinya Precission Farming, hal tersebut menghasilkan efisiensi pupuk yang kita gunakan apabila kita melakukan pekerjaaan dengan bantuan mesin dalam proses pemupukannya. Serta Efisiensi air, hal ini berdampak pada perubahan iklim, jumlah hari hujan menjadi berkurang atau bertambah sehingga waktu budidaya harus cepat, apabila budidaya cepat dilakukan maka produksi dalam setahun bisa bertambah.
Peran teknologi pertanian selanjutnya yaitu Loses turun apabila menggunakan bantuan mesin dalam proses pekerjaan, contohnya padi bertambah 500 kg/ha apabila dalam tahap penanaman, pemeliharaan serta pemanenanya menggunakan teknologi. Kemudian mutu hasil naik, hal ini disebabkan oleh proses produksinya dilakukan secara optimal dan tepat waktu maka mutu yang dihasilakan oleh tanaman akan naik. Apabila mutu hasil naik maka nilai tambah produk juga akan naik (Deversifikasi), hal ini karena produk yang dihasilkan berkualitas baik dan dapat bersaing dengan produk-produk lainnya. Dalam proses produksi tanpa menggunakan teknologi biaya yang dikeluarkan harus besar karena masih menggunakan tenaga kerja dan memakan waktu yang cukup lama, beda halnya dengan menggunakan teknologi pertanian maka biaya produksi turun. Lalu mengurangi kejerihan kerja turun, kejerihan kerja tidak akan turun sebab kita tidak menguras tenaga lagi dalam melakukan kerja atau usaha dalam tahap produksi. Terakhir, daya saing naik seiring dangan produktivitas yang meningkat, sehingga peran teknologi pertanian harus kita optimalkan agar produktivitas dan produksinya meningka.
Dalam seminar ini juga hadir Dr. Ir. Astu Unadi, M Eng. Ahli Perekayasa Utama Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Beliau mengatakan pengembangan kegiatan sektor pertanian dalam mencapai swasembada pangan dan ekspor  juga dapat dilakukan dengan Program Swasembada  Pangan, Intensifikasi Lahan Pertanian/Mekanisasi Mesin Peralatan Pertanian untuk proses produksi dan pengolahan, restrukturisasi industri galangan kapal untuk mempermudah dan melancarkan proses ekspor hasil pertanian, pembangunan infrastruktur jalan & jembatan agar hasil produksi para petani bisa segera terangkut ke tempat penampungan atau bisa secepatnya di jual sehingga distribusi dari petani ke pedagang bisa berjalan optimal, revitalisasi  mesin peralatan pabrik menjadi lebih modern serta menggunkan sistem otomatisasi, program  penaikan nilai tambah pengolahan bahan baku mineral, program peningkatan nilai tambah hasil – hasil perkebunan (sawit dan karet). Astu Unadi menggambarkan Grand Design Indonesia menjadi lumbung pangan dunia, skenarionya adalah :
1.      Swasembada (Domestic Quality).
2.      Produksi berlimpah dan stabil (Global Quantity).
3.      Daya Saing (Global Competitiveness : Int’l Quality, Price).
4.      Ekspor dan Qontinuity (Suistainability).
5.      Lumbung pangan dunia
Berdasarkan Grand Design tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki potensi yang begitu besar untuk menjadi lumbung pangan dunia dan menjadi negara maju dengan potensi alam yang sangat kaya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah Swasembada, hasil pertanian harus bisa mencukupi 90% kebutuhan nasional agar tidak terjadi lagi impor. Kemudian setelah Swasembada tercapai produksi harus berlimpah dan stabil (Global Quantity) artinya produksi yang ada harus dinaikkan dan stabil agar dapat mencukupi kebutuhan nasional. Setelah produksi meningkat daya saing juga harus harus ditingkatkan tujuannya agar produk-produk yang dihasilkan oleh petani dalam negeri tidak kalah dari produk-produk dari luar negeri, sehingga kita bisa menguasai pasar nasional yang selama ini dikuasai oleh produk-produk dari luar negeri. Lalu, setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan tidak melakukan impor lagi selanjutnya yang harus dilakukan adalah Ekpor dan Qountinuity (Suistainability). Produk-produk yang di ekspor haruslah produk-produk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi agar bisa masuk ke pasar internasional dengan memperhatikan kualitas yang baik serta berkelanjutan agar masyarakat internasioanal akan menyukai produk-produk yang di ekspor (Astu, Unadi. 2018). Apabila semua skenario itu sudah kita laksanakan maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menguasai pasar-pasar internasional dan jalur-jalur perdagangan dunia. Bung Karno pernah mengatakan jadilah pahlawan pembangunan! jadikanlah bangsamu ini bangsa yang kuat, bangsa yang merdeka dalam arti merdeka yang sebenar-benarnya! buat apa kita bicara tentang “politik bebas” kalau kita tidak bebas dalam urusan beras, yaitu selalu harus minta tolong beli beras dari bangsa-bangsa tetangga?”. Maka tidak perlu menunggu terlalu lama Indonesia menjadi negara maju, tahun 2045 menuju Indonesia Emas.